Kecelakaan Pesawat Terbang Garuda Indonesia GA-152 Di Bandar Udara Polonia, Medan

tempatsang Pengatur Lalu Lintas Udara bernaung, karena terdapat unsur kelalaian yang dilakukan oleh organisasi dalam pengelolaan sumber daya manusia yang dinaunginya. Tanggung jawab secara korporasi tidaklah bertentangan dengan regulasi penerbangan, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 karena dalam regulasi penerbangan tersebut, seperti yang diatur dalam Pasal 411 ayat 1, bahwa tindak pidana penerbangan yang dilakukan oleh orang yang bertindak, baik untuk dan atau atas nama organisasi ataupun untuk kepentingan dari organisasinya, baik berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lainnya, bertindak dalam lingkungan organisasi tersebut, baik secara sendiri maupun bersama-sama, dianggap tindakan tersebut dilakukan oleh korporasi, sehingga pertanggungjawaban pidananya dibebankan kepada organisasi ataupun pengurusnya.

D. Kecelakaan Pesawat Terbang Garuda Indonesia GA-152 Di Bandar Udara Polonia, Medan

Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 adalah sebuah pesawat Airbus A300-B4 dengan nomor registrasi PK-GAI yang jatuh sekitar pukul 13.30 WIB di kawasan perladangan warga di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, Indonesia sekitar 32 km dari bandara dan 45 km dari kota Medan saat hendak mendarat di Bandara Polonia Medan pada 26 September 1997. Kecelakaan ini menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 222 orang dan 12 awak. Universitas Sumatera Utara Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Jakarta ke Medan dan telah bersiap untuk mendarat. Kontak terakhir dari pilot yang diterima oleh Pengatur Lalu Lintas Udara sekitar pukul 13.18 WIB, Pengatur Lalu Lintas Udara Bandara Polonia kehilangan hubungan dengan pesawat sekitar pukul 13.30 WIB. Saat terjadinya peristiwa tersebut, kota Medan sedang diselimuti kabut tebal dengan visibility jarak pandang sekitar 600 sampai 800 meter. Ketebalan kabut menyebabkan jangkauan pandang pilot sangat terbatas dan cuma mengandalkan tuntunan dari Pengatur Lalu Lintas Udara Bandara Polonia, namun kesalahmengertian komunikasi antara Pengatur Lalu Lintas Udara dengan pilot menyebabkan pesawat mengambil arah yang salah dan menabrak tebing gunung. Penyebab jatuh diduga karena kesalahan petugas Pengatur Lalu Lintas Udara Air Traffic Control ATC saat mengarahkan pilot Hance Rahmowiyogo keluar dari kabut kabut 15 menit sebelum mencapai Bandara Polonia dalam penerbangannya dari Jakarta. Bukannya keluar dari kabut, pesawat justru menabrak perbukitan dan menewaskan seluruh penumpang dan awak. Di antara penumpang ada dua extra crew, masing-masing Sumali pilot dan Tahta Yuwaldi kopilot. Pesawat badan lebar bermesin ganda Pratt and Whitney JT9D-59A ini dimiliki Garuda sebanyak sembilan buah, masuk pertama kali di armada Garuda bulan Maret 1982. Pesawat itu mengangkut kargo sebanyak 6.750 kg dan pos 588 kg. Bahan bakar yang dibawa dalam tanki sebanyak 25.000 kg dan baru terpakai 12.700 kg. Kecelakaan ini mengingatkan kejadian yang menimpa pesawat F-28 Garuda Mamberamo, serta pesawat TNI AU Hercules C-130H-MP, masing- masing 13 Juli 1979 dan 23 November 1985. Kala itu pesawat F-28 menempuh Universitas Sumatera Utara rute Palembang-Medan, membawa empat awak dan 57 penumpang, sedang Hercules TNI AU yang membawa 10 awak, terbang dari Padang dalam rangka patroli udara. Ketiga peristiwa naas tersebut, sama-sama terjadi di sekitar Gunung Sibayak, Sumut, dan sama-sama menewaskan seluruh penumpang dan awak. Evakuasi korban sampai pukul 21.00 belum dapat dilakukan karena lokasi reruntuhan berada di jurang sedalam 400 meter dan terletak tiga kilometer dari ruas jalan utama Medan-Berastagi. Namun sejak sore, petugas tim SAR dari ABRI dan masyarakat terus berusaha mengumpulkan potongan mayat yang sebagian besar sulit dikenali. Tidak sedikit pun bentuk bagian pesawat yang masih utuh. Semuanya hancur berkeping-keping. Seluruh isi pesawat bercampur aduk dengan potongan tubuh manusia. Hampir seluruh mayat yang ditemukan tidak ada yang utuh. Untuk mengantisipasi penerbangan dari Bandara Polonia Medan, sejak pukul 15.30 WIB Kepala Cabang Bandara Polonia Medan Hari Sirjono menutup rute penerbangan sejak pukul 15.30 WIB. Universitas Sumatera Utara BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan