5
1. Apakah Struktur Modal, Kinerja Keuangan, dan Keputusan Investasi secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Sebagaimana uraian dari rumusan masalah yang telah dikemukaakn di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1. Menguji dan menganalisis hubungan antara struktur modal, kinerja keuangan perusahaan, dan keputusan investasi secara parsial maupun
simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur sector consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI tahun
2011-2013. 1.3.2.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan serta mempelajari masalah-masalah yang terkait dengan Struktur Modal,
Kinerja Keuangan, Keputusan Investasi dalam kaitannya dengan Nilai Perusahaan.
2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi
sumber referensi untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi investor
6
Penelitian ini diharapkan dapat membantu calon investor yang akan menginvestasikan dananya ke perusahaan-perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini. 4. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak manajemen perusahaan untuk dijadikan masukan dalam pengambilan
keputusan atas kebijakan akuntansi yang diambil.
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1.
Nilai Perusahaan
Menurut Husnan dan Pudjiastuti 2002 : 7, “Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual, semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar pula kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan”. Nilai
perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tinggilnya kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham tinggi pula nilai
perusahaan. Menurut Kondongo dkk. 2014, keinginan para pemilik perusahaan adalah nilai perusahaan yang tinggi, karena dengan nilai yang
tinggi maka kemakmuran pemegang saham juga akan tinggi. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai perusahaan menurut
Weston dan Copeland 2008: 244 yaitu: 1. Price Earning Ratio
Rasio ini menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
2. Price to Book Value Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai
nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV artinya pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.
3. Rasio Tobin’s Q Rasio Tobin’s Q merupakan konsep yang berharga karena
menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental.
8
Pada penelitian ini rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah Price to Book Value PBV. Rasio ini merupakan rasio antara harga
saham terhadap nilai bukunya. Perusahaan yang berjalan dengan baik umumnya mempunyai rasio PBV di atas satu yang menunjukkan bahwa
nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya Sari, 2013. PBV memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut Kusumajaya, 2011:
a. Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang
kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan.
b. Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara
perusahaan – perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation.
c. Perusahaan – perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio PER
dapat dievaluasi dengan Price to Book Value PBV.
2.1.2. Struktur Modal
Struktur modal diperlukan untuk meningkatkan nilai perusahaan karena penetapan struktur modal dalam kebijakan pendanaan perusahaan
menentukan profitabilitas perusahaan. Pemilik struktur modal yang baik pada perusahaan adalah hal yang penting. Menurut Sartono 2010: 225,
“Struktur modal adalah perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham
biasa”. Brigham dan Houston 2011:171 menyatakan struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah struktur yang akan memaksimalkan harga
saham perusahaan.
9
Menurut Sutrisno 2000:307-308 struktur modal dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain:
1. Persesuaian atau Suitability merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan
jangka waktu kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan- perusahaan berjangka pendek bila dibelanjai dengan utang,
obligasi atau dengan mengeluarkan modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan dengan
jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka pendek maka sebaiknya dipenuhi sumber dana
jangka pendek dan bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi sumber dana jangka panjang.
2. Pengawasan atau Control Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada di tangan para
pemegang saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalankan hasil keputusan pemegang saham. Biasanya
sebuah perusahaan dimiliki oleh beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perlu dipertimbangkan
apakah tugas pengawasan dari pemilik lama tidak akan terkurangi. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut,
biasanya pemilik lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan menambah saham.
3. LabaEarning per Share Memilih sumber dana apakah dari saham atau utang, secara
finansial harusnya bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham lebih besar.
4. Tingkat RisikoRiskness Utang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi
sebab bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan laba maupun dalam kondisi merugi.
Oleh karena itu semakin besar penggunaan dana dari utang mengindikasikan perusahaan mempunyai tingkat risiko yang
lebih besar.
2.1.2.1. Sumber Pendanaan
Berikut ini merupakan sumber utama dari dana yang dapat dipakai melaksanakan kegiatan perusahaan:
a. Dari dalam perusahaan sumber dana internal
10
Dana yang berasal dari dalam perusahaan adalah dana atau funds yang berbentuk atau dihasilkan di dalam perusahaan.
Dana yang berasal dari dalam perusahaan terdiri dari berbagai jenis antara lain:
- Keuntungan yang ditahan - Penyusutan
- Saham pemilik - Dan lain-lain
b. Dari luar perusahaan sumber dana eksternal Dana yang berasal dari luar perusahaan terdiri dari 2 golongan,
yaitu: - Sumber dana jangka pendek
Sumber dana jangka pendek ini diperoleh antara lain dari kredit dagang, kredit bank, surat-surat berharga, dan lain-
lain. - Sumber dana jangka panjang
Sumber dana jangka panjang dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain :
• Pinjaman Obligasi Pinjaman obligasi adalah pinjaman jangka waktu
yang panjang. Jadi, debitor mengeluarkan surat pengakuan hutang yang mempunyai nilai nominal
tertentu. • Pinjaman hipotek
Pinjaman hipotek adalah pinjaman jangka panjang. Disini, kreditor dibeli hak hipotek terhadap suatu
barang tidak bergerak dan apabila debitor tidak memenuhi kewajibannya makan barang tersebut
11
dapat dijual dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk menutup tagihannya.
2.1.2.2. Teori Struktur Modal
Ada dua teori yang menjelaskan pilihan atas struktur modal Budiarso, 2013 yaitu:
1. Trade Off Theory
Trade Off Theory menyatakan bahwa dalam mencari hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan terdapat suatu
tingkat leverage debt ratio yang optimal. Oleh karena itu perusahaan akan selalu berusaha menyesuaikan tingkat
leverage ke arah yang optimal. Jadi, tingkat leverage perusahaan bergerak terus dari waktu ke waktu ke arah suatu
target yang ingin dicapai.
