25
4. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
34
Di dalam penelitian hukum normatif, maka analisis data pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum
tertulis. “Sistematisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi”.
35
Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk
melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan :
36
a mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti;
b memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian; c mensistemasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin;
d menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada;
e menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif. Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian hukum
normatif maka analisis data yang dipergunakan adalah analisis kualitatif.
34
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, hal.101
35
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hal.251
36
Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal.45
Universitas Sumatera Utara
26
BAB II HAK KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN PERTAMA ATAS
BARANG JAMINAN DALAM UNDANG-UNDANG HAK TANGGUNGAN
A. Hak Tanggungan 1. Pengertian Hak Tanggungan
Hak Tanggungan diatur dalam Pasal 1 ayat 1 UUHT, disebutkan bahwa: Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-
kreditur lain. Dari pengertian Hak Tanggungan tersebut dapat disimpulkan bahwa, pada
prinsipnya pemberian Hak Tanggungan selalu disertai dengan perjanjian utang piutang atau perjanjian lainnya yang menerbitkan kewajiban pembayaran utang
tertentu. Dengan tujuan untuk menjamin pelunasan utang piutang inilah, maka penjaminan dengan Hak Tanggungan ini diberikan.
Kewajiban dari keberadaan suatu utang piutang yang menyertai suatu pemberian Hak Tanggungan merupakan suatu hal mutlak yang harus ada pada saat
eksekusi Hak Tanggungan dimohonkan
37
. Ini secara tegas disyaratkan dalam ketentuan Pasal 3 ayat 1 UUHT :
37
Gunawan Widjaja Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta; PT. RajaGrafindo Persada, 2007, hal. 114
26
Universitas Sumatera Utara
27
“utang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan dapat berupa utang yang telah ada atau yang telah diperjanjikan dengan jumlah tertentu atau jumlah yang pada
saat permohonan eksekusi Hak Tanggungan diajukan dapat ditentukan berdasarkan perjanjian utang piutang atau perjanjian lain yang menimbulkan hubungan utang
piutang yang bersangkutan”.
Ketentuan tersebut secara tidak langsung telah menunjukan suatu kemajuan dalam memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada pihak kreditor.
Berbeda dengan keadaan sebelumnya, UUHT hanya mensyaratkan adanya suatu jumlah tertentu yang dapat diketahui dengan pasti berdasarkan perjanjian yang ada
pada saat eksekusi Hak Tanggungan dimohonkan pelaksanaannya. Ada beberapa unsur pokok dari Hak Tanggungan yang termuat di dalam
defenisi tersebut. Unsur-unsur pokok itu ialah :
38
1 Hak Tanggungan adalah hak jaminan untuk pelunasan utang; 2 Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah sesuai UUPA;
3 Hak Tanggungan dapat dibebankan atas tanahnya hak atas tanah saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu; 4 Utang yang dijamin harus suatu utang tertentu;
5 Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.
Hak Tanggungan sebagai lembaga hak jaminan atas tanah yang kuat, harus mengandung ciri-ciri:
39
38
Sutan, Op.Cit, hal. 11
39
Lihat Penjelasan Umum UUHT angka 3
Universitas Sumatera Utara
28
a. Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya, yaitu dikenal dengan “droit de preference”. Apabila
debitor cidera janji, maka debitor pemegang Hak Tanggungan berhak untuk menjual objek yang dijadikan jaminan melalui pelelangan umum menurut
peraturan hukum yang berlaku dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut, dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur
lain yang bukan pemegang Hak Tanggungan dengan peringkat yang lebih rendah.
b. Hak Tanggungan selalu mengikuti objek yang dijaminkan di tangan siapapun objek itu berada. Keistimewaan ini dikenal sebagai droit de suite. Biarpun
objek Hak Tanggungan sudah di pindahkan haknya kepada pihak lain, kreditur pemegang Hak Tanggungan tetap masih berhak untuk menjualnya
melalui penjualan umum jika debitor cidera janji. c. Hak Tanggungan memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat
mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihaknya yang berkepentingan. Droit de preference dan droit de suite sebagai
keistimewaan yang diberikan kepada kreditur pemegang Hak Tanggungan, jelas bisa merugikan kreditur-kreditur lain dan pembeli objek Hak
Tanggungan yang bersangkutan, apabila adanya Hak Tanggungan yang membebani objek yang dijadikan jaminan bagi pelunasan piutang kreditur
tersebut tidak diketahui oleh mereka. Untuk sahnya pembebanan Hak Tanggungan dipersyaratkan, bahwa wajib disebut secara jelas piutang mana
Universitas Sumatera Utara
29
dan sampai sejumlah berapa yang dijaminkan serta benda-benda yang mana dijadikan jaminan.
d. Hak Tanggungan itu mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Jika debitor cidera janji maka kreditur pemegang Hak Tanggungan berhak untuk melelang
objek yang dijadikan jaminan sebagai pelunasan piutangnya. Kepastian pelaksanaan eksekusi tersebut yang menjadi ciri Hak Tanggungan, dengan
disediakannya cara-cara yang lebih mudah daripada melalui acara gugatan seperti perkara perdata biasa.
2. Subjek dan Objek Hak Tanggungan a.