12
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP HIKIKOMORI
2.1 Definisi Hikikomori
Bila dilihat dari asal katanya, hikikomori terdiri atas kata hiki dan komori. Hiki atau hiku berarti ’menarik’, sedangkan komori atau komoru berarti ’menutup
diri atau mengurung diri’. Jadi secara singkat hikikomori dapat didefinisikan sebagai ’seseorang yang menutup diri dan mengurung diri dari lingkungan
sekitarnya’ Janti, 2006:189. Istilah hikikomori ditemukan oleh psikolog Jepang yang bernama Saito
Tamaki dalam Manabu 2006:189, yang didefinisikan sebagai berikut. ’Keadaan lebih dari enam bulan mengurung diri di rumahnya sendiri, tidak
berpartisipasi dalam masyarakat seperti pekerjaan dan sekolah, tidak ada hubungan akrab dengan orang lain selain keluarga.’
Kemudian The Japanese Ministry of Health, Labour and Welfare
mendefinisikan hikikomori sebagai seorang individu yang menolak meninggalkan rumah orang tuanya dan mengasingkan diri dari anggota keluarga selama lebih
dari enam bulan. www.wikipedia.com Tingkat keparahan dari fenomena ini bermacam-macam tergantung
individu tersebut, beberapa pemuda bahkan mengasingkan diri selama beberapa tahun, dan pada beberapa kasus bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Pada
umumnya hikikomori dimulai saat memasuki masa sekolah sehingga timbul istilah yang disebut penolakan sekolah atau tookoo kyohi di Jepang.
Istilah hikikomori didefenisikan sebagai suatu fenomena yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
13
masalah sosial di Jepang, dimana remaja dan dewasa muda umumnya laki-laki mulai mencari isolasi sosial, menjauhkan diri dari kontak dengan orang lain sebisa
mungkin dan bersembunyi di kamar atau rumahnya. www.blogspot.com
2.2 Penyebab Terjadinya
Hikikomori
Berbagai hal dapat menjadi penyebab hikikomori, namun pada tahap remaja, jika seorang anak masih bersekolah, ada gejala yang dapat dilihat sebelum
mereka melakukan hikikomori, antara lain sebagai berikut. a.
Hikikomori terjadi tidak secara drastis, melainkan secara bertahap sebelum akhirnya pelaku mengunci pintu kamar sama sekali.
b. Pelaku hikikomori sebelumnya sering berpenampilan tidak bahagia,
kehilangan kawan, merasa tidak aman, malu dan berdiam diri. c.
Kadang-kadang mereka menjadi bahan ejekan dari kawan-kawan di sekolah, yang jika keadaan sudah memuncak, hal ejekan itu menjadi
pemicu pengurungan dirinya. Bila pelaku hikikomori masih bersekolah, biasanya ia melakukan tookoo
kyohi terlebih dulu. Hal ini terutama disebabkan tekanan yang dialaminya dari kawan-kawan di sekolah sehingga ia tidak merasa nyaman lagi untuk pergi ke
sekolah. Mereka sering diejek terlalu gemuk, atau terlalu pemalu atau menjadi lebih baik dari orang lain di bidang musik atau olah raga. Orang tua mengaku
tidak melakukan apapun untuk menolongnya, orang tua menyuruh anaknya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Orang tua berharap anaknya dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang tua. Orang tua tidak menyadari bahwa hal ini merupakan salah satu penyebab peningkatan kehidupan
Universitas Sumatera Utara
14
terisolasi seorang anak dari keluarga, karena mereka tidak tahu bagaimana berkomunikasi dengan anak-anaknya dan bagaimana berkomunikasi dan
menyelesaikan masalahnya dengan orang lain. Kurangnya interaksi para pelaku hikikomori dengan masyarakat di
sekitarnya menyebabkan mereka kehilangan kemampuan untuk bersosialisasi. Kebiasaan mereka untuk mengurung diri dengan membaca manga, menonton
televisi, atau bermain komputer, menyebabkan mereka tidak memiliki contoh lain dalam bergaul, selain dari apa yang mereka lihat atau baca.
Penyebab terjadinya hikikomori dapat dari luar ataupun dari dalam pelaku hikikomori sendiri. Seperti yang terlihat dalam bagan hal 16, berbagai penyebab
perilaku hikikomori, sebagian penyebabnya adalah antara lain tingginya harapan orang tua, yang dalam hal ini diwakili oleh para ibu yang berlaku terhadap
kesuksesan putra-putri mereka, sehingga si anak diatur sedemikian rupa agar dapat memanfaatkan waktunya seefektif mungkin.
