34
2.6.1 Masyarakat yang Tertutup, Amoral dan Kehilangan Tatanan Hidup
Suatu fakta menunjukkan bahwa masyarakat Jepang dewasa ini telah kehilangan batasan-batasan masyarakat, yang dahulu merupakan suatu
keterpaksaan, sebelum adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Moralitas masyarakat saat ini merupakan hasil perubahan rasa penilaian yang selalu
menekankan pada keuntungan ekonomi daripada kelayakan sosial. Dengan kata lain, masyarakat Jepang saat ini telah kehilangan tatanan dan diisi dengan
amoralitas yang seringkali meyebabkan perilaku yang tak bermoral. Karena kurangnya batasan masyarakat dan moralitas sosial, masyarakat cenderung
berperilaku bebas dan tidak peduli terhadap orang lain. Kurangnya batasan masyarakat dan moralitas sosial ini dapat diamati secara nyata di daerah urban dan
dengan sedikit perbedaan, di daerah semi urban. Hanya di daerah pedesaan, yang orang mudanya telah pindah ke kota untuk mencari pekerjaan, sehingga akibatnya
orang-orang tua hidup sendiri dengan komunitasnya, batasan ini masih sangat kuat. Janti dalam Manabu 2006:181, mengatakan ”Orang-orang tua di daerah
menderita akibat fenomena yang disebut ”kasoka” kekurangan penduduk, yang dimulai sejak dimulainya pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat”.
Dalam masyarakat Jepang, ada suatu perasaan terkunggkung dan rasa cemas yang samar-samar, atau rasa tidak percaya terhadap masa depan sebagai
akibat kehancuran apa yang disebut bubble economy atau ekonomi gelembung. Banyak orang kehilangan rasa percaya diri dalam pekerjaan dan hubungan dengan
orang lain. Banyak orang menderita karena kepasifannya, dan tidak merasa ditanggapi dengan sungguh-sungguh dan tidak merasa terjamin. Beberapa orang
Universitas Sumatera Utara
35
melihat diri mereka sendiri terpuruk. Perasaan negatif ini juga datang dari kepasifan budaya Jepang. Kepasifan ini merupakan suatu kebalikan dari negara
Jepang yang telah tertata dengan ketatnya. Oleh karena itu, masyarakat Jepang dapat juga diartikan sebaliknya, sebagai suatu masyarakat yang kehilangan
tatanan dan pada saat yang sama, sebagai masyarakat timbul rasa terkungkung, kecemasan tersamar dan ketidakpercayaan akan masa depan Janti, 2006:181.
2.6.2 Ciri Ciri Khas Pemuda Jepang