Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang saya gunakan adalah Return On Assets ROA.
Penelitian Sitepu 2008 berhasil menemukan hubungan yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial.
Namun Rosmasita 2007 dan Marpaung 2009 tidak berhasil menemukan hubungan yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan
tanggung jawab sosial. Karena perbedaan dari hasil penelitian terdahulu maka penelitian ini menguji kembali pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan
sosial perusahaan manufaktur dalam laporan tahunan di Bursa Efek Indonesia.
3. Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak.
Menurut Widjaya 2000 : 84 komisaris adalah “organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan perseroan”. Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris
merupakan hal penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif. Menurut Widjaya 2000 : 84 “perusahaan diwajibkan mempunyai paling
sedikit dua orang komisaris karena menyangkut kepentingan masyarakat yang memerlukan pengawasan yang lebih besar”. Dewan komisaris yang berasal
dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak dari luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih
objektif dibanding perusahan yang memiliki susunan dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan.
Dewan komisaris memiliki akses informasi khusus yang berharga sehingga menjadikannya sebagai alat efektif dalam pengendalian keputusan.
Fungsi dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen direksi dan bertanggung
jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern
perusahaan. Menurut Susanto 2009 : 58
Pejabat senior atau komite yang bertanggung jawab terhadap implementasi CSR secara keseluruhan dalam perusahaan harus
diidentifikasi dan diberi sumber daya guna mendukung tugas- tugas yang dilaksanakannya. Departemen-departemen tertentu
yang memiliki tanggung jawab CSR, seperti lingkungan, perlindungan bagi kesehatan dan keselamatan, hubungan pekerja,
hubungan pemasok, hubungan masyarakat, serta hubungan pelanggan, kemungkinan akan melapor kepada pejabat senior atau
komite.
Item dan kualitas informasi yang diungkapkan dalam laporan yang disiapkan manajemen dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dan
kebijakan perusahaan. Manajemen memiliki dorongan untuk mengungkapkan informasi yang menguntungkan dan menyembunyikan informasi yang tidak
menguntungkan. Informasi yang menguntungkan akan diungkap seluas- luasnya, sedangkan informasi yang tidak menguntungkan kelihatannya tidak
diungkap dan sebagai hasilnya, para pemegang saham tidak akan mengetahui
secara khusus informasi yang disembunyikan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemegang saham mendelegasikan wewenang mereka dalam memonitor
aktivitas manajemen kepada dewan komisaris. Dalam penelitian ini ukuran dewan komisaris adalah jumlah dewan komisaris yang ada di dalam
perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel.
4 . Profile Perusahaan
Profile perusahaan telah diidentifikasi sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan. Dalam penelitian ini
saya mengelompokkan profile perusahaan ke dalam 2 jenis yaitu industri high profile dan industri low profile. Menurut Anggraini dalam Apriadi, 2011
perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high profile adalah perusahaan yang memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap
lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompensasi yang ketat. Perusahaan low profile adalah perusahaan
yang tidak terlalu memperoleh sorotan luas dari masyarakat manakala operasi yang mereka lakukan mengalami kegagalan atau
kesalahan pada aspek tertentu.
Sembiring dalam Apriadi, 2011 menyatakan perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas,
otomatif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, kesehatan,
transportasi dan pariwisata akan dimasukkan ke dalam kategori high profile. Sedangkan perusahaan bangunan, keuangan dan
perbankan, supplier peralatan medis, property, retailer, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga
dimasukkkan ke dalam kategori low profile.
Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low
profile, ini dikarenakan perusahaan high profile mengungkapkan informasi sosialnya untuk membangun image perusahaan tersebut. Perusahaan yang
memiliki high profile memiliki resiko politik yang tinggi atau kompetisi yang tinggi. Hal ini karena perusahaan yang berorientasi pada pelanggan akan lebih
memperhatikan pertanggungjawaban sosialnya kepada masyarakat, karena hal ini akan meningkatkan citra perusahaan dan dapat mempengaruhi tingkat
penjualan. Penentuan pembagian perusahaan menjadi high profile dan low profile
pada penelitian ini didasarkan pada hubungan langsung antara perusahaan dengan masyarakat atau konsumen dan memang sesuai dengan kriteria
penelitian-penelitian sebelumnya. Perusahaan high profile diberikan skor 1, sedangkan perusahaan low profile diberikan skor 0.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu