14
lelang terhadap boedel kepailitan berupa jaminan Hak Tanggungan di Indonesia. Hasil
penelitian ini
juga dapat
diharapkan dapat
memberikan masukan
penyempurnaan peraturan atau kebijakan tentang pelaksanaan lelang. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada masyarakat terkait dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan lelang terhadap boedel kepailitan berupa jaminan Hak
Tanggungan di Indonesia. Selain itu, juga dapat memberikan masukan bagi profesi notaris, akademisi, pengacara dan mahasiswa.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara khusus pada
Magister Kenotariatan maupun Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara,
penelitian dengan judul ”Tinjauan Yuridis Hak Kreditor Pemegang Hak Tanggungan Pertama Dalam Pelelangan Boedel Kepailitan
” belum pernah diteliti sebelumnya. Adapun penelitian yang berkaitan dengan hak pemegang Hak
Tanggungan, yaitu: Nama
: BELINDA NIM
: 077011009 Judul Tesis
: Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan
Permasalahan :
Universitas Sumatera Utara
15
1 Bagaimana ketentuan hukum pelaksanaan kepailitan kreditur terhadap debitur?
2 Bagaimana kedudukan kreditur pemegang Hak Tanggungan dalam keputusan kepailitan?
3 Bagaimana akibat hukum kepailitan debitur terhadap kreditur pemegang Hak Tanggungan dalam eksekusi Hak Tanggungan?
Atas dasar sistem pendekatan yang berbeda dari saudari Belinda yang khusus tentang akibat hukum putusan pernyataan pailit sedangkan penelitian yang saya
gunakan adalah pendekatan secara komprehensif dan dengan demikian keaslian penelitian ini dapat saya pertanggungjawabkan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Teori merupakan keseluruhan pernyataan yang saling berhubungan yang dikemukakan untuk menjelaskan tentang adanya sesuatu.
14
Fungsi teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala fisik atau proses terjadi.
15
Suatu teori harus diuji untuk menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukan
ketidakbenarannya.
16
Sehingga kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang
14
J.J.H.Bruggink, “Refleksi Tentang Hukum”, dialihbahasakan oleh Arief Shidarta, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 2
15
J.J.M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, edt M. Hisyam, Jakarta : FE UI, 1996, hal 203
16
Ibid, hal.16
Universitas Sumatera Utara
16
menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis,
17
yang akan dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penulisan tesis ini.
Dengan demikian teori yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini adalah teori kesetaraan dan kepastian hukum.
UUK lahir guna mengatur mengenai cara menentukan eksistensi suatu utang debitur kepada kreditur, berapa jumlahnya yang pasti termasuk mengupayakan
perdamaian yang dapat ditempuh oleh debitur kepada para krediturnya.
18
Selain itu, undang-undang kepailitan lahir :
1. Untuk menghindari perebutan harta debitur apabila dalam waktu yang sama ada beberapa kreditur yang menagih piutangnya dari debitur
2. Untuk menghindari adanya kreditur pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan
cara menjual barang milik debitur tanpa memperhatikan kepentingan debitur atau para kreditur lainnya
3. Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah seorang kreditur atau debitur sendiri.
19
Dalam pelaksanaan putusan pailit yang telah ditetapkan oleh Pengadilan Niaga, semua pihak-pihak yang berkaitan dengan perkara kepailitan tersebut wajib
menjalankan putusan yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan Niaga yang telah
17
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994, hal. 80
18
Zainal Asikin, Op.Cit, hal. 13
19
Penjelasan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
Universitas Sumatera Utara
17
mempertimbangkan hak-hak dan kepentingan para pihak dengan berdasarkan pada teori kesetaraan.
Putusan pernyataan pailit membawa akibat hukum terhadap debitor. Pasal 21 UUK menentukan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitor pada saat
putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh selama kepailitan.
20
Selanjutnya, dalam Pasal 21 UUHT memberikan jaminan terhadap hak dari pemegang Hak Tanggungan apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit.