Saito seorang yang merawat lebih dari 1000 pasien hikikomori, melihat masalah ini sebagai masalah keluarga dan masalah sosial, disebabkan oleh
interdependensi terhadap orang tua dan tekanan terhadap anak laki-laki, khususnya anak tertua untuk berhasil dalam dunia akademik dan dunia kerja.
Kehidupan anak di Jepang, diisi dengan kegiatan belajar di sekolah yang diikuti dengan sekolah tambahan pada sore hari dan malam hari, untuk mempersiapkan
mereka memasuki ujian perguruan tinggi. Orang tua sekarang sangat menuntut mereka untuk lulus, namun karena Jepang mengalami penurunan angka kelahiran,
yang berarti mereka memiliki anak yang lebih sedikit untuk menyandarkan harapan mereka, kata Mariko Fujiwara direktur penelitian di institut hidup dan
Universitas Sumatera Utara
15
kehidupan, hakuhodo di tokyo dalam www.nytimes.com 2006:6. Jika seorang anak tidak mengikuti pola untuk sampai ke perguruan tinggi yang elit dan
perusahaan yang bonafid, banyak orang tua yang menganggap bahwa ini merupakan suatu kegagalan dari putra putri mereka.
Pengaruh media massa, baik cetak maupun audio visual, seperti games dalam playstation dan acara TV, memberi dampak pada kepribadian anak.
Kesendirian anak sebagai anak tunggal atau dari sebuah keluarga kecil yang merupakan keluarga batih kaku kazoku memungkinkan anak memiliki kamar
sendiri, sehingga mereka terbiasa untuk menyendiri di kamar mereka, walaupun tujuan awal orang tua memberi kamar sendiri agar mereka dapat tenang belajar.
Penyebab-penyebab tersebut dikatakan sebagai penyebab dari luar diri pelaku hikikomori. Sementara itu, ketergantungan anak terhadap orang tua
mengakibatkan ijime, tookoo kyohi, depresi, atau kehilangan orientasi tentang apa yang akan mereka lakukan setelah energi mereka terfokus pada kelulusan masuk
perguruan tinggi dan juga kurangnya komunikasi dengan orang lain. Penyebab- penyebab tersebut dapat dikatakan sebagai penyebab dari dalam diri pelaku
hikikomori itu sendiri. Hikikomori dalam bahasa Inggris disebut dengan social withdrawal
penarikan diri dari lingkungan sosial, bisa ditimbulkan dari berbagai macam penyebab seperti terlihat dalam bagan yang dibuat oleh Dziesinski 2003 sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
16
Universitas Sumatera Utara
17
Penyebab Umum dari hikikomori : Dikenal sebagai suatu masalah sosial yang sering diperbincangkan di
Jepang, hikikomori memiliki sejumlah faktor penyebab. Orang dewasa muda dapat merasa tertekan oleh kehidupan sosial modern di Jepang, atau merasa tidak
dapat memenuhi peran sosial mereka, yaitu peran perseorangan dan peran dalam kelompok, dimana kedua-duanya diperlukan dalam mengatasi tuntutan sehari-hari
yang rumit dari kedewasaan. Hal yang paling penting mengenai hikikomori adalah masalah tranformasi
dari kehidupan orang muda ke kehidupan dewasa, yang penuh rasa tanggung jawab dan ekspektansi. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan kapitalis yang
maju seperti di Jepang modern, gagal untuk memenuhi tercukupinya ritual transformasi yang berarti untuk membentuk beberapa tipe pemuda yang sensitif
memasuki aturan kedewasaan di dalam masyarakat. Seperti pada umumnya negara kapitalis, Jepang menuntut banyak tekanan
pada orang dewasa untuk menjadi sukses dan mempertahankan status sosial mereka. Tradisi sosial yang kuat mempengaruhi kelakukan sosial yang kompleks,
hirarki yang kaku, dan sebagai hasilnya, berpotensi untuk mengintimidasi berbagai macam ekspektasi sosial, tanggung jawab dan tugas dalam kehidupan
sosial di Jepang, akibatnya adalah tekanan terhadap orang dewasa muda tersebut. Ada 3 faktor utama penyebab hikikomori:
a. Masalah yang berhubungan dengan generasi mapan family affluence, the
child’s room, dan media visibility. Tingkat kesejahteraan kelas menengah, dalam negara paska industri
seperti Jepang, memperbolehkan orang tua untuk membantu dan menafkahi
Universitas Sumatera Utara
18
seorang anak yang sudah dewasa di rumahnya, secara tidak terbatas. Pelaku hikikomori adalah individu yang disebut dengan generasi mapan. Generasi
mapan tidak perlu bersusah payah mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya. Seorang anak memiliki kesempatan yang luas untuk tinggal di
rumah setelah melakukan kewajibannya, yaitu bersekolah. Seorang anak diusahakan oleh orang tuanya untuk dapat memiliki kamar sendiri, dengan
harapan, agar si anak dapat belajar dengan tenang. Selain itu, si anak juga dapat memiliki televisi sendiri di kamarnya. Dengan memiliki kamar dan
televisi ataupun fasilitas komputer, si anak memiliki kebebasan, kapan pun mau menonton televisi. Apabila mengalami kejenuhan setelah menghadapi
pelajaran yang berat, seorang anak dapat pula bermain game atau internet di komputer mereka.
Keluarga dengan pendapatan lebih rendah biasanya tidak mengalami hikikomori sebab mereka dipaksa untuk bekerja di luar rumah jika mereka
tidak dapat menyelesaikan sekolah, untuk itu, pengasingan dapat segera dicegah.
b. Masalah yang berhubungan dengan keluarga mother-son, hitorikko, parental
expectations, ambiguity of male role. Ketidakmampuan orang tua di Jepang untuk mengenali dan bertindak
pada anak yang mengarah pada pengasingan. Didikan orang tua yang terlalu lembut, atau bahkan kolusi ketergantungan antara ibu dan anak, sering disebut
”amae” di Jepang. Seorang ibu akan mengatur semua hal yang diperlukan oleh anak-anaknya, mulai dari ketika anak bangun tidur, pergi dan pulang sekolah
Universitas Sumatera Utara
19
dan mengerjakan pekerjaan rumah, makan, hingga belajar tembahan. Tujuan seorang ibu adalah baik, yaitu agar si anak dapat mempergunakan waktunya
seefektif mungkin dan terfokus pada pelajarannya di saekolah, di samping agar anak memiliki kemampuan dalam persaingan dalam dunia pekerjaan nantinya.
Sebuah dekade yang mengindikasikan keadaan ekonomi yang rendah dan penurunan pasar tenaga kerja di Jepang membuat sistem yang telah ada
membutuhkan pendidikan sekolah yang kompetitif, untuk pekerjaan elit menjadi tidak bermakna. Ketika orang tua di Jepang pada generasi sekarang
masih menikmati lowongan kerja yang dimilikinya pada perusahaan multi nasional, calon pekerja di Jepang tidak lagi menikmati jaminan seperti itu pada
pasar kerja sekarang. Pemuda Jepang melihat, bahwa sistem yang dipergunakan untuk kakek dan orang tua mereka tidak dapat berfungsi lagi, dan
untuk beberapa orang, kekosongan tujuan hidup membuat mereka sangat rawan untuk mengalami pengunduran diri dari sosial seperti hikikomori.
Namun tidak semua tujuan seorang ibu ini memiliki pengaruh yang baik terhadap anak, sebab bila si anak tidak mampu, harapan orang tuanya akan
menjadi suatu tekanan yang berat terhadap pribadi si anak itu sendiri. Tekanan inilah yang menyebabkan seorang anak mengundurkan diri dari kehidupan
sosialnya, dan orang tua merespon perilaku anak-anak mereka dengan tetap melayani kebutuhan hidup mereka sehingga menyebabkan anak menjadi lebih
terasing.
c. Masalah yang berhubungan dengan sekolah ijime, tookoo kyohi, exams,
gogatsu byo, depression.
Universitas Sumatera Utara
20
Ijime sering terjadi pada seorang anak yang dianggap berbeda dari anak-anak lain di dalam kelas. Bila seorang anak mendapat perlakuan seperti
itu dari kawan-kawannya, belum tentu si anak dapat melaporkan hal tersebut kepada orang tua atau gurunya. Komunikasi dengan oarang-orang sekitarnya
dapat terhambat karena si anak merasa ada sesuatu yang terjadi pada dirinya dan ia tidak mengetahui apa hal tersebut. Akhirnya si anak akan melakukan
tookoo kyohi karena ia tidak merasa nyaman dan tidak diterima lagi di sekolah. Si anak merasa lebih nyaman bila tinggal di rumah dan berada dalam kamarnya
sendiri. Ada kalanya bila rasa percaya dirinya kembali, ia akan mau pergi sekolah kembali. Tapi bila tidak, ia akan melakukan hikikomori. Ujian-ujian
yang cukup berat di sekolah juga menimbulkan rasa tertekan pada si anak. Ia harus dapat menguasai pelajaran yang diberikan di sekolah. Bila tidak dapat,
maka ia akan diberikan pelajaran tambahan oleh ibunya, yaitu dengan memasukkannya ke juku.
2.3 Contoh – Contoh Kejadian Hikikomori