Penanganan Hikikomori DAMPAK DAN PENANGANAN HIKIKOMORI DALAM KEHIDUPAN

42 mempunyai banyak anak, maka masalah-masalah baru akan muncul, seperti tidak dapat bekerja, ditinggalkan oleh masyarakat dan hanya terisolasi untuk mengurus anak dan keluarganya. Efek lain yang ditemukan dari hikikomori adalah meningkatnya angka bunuh diri di kalangan kaum muda, dan sebagian besar dari kaum muda yang melakukan bunuh diri adalah penderita hikikomori. Hal ini dipicu oleh rasa sangat kesepian, kesulitan ekonomi, merasa terasing di tengah masyarakat, merasa tidak aman, patah hati, kekerasan dalam rumah tangga, dan rasa terasing dari kehidupan modern Jepang saat ini. Jika penderita hikikomori dibiarkan terus menerus dan tidak segera diberikan penanganan, maka bukan hal yang tidak mungkin mereka akan melakukan bunuh diri secara berkelompok. Karena saat ini Jepang merupakan negara yang mempunyai persentase penggunaan internet terbesar di Asia Pasifik. Dan kegiatan yang banyak dilakukan oleh para penderita hikikomori adalah bermain internet, dimana di dalamya terdapat situs-situs yang dapat membantu seseorang melakukan bunuh diri sendiri ataupun secara berkelompok. Jika banyak kaum muda melakukan bunuh diri, maka ini juga sangat merugikan negara, karena mereka akan kehilangan generasi muda penerus bangsa. .Jika generasi muda semakin lama semakin sedikit dan sebagian besar dari mereka mengalami masalah yang disebut dengan hikikomori, bagaimana mereka dapat memajukan dan membangun bangsa mereka sendiri.

3.2 Penanganan Hikikomori

Ada banyak opini atau pendapat tentang bagaimana merawat penderita hikikomori dan opini ini biasanya terbagi antara sudut pandang Jepang dengan Universitas Sumatera Utara 43 dunia barat. Para ahli Jepang menyarankan menunggu sampai hikikomori muncul kembali, sedangkan para dokter barat menyarankan untuk memaksa penderita hikikomori kembali ke masyarakat dengan paksa kalau perlu. Ada banyak dokter dan klinik spesialisasi dalam menangani hikikomori, namun masih banyak hikikomori dan orang tuanya merasa kurang didukung dalam masalahnya dalam tingkat institusional dan merasa komunitas umum merespon lambat terhadap krisis hikikomori. Dalam beberapa tahun terakhir usaha mendukung penderita hikikomori berkembang pesat di Jepang, dengan gayanya sendiri mengatasi hikikomori. Walaupun dengan perbedaan ini, beberapa cakupan utama pada pengobatan. 1. Pendekatan Psikologis Bantuan secara psikologis membantu anak-anak hikikomori mengerti apa yang terjadi pada diri mereka. Standart pelayanan pendekatan psikologis untuk hikikomori pada anak muda adalah mengatasi kondisi ini sebagai gangguan mental atau kebiasaan lalu memasukkan anak tersebut ke Rumah Sakit untuk mendapatkan konseling, observasi dan terapi obat-obatan menggunakan prosedur institusional standart. 2. Pendekatan sosialisasi yaitu melihat masalah hikikomori sebagai masalah sosial daripada gangguan mental. Daripada memasukkannya ke Rumah Sakit, hikikomori dipindahkan dari lingkungan semula ke lingkungan baru yang dapat memperbaiki dan menguatkan dirinya untuk masuk dalam kelompok sosial tertentu dalam kehidupan sehari-hari, dengan penderita hikikomori lainnya. Pendekatan ini menunjukkan bahwa seseorang tidak sendiri dalam kondisi tersebut dan tampaknya menjadi metode yang sangat baik. Universitas Sumatera Utara 44 3. Pelaku hikikomori biasanya dapat dengan bebas mengekspresikan dirinya karena merasa kultur Jepang