2. Pecking Order Theory
Teori ini menyatakan bahwa keputusan keuangan mengikuti suatu hierarki dimana sumber pendanaan dari dalam
perusahaan lebih didahulukan daripada sumber pendanaan dari luar perusahaan. Dalam hal ini perusahaan menggunakan
pendanaan dari luar, pinjaman lebih diutamakan daripada pendanaan dengan tambahan modal dari pemegang saham baru.
3. Signaling Theory
Ross 1977 mengembangkan model dimana struktur modal penggunaan hutang merupakan signal yang disampaikan oleh
manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga
saham meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer bisa menggunakan hutang lebih banyak,
sebagai signal yang lebih credible. Karena perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan di
masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang
baik. Dengan demikian hutang merupakan tanda atau signal positif.
12
2.1.3. Kinerja Keuangan
Kinerja menurut Mangkunegara 2005:67 “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Sedangkan kinerja keuangan menurut Munawir
1998 adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang pada laporan keuangan perusahaan
yang bersangkutan. Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan penilaian
analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja
perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi laporan keuangan, yang isinya adalah data mengenai posisi perusahaan pada suatu
titik dan operasi perusahaan pada masa lalu. “Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk
membantu memperkirakan pendapatan dan dividen masa yang akan datang” Muliani dkk., 2014.
Rasio keuangan yang merupakan bentuk informasi akuntansi yang penting bagi perusahaan selama suatu periode tertentu. Berdasarkan rasio
tersebut, dapat dilihat keuangan yang dapat mengungkapkan posisi, kondisi keuangan, maupun kinerja ekonomis di masa depan atau dengan
kata lain informasi akuntansi.
13
Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan analisis rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yaitu: Lasari, 2012
1. Rasio Likuiditas Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari : Current ratio, Quick ratio, dan Net Working Capital.
2. Rasio Solvabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari : Debt ratio, Debt to Equity ratio, Long term debt to Equity
ratio, Long term debt to Capitalization ratio, Times Interest Earned, Cash Flow Interest Coverage, Cash Flow to net
Income, dan Cash Return on Sales.
3. Rasio Aktivitas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahan dalam
memanfaatkan harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas terdiri dari : Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Acoount
Receivable Turnver, Inventory Turnover, Average Collection Period, dan Day’s Sales in Inventory.
4. Rasio Profitabilitas Rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas terdiri dari: Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Assets,
Return on Equity dan Operating Ratio.
5. Rasio Pasar Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahan dan
diungkapkan dalam basis per saham. Rasio pasar terdiri dari : Devidend Yield, Devidend per share, Devidend payout ratio,
Price Earning ratio, Earning Per Share, Book Value per share, dan Price to Book Value.
Dari kelima rasio diatas, ROE Return on Equity merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Salah satu
alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para pemegang saham. Semakin besar ROE
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Hal ini berdampak terhadap
peningkatan nilai perusahaan. Return on equity ROE adalah salah satu
14
bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal
sendiri yang digunakan oleh perusahaan. Menutut Lasari 2012, Return on Equity ROE diperoleh dengan
cara membandingkan laba bersih setelah panjak terhadap total modal sendiri. Dari rumus tersebut maka dapat dikatakan bahwa faktor yang
menentukan tingkat ROE adalah jumlah laba bersih setelah pajak dan jumlah total modal sendiri. Jika jumlah laba bersih yang didapat
perusahaan tinggi sementara jumlah total modal sendiri perusahaan rendah maka tingkat Return on Equity ROE akan tinggi. Namun sebaliknya
apabila jumlah laba bersih yang didapatkan perusahaan rendah sedangkan jumlah total modal sendiri perusahaan tersebut tinggi makan tingkat
Return on Equity ROE akan rendah.
2.1.4. Keputusan Investasi
Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva
finansial. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik seperti gedung , tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva finansial berupa surat-surat
berharga. Aktiva – aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan
mengelola aktiva sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh
15
laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang keliru dalam investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan.
Keputusan investasi sering dianggap sebagai keputusan terpenting dalam pengambilan keputusan manajer keuangan perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan, yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Pendapat Prasetyo dkk. 2013 memperjelas bahwa
“Keputusan investasi merupakan langkah awal untuk menentukan jumlah aktiva yang dibutuhkan perusahaan secara keseluruhan sehingga keputusan
investasi ini merupakan keputusan terpenting yang dibuat oleh perusahaan.”
Tujuan investasi menurut Fahmi 2012: 3 adalah sebagai berikut : a. Terciptanya keberlanjutan contiunity dalam investasi tersebut.
b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan actual profit.
c. Terciptanya kemakmuran bagi pemegang saham. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan dalam mengukur
keputusan investasi adalah Price Earning Ratio PER, karena rasio ini pada dasarnya memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan
untuk mengembalikan dana pada suatu periode tertentu. Menurut Brigham dan Houston 2010: 150, “Price Earning Ratio menunjukkan jumlah
yang rela dibayarkan oleh investor untuk setiap dolar laba yang dilaporkan.” Sedangkan menurut Sudana 2011: 23, “Price Earning Ratio
mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan
16
dimasa yang akan datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan.”
Berdasarkan definisi diatas makan dapat disimpulkan bahwa Price Earning Ratio adalah rasio yang menggambarkan kesedian investor untuk
membayar jumlah tertentu untuk setiap rupiah laba perusahaan. Dalam penelitian ini akan digunakan Price Earning Ratio PER untuk
mengetahui seberapa besar peran keputusan investasi terhadap nilai perusahaan.
2.2. Penelitian Terdahulu