Fungsi Lelang Tinjauan Yuridis Hak Kreditor Pemegang Hak Tanggungan Pertama Dalam Pelelangan Boedel Kepailitan

43 c. pembeli tidak dapat ditunjuk sebelumnya, kecuali kepada para calon peminat lelang dengan penawaran tertinggi yang telah melampaui harga limit dapat ditunjuk sebagai pemenangpembeli; d. memenuhi unsur publisitas, karena lelang adalah penjualan yang bersifat transparan; e. dilaksanakan pada suatu saat dan tempat tertentu sehingga bersifat cepat, efisien dan efektif.

2. Fungsi Lelang

Lelang sebagai salah satu cara penjualan memiliki fungsi privat dan fungsi publik. Dikatakan memiliki fungsi privat karena lelang merupakan institusi pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli. Maka lelang berfungsi memperlancar arus lalu lintas perdagangan barang. Sedangkan fungsi publik lelang yang dimaksud adalah bahwa: a. pengamanan aset yang dimilikidikuasai oleh negara untuk meningkatkan efisiensi dan tertib administrasi pengelolaannya; b. mendukung badan-badan peradilan dengan pelayanan penjualan barang yang mencerminkan keadilan, keamanan dan kepastian hukum karena itu, semua penjualan eksekusi eks sita pengadilan, PUPN, Kejaksaan dan sebagainya harus dilakukan secara lelang; c. mengumpulkan penerimaan negara dalam bentuk bea lelang dan uang miskin. Universitas Sumatera Utara 44 Pada asasnya pelaksanaan eksekusi harus melalui penjualan di muka umum atau melaui lelang Pasal 1 ayat 1 UUHT. Dasar pikirannya adalah bahwa diperkirakan, bahwa melalui suatu penjualan lelang terbuka, dapat diharapkan akan diperoleh harga yang wajar atau paling tidak mendekati wajar, karena dalam suatu lelang tawaran yang rendah bisa diharapkan akan memancing peserta lelang lain untuk mencoba mendapatkan benda lelang dengan menambah tawaran. Ini merupakan salah satu wujud bagi perlindungan undang-undang kepada pemberi jaminan. 58 Yang dimaksud dengan lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan dan atau penetapan pengadilan, dokumen-dokumen lain yang dipersamakan dengan itu, danatau melaksankan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. 59 Eksekusi lelang adalah suatu proses yang sangat sederhana, dan lelang merupakan sebuah mekanisme pasar kedua dengan jalan mana orang dapat berkumpul untuk membeli dan menjual berbagai jenis barang. 60 Dalam eksekusi dikenal 5 lima asas yaitu : 61 1. putusan hakim yang akan dieksekusi haruslah putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap in kracht van gewijsde; 2. putusan hakim yang akan dieksekusi harus bersifat menghukum condemnatoir; 58 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Buku 2, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2004, hal. 266 59 Pasal 1 point 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93PMK.062010. 60 S. Mantayborbir, Kompilasi Sistem Hukum Pengurusan Piutang dan Lelang Negara, Jakarta: Pustaka Bangsa Press, 2004, hal. 132 61 Wildan Suyuthi, Sita Eksekusi, Praktek Kejurusitaan Pengadilan, Jakarta; PT. Tatanusa, 2004, hal. 64 Universitas Sumatera Utara 45 3. putusan tidak dijalankan secara sukarela; 4. eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan ketua pengadilan; 5. eksekusi harus sesuai dengan amar putusan. Dalam hukum acara perdata dikenal beberapa jenis eksekusi yaitu: 1. Eksekusi putusan yang menghukum para pihak yang dikalahkan untuk membayar sejumlah uang, dalam eksekusi prestasi yang diwajibkan adalah pihak yang dikalahkan harus membayar sejumlah uang, eksekusi ini diatur dalam Pasal 196 HIR dan 208 Rbg. 2. Eksekusi yang menghukum orang untuk melakukan sesuatu perbuatan, diatur dalam Pasal 225 HIR dan Pasal 259 Rbg. Eksekusi ini adalah untuk memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan sebagaimana yang diputuskan oleh hakim, oleh karena seseorang tidak dapat meminta bantuan pengadilan agar kepentingan yang akan diperolehnya dapat dinilai dengan uang. 3. Eksekusi riil, yaitu merupakan pelaksanaan prestasi yang dibebankan kepada nasabah debitur atau pihak yang dikalahkan oleh hakim secara langsung. Jadi eksekusi riel ini adalah pelaksanaan putusan yang sampai pada hasil yang sama apabila dilaksanakan secara sukarela oleh pihak yang bersangkutan. Dengan pelaksanaan eksekusi riel ini, maka yang berhak dapat menerima prestasi. Lelang eksekusi Hak Tanggungan yang dilakukan berdasarkan Pasal 6 UUHT, yang memberikan hak kepada pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual sendiri secara lelang terhadap objek Hak Tanggungan apabila cidera janji. Pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan didasarkan Pasal 6 UUHT sebenarnya Universitas Sumatera Utara 46 masih banyak dipertanyakan dalam praktek. 62 Penjelasan Pasal 6 UUHT, disebutkan hak untuk menjual Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan yang diutamakan yang dipunyai pemegang Hak Tanggungan atau pemegang Hak Tanggungan dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang Hak Tanggungan. Pasal 6 UUHT mengingatkan kita pada Pasal 1178 ayat 2 KUHPerdata. Pasal 1178 ayat 2 KUHPerdata menentukan bahwa: “Namun diperkenankanlah kepada si berpiutang hipotik pertama untuk, pada waktu diberikannya hipotik, dengan tegas minta diperjanjikan bahwa, jika uang pokok tidak dilunasi semestinya atau jika bunga yang terutang tidak dibayar, ia secara mutlak akan dikuasakan menjual persil yang diperikatkan di muka umum maupun bunga serta biaya dari pendapatan penjualan itu. Janji tersebut harus dilakukan menurut cara sebagaimana diatur dalam Pasal 1211”. Pasal 6 UUHT diperbandingkan dengan Pasal 1178 ayat 2 KUHPerdata, maka dapat dikatakan menurut Pasal 1178 ayat 2 KUHPerdata, kewenangan untuk menjual atas kekuasaan sendiri sudah dengan sendirinya menjadi bagian dari Hak Tanggungan. Dalam Penjelasan UUHT bagian umum point 9, disebutkan, salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitor cidera janji. Undang-undang ini menegaskan, bahwa selama belum ada pengaturan perundang-undangan yang mengatur tentang eksekusi Hak Tanggungan sebagai lembaga parate executie, peraturan mengenai eksekusi hipotik 62 Purnama Tioria Sianturi, Op. Cit, hal. 74-75. Universitas Sumatera Utara 47 yang diatur dalam Pasal 224 HIR dan Pasal 258 Rbg, berlaku terhadap eksekusi Hak Tanggungan. 63 Selanjutnya penjelasan Pasal 20 ayat 1, disebutkan: ketentuan ayat ini merupakan perwujudan dari kemudahan yang disediakan oleh undang-undang ini bagi para kreditor pemegang Hak Tanggungan dalam hal dilakukan eksekusi. Pada prinsipnya setiap eksekusi harus dilaksanakan dengan melalui pelelangan umum, karena dengan cara ini dapat diperoleh harga yang paling tinggi untuk objek Hak Tanggungan. Pada umumnya pelelangan berdasarkan Pasal 6 UUHT ini diumumkan melalui media masa cetak. Dalam hal ini, kreditor bertindak sebagai penjual lelang yang pelaksanaannya dilakukan melalui Kantor Pelayanan Negara dan Lelang KPKNL. Dapat juga pelelangan dilakukan melalui jasa pra lelang oleh Balai Lelang Swasta. Pelelangan umum artinya penjualan obyek jaminan baik hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan dilakukan secara lelang dan terbuka untuk umum dan harus sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 20 ayat 1 UUHT, mengenai tata caranya. Untuk melaksanakan pelelangan ini, kreditur atau kuasa hukumnya mengajukan permohonan melalui pengadilan negeri kekantor lelang setempat dan setelah ditentukan persyaratan hari tanggal pelelangan maka pada saat lelang akan dilaksanakan, ketua pengadilan negeri memberikan pengantar kemudian untuk acara lelang langsung diserahkan pada utusan yang ditunjuk oleh kantor lelang setempat, 63 Ibid, hal. 76 Universitas Sumatera Utara 48 sedangkan untuk bank-bank pemerintah eksekusi tidak melalui pengadilan, melainkan diserahkan pada Panitia Urusan Piutang Negara PUPN. Eksekusi untuk bank-bank pemerintah dilakukan oleh PUPN, untuk pelaksanannya Ketua PUPN mengeluarkan suatu surat yang disebut surat paksa yang dapat dijalankan secara penyitaan dan pelelangan barang-barang kekayaan penanggung utang. Surat paksaan ini dianggap sama dengan putusan hakim dalam perkara perdata yang berkekuatan hukum tetap, tidak dapat dimintakan banding dan kasasi Pasal 11 angka 3 sub 2 UU PUPN. Tetapi perlu diketahui bahwa surat paksa itu dikeluarkan oleh pejabat atau badan tata usaha negara, maka si berhutang yang merasa dirugikan dapat menggugat melalui peradilan tata usaha negara agar surat paksa yang merupakan keputusan tata usaha negara dibatalkan atau dinyatakan tidak sah. Sedangkan kalau bantahan penanggung utang maupun pihak ketiga terhadap pelaksanaan surat paksa atas penyitaan barang-barang bergerak, diajukan ke pengadilan negeri, tetapi harus bantahan bukan perlawanan verzet dengan cara gugatan biasa yang didasarkan adanya peristiwa perbuatan melanggar hukum.

C. Kreditur Dalam Kepailitan 1. Pengertian dan jenis-jenis kreditur dalam hukum kepailitan

Kreditur berasal dari kata latin “credence” atau “credere” yang artinya dapat dipercaya. Kemudian kata “credence” menjadi kata kredit dalam bahasa Inggris yang memiliki arti yang sama dengan faith, trust favorable repute, power based on confidence, acknowledgement of merit, confidence in a buyers ability to pay atau Universitas Sumatera Utara 49 reputation of solvency. Kata benda dari “credence” adalah creditum atau kredit Inggris yang artinya sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang thing entrusted to one. Pengertian kreditur diatur dalam Pasal 1 angka 2 UUK disebutkan : “kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan”. Keberadaan atau eksistensi dari kreditur adalah syarat mutlak dalam kepailitan dengan alasan sebagai berikut: a. Pasal 2 ayat 1 mensyaratkan adanya concersus creditorium yaitu debitor setidaknya memiliki lebih dari dua kreditur. Dalam hal ini, pemohon pailit harus dapat membuktikan bahwa debitur juga memiliki kreditur lain dengan jumlah minimum dua orang. b. Kehadiran kreditur atau wakilnya yang sah sangat penting untuk menentukan diterima atau tidak rencana perdamaian yang diajukan oleh debitur dalam rapat kreditur. Jika jumlah kreditur yang hadir tidak memenuhi ketentuan maka quorum suara tidak terpenuhi. Pasal 1132 KUH Perdata telah menginsyaratkan bahwa setiap kreditur memiliki kedudukan yang sama terhadap kreditur lainnya, kecuali jika ditentukan lain oleh undang-undang karena memiliki alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dari para kreditur-kreditur lainnya. Dengan adanya kalimat dalam Pasal 1132 KUH Perdata yang bunyinya “kecuali apabila diantara para kreditur terdapat alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dari para kreditur lainnya, maka terdapat kreditur- Universitas Sumatera Utara 50 kreditur tertentu yang oleh undang-undang diberikan kedudukan yang lebih tinggi daripada kreditur lainnya”. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa jenis kreditur, yaitu : a. Kreditur konkuren Kreditur yang dikenal juga dengan istilah kreditor bersaing. Dalam lingkup kepailitan, yang dapat digolongkan sebagai kreditur konkuren unsecured creditor adalah kreditur yang piutangnya tidak dijamin dengan hak kebendaan security right in rem dan sifat piutangnya tidak dijamin sebagai piutang yang diistimewakan oleh undang-undang. Dengan kata lain, kreditur konkuren adalah kreditur yang harus berbagi dengan para kreditur lain secara proporsional, yaitu menurut perbandingan besarnya tagihan masing-masing dari hasil penjualan harta kekayaan debitur yang tidak dibebani dengan hak jaminan. Sedangkan pembayaran terhadap kreditur konkuren adalah ditentukan oleh kurator. 64 b. Kreditur preferenistimewa Kreditur preferen termasuk dalam golongan secured creditors, karena semata- mata sifat piutangnya oleh undang-undang diistimewakan untuk didahulukan pembayarannya. Dengan kedudukan istimewa ini, kreditur preferen berada di urutan atas sebelum kreditur konkuren atau unsecured creditors lainnya. Utang debitur pada kreditur preferen memang tidak diikat dengan jaminan kebendaan, tapi undang- 64 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Bandung: PT. Citra Adityabakti, 1998, hal. 103 Universitas Sumatera Utara 51 undang mendahulukan mereka dalam hal pembayaran. Oleh karena itu, jika debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, maka prosedur pembayaran terhadap kreditur preferen sama seperti kreditur konkuren yaitu dengan cara memasukan tagihannya kepada kurator untuk diverifikasi dan disahkan dalam rapat verifikasi. 65 c. Kreditur Separatis Dalam ketentuan Pasal 1133 KUH Perdata dijelaskan siapa-siapa saja yang memiliki hak untuk didahulukan diantara para kreditur yaitu kreditur yang memiliki hak istimewa kreditur preferen dan kreditur pemegang hak jaminan atas kebendaan seperti gadai, hipotik, Hak Tanggungan dan fidusia. Sehubungan dengan istilah kreditur separatis, ada terdapat perbedaan pendapat pemakaian istilah diantara para sarjana. Menurut Munir Fuady bahwa: “dikatakan separatis yang berkonotasi pemisahan karena kedudukan kreditur tersebut memang dipisahkan dari kreditur lainnya, dalam arti ia dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan yang terpisah dengan harta pailit pada umumnya”. Menurut Setiawan, Hak Separatis adalah : Hak yang diberikan oleh hukum kepada kreditur pemegang hak jaminan, bahwa barang jaminan agunan tidak termasuk harta pailit”. 66 Menurut Mariam Darus Badrulzaman menyebutkan bahwa, sebagai kreditur pemegang hak jaminan yang memiliki hak preferen dan kedudukannya sebagai kreditur separatis. Dengan demikian, Mariam Darus Badrulzaman membedakan 65 Ibid, hal. 104 66 Setiawan, Hak Tanggungan Dan Masalah Eksekusinya, Varia Peradilan, Majalah Hukum, Tahun XI No. 131, Agustus 1996, hal. 145 Universitas Sumatera Utara 52 antara hak dan kedudukan kreditur yang piutangnya dijamin dengan hak atas kebendaan. Haknya disebut sebagai preferen karena ia digolongkan oleh undang- undang sebagai kreditur yang diistimewakan pembayarannya. Sedangkan kedudukannya adalah sebagai kreditur separatis karena, ia memiliki hak yang terpisah dari kreditur preferen lainnya yaitu piutangnya dijamin dengan hak kebendaan. 67 Golongan kreditor ini tidak terkena akibat putusan pernyataan pailit debitur, artinya hak-hak eksekusi mereka tetap dapat dijalankan seperti tidak ada kepailitan debitur. Kreditor golongan ini dapat menjual sendiri barang-barang yang menjadi jaminan, seolah-olah tidak ada kepailitan. Dari hasil penjualan tersebut, mereka mengambil sebesar piutangnya, sedang kalau ada sisanya disetorkan ke kas kurator sebagai boedel pailit. Sebaliknya, bila hasil penjualan tersebut ternyata tidak mencukupi kreditor tersebut untuk tagihan yang belum terbayar dapat memasukan kekurangannya sebagai kreditor bersaing concurent. 68 Apabila hasil penjualan asset tersebut melebihi hutang-hutangnya, plus bunga setelah pernyataan pailit Pasal 134 ayat 3 BW, ongkos-ongkos dan hutang Pasal 60 ayat 1 UUK, kelebihan tersebut haruslah diserahkan kepada pihak debitur. Berdasarkan UUK, apabila kuasa atas benda yang dijaminkan ada pada debitor pailit atau pada kurator, maka hak esekusi terpisah tersebut di atas ditangguhkan untuk jangka waktu paling lama 90 sembilan puluh hari sejak 67 Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit, hal. 12 68 Erman Rajagukguk, “Latar Belakang dan Ruang Lingkup UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan”, dalam Rudy A. Lontoh ed., Penyelesaian Utang-Piutang, Bandung: Alumni, 2001, hal.192-193 Universitas Sumatera Utara 53 pernyataan pailit dijatuhkan. Sedangkan, jika nilai eksekusi benda tersebut ternyata tidak mencukupi untuk menutup utang debitor, maka kreditor separatis dapat meminta dirinya ditempatkan pada posisi kreditor konkuren untuk menagih sisa piutangnya. Oleh karena demi kepastian hukum, hak eksekusi langsung yang dimiliki oleh kreditor separatis hanya bisa digunakan dalam jangka waktu dua bulan setelah terjadinya keadaan insolvensi. Setelah lewat jangka waktu tersebut, eksekusi hanya dapat dilakukan oleh kurator, meskipun hak yang dimiliki kreditor separatis sebagai kreditor pemegang jaminan tidak berkurang. Perbedaan proses eksekusi tersebut akan berakibat pada perlu tidaknya pembayaran biaya kepailitan dari hasil penjualan benda yang dijaminkan. 69 Dalam hukum kepailitan, kreditur yang dapat digolongkan sebagai kreditur separatis, karena piutangnya dijamin dengan security right in rem adalah kreditur pemegang hak yang terdiri dari: 1 hipotik yang diatur dalam Pasal 1 UUHT; 2 gadai yang diatur dalam Pasal 1150 KUH Perdata; fidusia yang diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia; 3 kreditur yang memiliki hak retensi atas suatu barang dalam Pasal 65 UUK. Jika terdapat kreditor yang diistimewakan yang kedudukannya lebih tinggi dari kedudukan kreditor separatis, kurator atau kreditor diistimewakan tersebut 69 Catatan Shawir, Jenis-Jenis Kreditur Dalam Kepailitan, diakses dari http:shawir.blogspot.com2011jenis-jenis kreditor dalam kepailitan.html, terakhir diakses tanggal 12 Desember 2012 Universitas Sumatera Utara 54 bahkan dapat minta seluruh haknya secara penuh dari kreditor separatis yang diambil dari hasil penjualan aset jaminan utang, baik jika dijual oleh kreditor separatis sendiri ataupun jika dijual oleh kurator Pasal 58 ayat 2 UUK. 70

2. Kedudukan kreditur separatis dalam hukum kepailitan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Hak Pekerja Atas Boedel Pailit Yang Sudah Dibebani Hak Tanggungan

0 52 147

Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Bagi Kreditor Pemegang Hak Tanggungan

1 41 80

Analisis Yuridis Kedudukan Kreditur Pemegang Hak Tanggungan Akibat Hapusnya Hak Atas Tanah Yang Diagunkan Karena Hak Atas Tanah Yang Dibebani Hak Tanggungan.

6 135 78

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 19

0 0 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Dan Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penunda

0 2 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tah

0 0 22

Tinjauan Yuridis Terhadap Eksekusi Harta Pailit Melalui Lelang Oleh Kurator Yang Berasal Dari Objek Jaminan Hak Tanggungan Akibat Tidak Selesainya Eksekusi Oleh Kreditor Pemegang Hak Tanggungan Berdas.

0 1 2

ANALISIS YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT BAGI DEBITOR TERHADAP KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN

0 0 14

TINJAUAN YURIDIS HAK PEKERJA ATAS BOEDEL PAILIT YANG SUDAH DIBEBANI HAK TANGGUNGAN

0 0 16

PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA DALAM KEPAILITAN BERDASARKAN PELUNASAN UTANG KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DENGAN TENAGA KERJA TESIS

0 0 12