tidak menyediakan frame tersebut. Dalam waktu singkat, cara yang paling mungkin untuk mengobatinya adalah untuk memberi pelaku hikikomori kesempatan mengenal dunia di luar Jepang, untuk suatu jangka waktu tertentu. Selain pengobatan di atas, ada usaha yang dilakukan pemerintah dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan dan produktivitas. Jepang melakukan berbagai strategi sehubungan dengan berkurangnya jumlah penduduk, diantaranya adalah memaksimalkan kemampuan individu. Diupayakan agar penurunan jumlah penduduk tidak diikuti oleh penurunan suplai tenaga kerja, misalnya dengan meningkatkan produktivitas dan lebih memberdayakan perempuan dan orang-orang paruh baya dan lanjut usia, karena banyak perempuan yang berpendidikan tinggi namun belum cukup diberdayakan. Orang-orang yang sudah masuk usia pensiun pun banyak yang, masih produktif dan berkeinginan untuk bekerja kembali sehingga angka harapan hidup semakin tinggi. Namun, kebanyakan dari mereka mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan. Selain itu, juga dengan menggunakan tenaga kerja asing, misalnya melalui program magang. Pada tahun 2004 kementrian ekonomi, perdagangan dan industri, Kementrian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan, serta Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga dan Ilmu Pengetahuan, bersama-sama membuat program berupa sebuah rencana untuk kemandirian para pemuda yang bertujuan agar mereka dapat bekerja. Diantaranya adalah dengan membuat Universitas Sumatera Utara 45 program ”Job Cafe” di seluruh perfektur provinsi, yang memiliki aktivitas antara lain konseling, memperkenalkan pekerjaan, dan sebagainya. Selanjutnya para peserta juga akan dilatih agar tumbuh hasrat dan kesempatan untuk bekerja sehingga dapat mandiri. Institusi-institusi yang mulai bermunculan untuk membantu masalah hikikomori dapat diketegorikan sebagai berikut : a. Lembaga pemerintah, yaitu dari pemerintah setempat yang mencoba membantu membuka ruang-ruang konsultasi bagi para pelaku hikikomori. Contohnya adalah walikota di Kota Tanabe Provinsi Wakayama, kota yang berpenduduk sekitar 70.000. Sejak bulan Desember tahun 2000 lalu walikota membuat suatu ruang konsultasi yang berpusat di kantor walikota. Setelah tiga tahun oya no kai perkumpulan orang tua mengajukan permohonan pendirian ruang konsultasi ke kantor walikota di kota Tanabe, akhirnya rencana itu mendapat persetujuan. Penanggung jawabnya adalah Mera Nobuko yang telah hampir 20 tahun berkecimpung dalam masalah kesehatan lansia dan anak di kantor walikota Tanabe. Menurut Mera dalam Manabu 2006:197, lembaga-lembaga yang sekarang ada dan aktif, baik pemerintah maupun swasta, adalah sebagai berikut: Lembaga Konsutasi Umum Lembaga Konsultasi Swasta Pusat kesejahteraan dan kesehatan mental Lembaga penyembuhan medis Pusat kesehatan Kelompok bantuan swasta Universitas Sumatera Utara 46 Pusat konsultasi anak Perkumpulan orang tua Pusat konsultasi pendidikan Group yang bergerak sendiri Keberadaan lembaga-lembaga tersebut di atas dianggap masih belum cukup menangani kasus-kasus hikikomori. Oleh sebab itu, kantor walikota yang dianggap merupakan kantor pemerintah daerah yang terdekat dengan masyarakat mencoba membuka ruang konsultasi bagi kasus hikikomori yang disebut jaringan hikikomori hikikomori network Jaringan hikikomori yang ada di kota Tanabe ini merupakan satu-satunya contoh lembaga di seluruh Jepang yang menjalin kerjasama lembaga pemerintah dengan swasta dalam menangani kasus hikikomori. Selama ini sudah dilaporkan sekitar 100 kasus hikikomori, 70 diantaranya dilaporkan oleh orang tua pelaku hikikomori. Di kota Tanabe, bersamaan dengan dibuatnya ruang konsultasi, juga dibentuk kepanitiaan, yaitu Panitia Penanganan Hikikomori Hikikomori Kentoo Iinkai, yang tidak hanya mengerjakan masalah administrasi, tetapi juga memilih anggotanya dari masyarakat luas. Untuk menangani kasus hikikomori, diperlukan pengetahuan dan cara-cara yang menyeluruh, baik dari ahli-ahli medis, kesejahteraan, pendidikan dan sebagainya. Ada langkah-langkah bantuan yang dapat dilakukan terhadap orang tua atau pelaku hikikomori. Misalnya setelah menerima telepon untuk konsultasi, diusahakan agar dapat dilakukan wawancara langsung, yakni pertama-tama yang harus diperhatikan adalah latar belakang apa yang menyebabkan perilaku hikikomori mengurung diri. Informasi ini diusahakan diperoleh dari wawancara Universitas Sumatera Utara 47 dengan keluarga pelaku hikikomori tersebut. Bila ternyata ada kelainan mental atau kelainan pertumbuhan keluarga, keluarga yang anggota keluarganya mengalami hikikomori diarahkan untuk datang ke pusat kesehatan dan lembaga penyembuhan medis, di samping korporasi kesejahteraan sosial. Setelah keluarga pelaku hikikomori mengikuti wawancara, pelaku hikikomori diwawancarai. Bila ternyata ia tidak dapat datang pada saat wawancara, bagian pendidikan dan kesejahteraan akan mengusahakan kunjungan ke rumahnya untuk dapat mewawancarainya. Setelah itu, sama seperti yang telah dilakukan terhadap keluarga, bila ada kelainan mental dan kelainan pertumbuhan, ia akan diarahkan untuk datang ke pusat kesehatan dan lembaga penyembuhan medis serta korporasi kesejahteraan sosial. Setelah itu, langkah berikutnya adalah daycare dan ibasho, yaitu tempat berkumpul sesama pelaku hikikomori. Di daycare, anak diusahakan untuk dapat kembali ke masyarakat seperti semula, kemudian sambil mendengarkan keinginan pelaku hikikomori, pelaku hikikomori diarahkan ke ibasho, sambil mereka mulai berani untuk bersosialisasi kembali. Bila pelaku hikikomori berusia di bawah usia siswa SMU, ia dapat juga diarahkan ke pusat konsultasi anak atau pusat konsultasi pendidikan. b.Swasta, yang dapat diadakan oleh para orang tua oya no kai yang memiliki anak pelaku hikikomori seperti Watage dan Sodateage. Contoh yang diuraikan dalam bagian pemerintah di atas pula dapat dilakukan swasta. Di kota Tanabe, pihak pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta, sementara di kota-kota lain masih terpisah. Ada pula yang diprakarsai oleh orang tua pelaku hikikomori. Sebagai contoh, Watage yang diwakili oleh Akita Atsuko, memberikan bantuan Universitas Sumatera Utara 48 terhadap pelaku hikikomori dan orang tua pelaku hikikomori. Terhadap pelaku hikikomori disediakan ibasho, yang disebut free space, yang dibantu oleh para sukarelawan, baik secara gratis maupun membayar. Kemudian untuk keluarga, agar perasaannya menjadi lebih ringan, dibuatlah oya no kai perkumpulan orang tua. Penanganan dari lingkungan sekitar juga sangat penting, seperti; a. Keluarga Orang tua dari seorang penderita hikikomori sebaiknya segera meminta pertolongan untuk penyembuhan anak-anak mereka. Banyak keluarga menutup-nutupi jika ada salah satu anggota mereka yang menderita hikikomori. Hal ini sudah dianggap sebagai suatu kecacatan, sehingga banyak orang