kemitraan ini dan menurunkan berkah dalam perniagaan mereka. Jika keduanya atau salah satu dari keduanya telah berkhianat, maka Allah meninggalkan mereka dengan
tidak memberikan berkah dan pertolongan sehingga perniagaan itu merugi.
42
3 Ijma
Para ulama sepakat bahwa secara umum melakukan syirkah diperbolehkan dan tidak ada yang menolak legitimasi al-musyarakah meskipun terdapat perbedaan
pendapat mengenai unsur di dalamnya.
43
2. Pembiayaan Mudharabah
a. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah salah satu bentuk kerjasama dalam lapangan ekonomi, yang biasa pula disebut qiradh yang berarti al-
qath’ potongan. Kata mudharabah berasal dari akar kata dharaba pada kalimat al-dharb fi al-ardh, yakni bepergian untuk
urusan dagang. Secara bahasa, menurut Abdurrahman al-Jaziri, mudharabah berarti ungkapan terhadap pemberian harta dari seorang kepada orang lain sebagai modal
usaha dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi diantara mereka berdua, dan apabila rugi akan ditanggung oleh pemilik modal.
44
Mudharabah berdasarkan ahli fiqih merupakan suatu perjanjian dimana seseorang memberikan hartanya kepada orang lain berdasarkan prinsip dagang
42
Aish az
–Zahra, “Musyarakah”. Artikel diakses pada 19 Juni 2010 dari http:aishkhuw.blogspot.com
43
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan Praktisi Keuangan, Jakarta: BI dan Tazkia Institute, 1999, h. 143-144.
44
Helmi, Karim. Fiqh Muamalah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1997. Ed. I, cet ke 2, h. 11
dimana keuntungan yang diperoleh akan dibagi berdasarkan proporsi yang telah disetujui, seperti ½ dari keuntungan atau 13 dan sebagainya.
45
Sedangkan secara teknis al-Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama
shahibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola.
46
b. Landasan Hukum Pembiayaan Mudharabah
Secara umum landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha.
47
Hal ini tampak dari ayat berikut ini: …
…..
Artinya: “……dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah….” Q.S. Al-Muzammil : 20 Berdasarkan ayat Al-
Qur’an diatas, dapat kita ketahui bahwa kata “yadhribuuna fil’ardh” mengandung arti bahwa mencari karunia Allah dapat
dilakukan secara mudharabah dan hukumnya adalah boleh dan sah, karena sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dengan tidak merugikan salah satu pihak, dalam arti
salah seorang diantara yang berakad tidak berbuat curang untuk mendapatkan nisbah yang tidak sesuai kesepakatan.
45
Muhammad, Muslaehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994. Cet ke 2, h. 63
46
Aries, Mufti dan M Syakir Sula, Amanah Bagi Bangsa, Jakarta: MES, 2006, h.64
47
Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Bogor : Tazkia Institute, 2001, h. 136
c. Jenis-jenis Mudharabah