Menurut pasal 21 UUHT itu, apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit, pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang
diperolehnya menurut ketentuan UUHT. Dengan demikian, objek Hak Tanggungan tidak akan disatukan dengan harta kepailitan untuk dibagi kepada kreditor-kreditor
lain dari pemberi Hak Tanggungan. Ketentuan Pasal 21 UUHT ini memberikan penegasan mengenai kedudukan yang preferen dari pemegang Hak Tanggungan
terhadap objek Hak Tanggungan terhadap kreditor-kreditor lain. Pada dasarnya, kedudukan para kreditor adalah sama paritas creditorum.
Oleh karena itu, mereka mempunyai hak yang sama atas hasil eksekusi boedel pailit sesuai dengan besarnya tagihan mereka masing-masing pari passu prorata parte.
Namun demikian, asas tersebut mengenal pengecualian yaitu golongan kreditor yang memegang hak agunan atas kebendaan dan golongan kreditor yang haknya
didahulukan berdasarkan UUK dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan
20
Ahmad Yani Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Kepailitan, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1999, hal. 30
Universitas Sumatera Utara
18
demikian, asas paritas creditorum berlaku bagi para kreditor konkuren saja.
21
Sedangkan asas pari passu prorata parte menemukan relevansinya dalam kondisi harta debitur yang akan dibagi lebih kecil dibanding dengan jumlah utang-utang
debitur. Asas paritas creditorium dianut di dalam sistem hukum perdata di Indonesia.
Hal itu temuat dalam Pasal 1131 KUH Perdata yang menyatakan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Sedangkan, asas pari passu prorate parte termuat dalam Pasal 1132 KUH Perdata yang menyatakan
bahwa kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut
keseimbangannya yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan.
22
Bagi kreditur pemegang Hak Tanggungan, putusan pailit tersebut ada kalanya dianggap tidak memenuhi teori kesetaraan sebagaimana mestinya. Kreditur pemegang
Hak Tanggungan selalu merasa dirugikan akibat adanya putusan pailit yang dianggap sudah memenuhi hak-hak dan kepentingan seluruh kreditor yang terkait. Oleh karena
itu, untuk mencapai tujuan pelaksanaan peradilan
yang bisa mewujudkan
21
Fred BG. Tumbuan, “Pokok-pokok Undang-undang Tentang Kepailitan sebagaimana diubah oleh Perpu No. 11998”, dalam Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit atau Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang. Editor, Rudy A. Lontoh, Bandung : Alumni, 2001, hal. 128
22
M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, Jakarta : Kencana, 2008, hal. 4-5
Universitas Sumatera Utara
19
keseimbangan dan keadilan bagi para pihak. Para pihak yang terkait dalam perkara kepailitan harus memperhatikan asas-asas yang diadopsi oleh hukum kepailitan.
Kepastian hukum menunjukan kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap, konsisten dan konsekuen, yang pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif. Adapun kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat karena kepastian
hukum dalam bentuk peraturan atau ketentuan umum mempunyai sifat sebagai berikut :
23
1. adanya paksaan
dari luar
sanksi dari
penguasa yang
bertugas mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara alat-
alatnya; 2. sifat undang-undang mengikat dan berlaku bagi siapa saja.
Teori kesetaraan dan kepastian hukum penting dalam pelaksanaan lelang terhadap boedel kepailitan berupa jaminan Hak Tanggungan. Kedua teori ini
digunakan untuk memberikan perlindungan hukum kepada kreditur pemegang Hak Tanggungan. Hak preferen dari kreditur pemegang Hak Tanggungan dapat
melakukan eksekusi terhadap Hak Tanggungan setelah melewati masa penangguhan paling lama 90 Sembilan puluh hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit
diucapkan dan eksekusinya dilakukan paling lambat 2 bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi.
23
Sieinfokum, keadilan
dan kepastian
hukum diakses
dari http:yahyazein.blogspot.com200807keadilan dan kepastian hukum.html, terakhir diakses
tanggal 14 Mei 2012
Universitas Sumatera Utara
20
2. Konsepsi