tua yang menutupi bahwa anak mereka adalah pelaku hikikomori, agar mereka tidak malu. Hal lain yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah jangan terlalu memanjakan anak, hal ini dapat dimulai dengan tidak meninggalkan makanan di depan pintu kamar, tetapi biasakan untuk makan bersama di meja makan, dan jika anak tidak mau, biarkan saja begitu. Begitu juga dalam hal keuangan, jangan menyediakan uang jika ia tidak keluar dari kamar dan memintanya sendiri. b. Sekolah Sekolah tidak dapat memungkiri bahwa terdapat berbagai macam masalah sosial di kalangan remaja saat ini. Oleh karena itu, di sekolah-sekolah sudah disediakan ruang konsultasi bagi para murid yang mempunyai masalah dan bagi orang tua yang ingin berkonsultasi tentang perkembangan anaknya di Universitas Sumatera Utara 49 sekolah. c. Teman Seorang teman juga dapat membantu penyembuhan seorang penderita hikikomori. Karena pada dasarnya seorang penderita hikikomori adalah seorang yang kesepian yang membutuhkan seorang teman untuk bercerita tentang permasalahannya. Jadi seorang teman, dapat membantu penyembuhan hikikomori dengan melakukan pendekatan terhadap penderita hikikomori atau paling tidak jangan menjauhi penderita hikikomori. Dengan terus meningkatnya pengetahuan, tingginya pendapatan, Jepang terus maju dan unggul dalam perkembangan teknologi. Namun agaknya Jepang harus membayar mahal atas semua itu. Selalu ada yang harus menjadi korban dalam percepatan industri. Di tengah-tengah kemajuan teknologi yang dicapai. Jepang harus merelakan sebagian generasi mudanya kehilangan akal sehat. Jepang terpaksa harus menyisakan banyak keprihatinan karena kehilangan banyak sisi-sisi potensial dalam hubungan sosial kemasyarakatannya. Ini merupakan suatu kondisi yang timpang. Karena memang seringkali terjadi selisih jalan antara teknologi dan sosial-budaya. Fenomena di atas tentu saja sangat mengkhawatirkan pihak pemerintah Jepang karena akan berpengaruh pada produktivitas, daya saing, dan perekonomian negara secara menyeluruh. Oleh karena itu, pemerintah harus segera tanggap terhadap perubahan-perubahan dan masalah-masalah yang dihadapi kaum muda Jepang saat ini. Universitas Sumatera Utara 50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hikikomori adalah keadaan lebih dari enam bulan mengurung diri di rumahnya sendiri, tidak berpartisipasi dalam masyarakat seperti pekerjaan dan sekolah, tidak ada hubungan akrab dengan orang lain selain keluarga. 2. Faktor penyebab utama hikikomori, adalah : a. Masalah yang berhubungan dengan generasi mapan family affluence, the child’s room, dan media visibility. Orang tua yang tergolong masyarakat kelas menengah selalu memenuhi kebutuhan anaknya, secara tidak terbatas. Anak diberikan kamar sendiri dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti televisi, video games dan komputer, sehingga seorang anak memiliki kehidupannya sendiri di dalam kamarnya. b. Masalah yang berhubungan dengan keluarga mother-son, hitorikko, parental expectations, ambiguity of male role. Orang tua terlalu menggantungkan harapannya terhadap anak, sehingga anak merasa tertekan. Tekanan inilah yang menyebabkan seorang anak mengundurkan diri dari kehidupan sosialnya, dan orang tua merespon perilaku anak-anak mereka dengan cara yang salah sehingga menyebabkan anak menjadi lebih terasing. c. Masalah yang berhubungan dengan sekolah ijime, tookoo kyohi, exams, Universitas Sumatera Utara