BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor dalam pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap,
akurat serta tepat waktu memungkinkan investor untuk mengambil keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan oleh perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan.
Sebelum munculnya fenomena tanggung jawab sosial ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga yang memberi banyak keuntungan kepada masyarakat. Hal ini
sejalan dengan pendekatan akuntansi tradisional yang menyatakan bahwa perusahaan harus memaksimalkan laba agar dapat memberikan sumbangan yang
maksimum kepada masyarakat. Akan tetapi masyarakat semakin sadar akan dampak yang ditimbulkan perusahaan dalam menjalankan operasinya, yang
dirasakan semakin besar dan sulit dikendalikan. Aksi protes terhadap perusahaan seringkali dilakukan oleh para karyawan
dalam rangka menuntut kebijakan upah dan fasilitas kesejahteraan lainnya yang dianggap kurang mencerminkan nilai keadilan. Aksi yang sama juga tidak jarang
dilakukan oleh konsumen berkaitan dengan mutu produk, kesehatan, keselamatan, dan kehalalan suatu produk. Protes juga dilakukan masyarakat berkaitan dengan
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah yang berasal dari pabrik perusahaan.
Adanya pergeseran dari pandangan tradisional ke arah kesejahteraan sosial ini telah mendorong lahirnya akuntansi sosial ekonomi yang memfokuskan
perhatiannya terhadap dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan kepada masyarakat, baik dampak sosial yang bersifat positif menguntungkan maupun
yang bersifat negatif merugikan. Lahirnya akuntansi sosial merupakan hasil dari upaya untuk mengakomodasi kebutuhan perusahaan dalam melakukan
pertanggungjawaban sosial kepada masyarakat. Tuntutan mereka adalah agar perusahaan lebih memperhatikan tanggung
jawab sosial di lingkungan sekitar perusahaan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan memasukan dewan komisaris dalam susunan
organisasi, yang diambil dari dalam maupun dari luar lingkungan perusahaan. Dewan komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan yang berbadan
hukum perseroan terbatas yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen direksi, dan bertanggung jawab untuk
menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan.
Alasan yang mendasari bahwa dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial adalah karena dewan komisaris
merupakan pelaksana tertinggi dalam perusahaan. Susunan atau jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan akan mencerminkan objektivitas dalam menilai
kebijakan yang dibuat perusahaan. Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan menetapkan
kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif dibanding perusahan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari
dalam perusahaan. Selain itu jumlah dewan komisaris yang terdapat dalam susunan organisasi dapat mempengaruhi kinerja dan tanggung jawab terhadap
masyarakat di lingkungan internal ataupun eksternal perusahaan tersebut. Karena semakin banyak dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan maka
kecurangan atau tindakan penyimpangan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan dapat sedikit diminimalkan.
Sejak tahun 2007, laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur menampilkan pengungkapan aktivitas sosial perusahaan yang telah
dilakukan. Walaupan demikian, luas lingkup dan kedalaman pengungkapan sosial yang dimuat perusahaan berbeda-beda. Ada yang hanya mengungkapkan
tanggung jawab sosial tanpa menjabarkan program-program yang dilakukan misalnya hanya menempatkan tanggung jawab pada akun jasa sosial dan tidak
secara rinci menjabarkan pelaksanaan tanggung jawab sosial. Namun ada juga yang mengungkapkannya secara rinci misalnya memberikan beasiswa, program
lingkungan, kemitraan usaha kecil dan menengah, donasi, dan bantuan bencana alam. Tidak seragamnya luas pengungkapan dan kedalaman informasi yang
diungkapkan oleh perusahaan disebabkan karena ”aktivitas CSR diasumsikan sebagai aktivitas berdasarkan kerelaan alih-alih paksaan” Susanto, 2009 : 2.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sitepu 2008 ukuran dewan komisaris dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah
informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah
informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. Sementara
variabel yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan profile perusahaan. Dalam penelitian
ini saya ingin meneliti kembali apakah benar ukuran dewan komisaris dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial
sedangkan ukuran perusahaan tidak. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan variabel profile perusahaan. Jika
penelitian terdahulu menggunakan variabel tingkat leverage maka saya akan mencoba mencari tahu apakah profile perusahaan memiliki pengaruh yang
signifikan atau tidak terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010. Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan dalam sebuah skripsi dengan judul :
“Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia BEI” .
B. Perumusan Masalah