Jangka Waktu Hikikomori Pelaku Hikikomori

24 berbicara kepada orang tuanya, walaupun kamarnya hanya 15 kaki dari dapur, Takeshi hanya makan bersama 2 kali dalam 2 tahun terakhir. Takeshi, Shuici, dan YS, menderita suatu problem yang disebut dengan hikikomori, yang dapat diterjemahkan sebagai suatu bentuk penarikan diri dan mengacu pada seseorang yang mengurung diri di dalam kamarnya selama 6 bulan atau lebih tanpa berhubungan sosial dengan dunia luar. Beberapa hikikomori muncul secara tiba-tiba, misalnya dapat muncul dalam suatu toko tertentu, seperti Takeshi yang sekali sebulan bepergian untuk membeli cd. Pada beberapa kasus lainnya pelaku hikikomori, sering berperilaku selain berdiam diri di kamar, menonton siaran televiri dan bermain internet, tetapi mereka juga melakukan tindakan aneh lainnya seperti mandi selama beberapa jam sehari dan menggunakan sarung tangan seperti seorang astronot menghindari kuman, perilaku lainnya adalah seorang hikikomori menggosok dinding kamar mandinya selama berjam-jam sehari. Hal ini juga salah satu hal yang sangat merugikan keluarga karena tagihan air bisa mencapai 10 kali lipat dari biaya normal.

2.4 Jangka Waktu Hikikomori

Lamanya atau jangka waksu seseorang melakukan hikikomori berkaitan dengan definisi hikikomori, yaitu enam bulan atau lebih. Diagram berikut memperlihatkan persentase jumlah pelaku hikikomori yang melakukan hikikomori dalam jangka waktu tertentu, mulai dari satu tahun. Dari data di bawah hikikomori yang dilakukan antara 1 dan 5 tahun menempati persentas terbesar, yaitu 40. Dari persentase tersebut, kemungkinan masih ada Universitas Sumatera Utara yang melakukannya sampai saat ini, atau, sebaliknya, mungkin ada yang sudah bersosialisasi lagi dengan lingkungan sekitar mereka. Dapat dikatakan jika seseorang melakukan hikikomori lebih dari 10 tahun, dan bila orang tersebut saat ini berusia sekitar 30 tahun, berarti orang tersebut sudah melakukan hikikomori sejak usia 19-20 tahun. Bila mereka diminta untuk kembali hidup bernasyarakat, dapat dibayangkan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam berinteraksi.

2.5 Pelaku Hikikomori

Setelah para pelaku hikikomori mulai tebuka untuk melakukan konsultasi melalui media internet, mulailah terlihat identitas para pelaku hikikomori ini. Dari empat ribu kasus yang diketahui, bila dilakukan pengelompokan, akan tampak sebagai berikut : a. Berdasarkan jenis kelamin Dari data yang diperoleh melalui home page yang dibuka oleh NHK, terdapat perbandingan pria dan wanita pelaku hikikomori seperti di bawah ini. 25 Universitas Sumatera Utara Jumlah pria pelaku hikikomori yang melakukan konsultasi melalui internet lebih banyak daripada wanita. Hal ini menurut Saito Tamaki disebabkan kurang terbukanya pria kurang dalam mengutarakan masalah yang dihadapinya secara langsung sehingga mereka lebih suka memanfaatkan komputer mereka dan berkonsultasi melalui internet. Laki-laki mulai tertekan pada saat memasuki sekolah menengah pertama dan kesuksesan mereka baru dapat ditunjukkan beberapa tahun kemudian, sehingga hikikomori merupakan suatu bentuk perlawanan terhadap tekanan tersebut. Sementara itu, wanita yang secara umum memang lebih suka berbicara, merasa lebih baik langsung mendiskusikan masalahnya tanpa melalui internet. b. Berdasarkan usia Bila dikategorikan berdasarkan usia. Terlihat persentase sebagai berikut : Dari data di atas, jumlah terbanyak para pelaku hikikomori adalah orang yang 26 Universitas Sumatera Utara 27 berusia 20-24 tahun 31. Adapun jumlah pelaku hikikomori yang berusia 35 tahun ke atas hanya 9. Tentunya persentase ini masih akan terus berubah, terutama bila para pelaku hikikomori yang mau membuka diri bertambah dan mau mencoba untuk mencari pertolongan untuk dirinya. Saito Tamaki, yang menjadi narasumber dalam acara di stasiun TV NHK yang membahas hikikomori, menambahkan bahwa jumlah pelaku hikikomori di usia 30 an pun baru diketahui. Selanjutnya, Tamaki juga mengatakan bahwa banyak kasus hikikomori yang merupakan kelanjutan dari futookoo tidak mau pergi ke sekolah, sementara sekarang kasus hikikomori terjadi setelah anak lulus sekolah dan kemudian bekeja, ternyata di tempat kerja itulah mereka mengalami banyak masalah dalam hubungan antar manusia. Boleh jadi penyebab dari hikikomori di usia itu adalah karena masalah pekerjaan. Karena tidak cocok dengan pekerjaan, tetapi tidak tahu harus berbuat apa, seseorang terpicu untuk berhenti bekerja dan mengurung diri di rumah, sehingga sekarang muncul pula istilah Nito yang sebenarnya tertulis sebagai NEET Not in Education, Employment, or Training’ tidak bersekolah, bekerja, atau magang, yaitu orang-orang yang telah lulus atau bisa saja tidak lulus dari perguruan tinggi, tidak bekerja, atau tidak berada dalam suatu lembaga tertentu. Jadi, hikikomori tidak hanya dilakukan oleh remaja, tetapi juga oleh orang dewasa sehingga dapat dikatakan bahwa kemungkinan hikikomori dapat terjadi pada siapa pun. Universitas Sumatera Utara c. Berdasarkan pendidikan Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat 29 pelaku hikikomori dengan latar berlakang lulusan universitas dan 23 lulusan Sekolah Menengah umum SMU. Diduga banyaknya persentase itu berkaitan dengan perasaan takut atau kekhawatiran untuk melanjutkan studi atau bekerja. Bila harus bekerja, mereka harus bersaing untuk mendapatkan pekerjaan sehingga mereka merasa enggan dan mengurung diri. 28 Universitas Sumatera Utara 29

2.6 Kehidupan Kaum Muda Perkotaan Di Jepang