5.1.4. Uji Statistik
Untuk melihat hubungan tipe histopatologi dengan umur penderita tumor ganas ovarium dengan menggunakan uji statistik crosstab diperoleh hasil
p=0,461 p value 0,05. Hasil uji statistik tidak menunjukkan ada hubungan antara peningkatan umur wanita dengan tipe histopatologi yang
dideritanya. Untuk melihat hubungan stadium dengan umur penderita tumor ganas
ovarium dengan menggunakan uji statistik crosstab diperoleh hasil p=0,658 p value 0,05. Hasil uji statistik tidak menunjukkan ada
hubungan antara peningkatan umur wanita dengan stadium yang dideritanya.
Untuk melihat hubungan penatalaksanaan yang dipilih penderita tumor ganas ovarium dengan tipe histopatologi dengan menggunakan uji statistik
crosstab diperoleh hasil p=0,190 p value 0,05. Hasil uji statistik tidak menunjukkan ada hubungan antara pemilihan penatalaksanaan dengan tipe
hispatologi yang dideritanya. Untuk melihat hubungan penatalaksanaan yang dipilih penderita tumor
ganas ovarium dengan stadium yang didiagnosa dengan menggunakan uji statistik crosstab diperoleh hasil p=0,452 p value 0,05. Hasil uji
statistik tidak menunjukkan ada hubungan antara pemilihan penatalaksanaan dengan stadium yang dideritanya.
5.2. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penderita tumor ganas ovariun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada 1 Januari
2012 sampai 31 Desember 2012. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Agustus sampai November 2013. Menurut data komputerisasi rekam medik, didapatkan
jumlah penderita tumor ganas ovarium sebanyak 192 pasien, dimana jumlah ini berbeda dengan survey awal yang telah dilakukan penulis yaitu 299 pasien. Hal
ini mungkin disebabkan pada saat dilakukan survey awal terdapat nomor rekam
Universitas Sumatera Utara
medik yang double atau rangkap. Pada saat dilakukan penelitian, hanya terdapat 155 data rekam medik yang dapat diakses dan 42 data rekam medik yang
memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan penulis. Penulis juga menghilangkan variabel riwayat keluarga, hal ini dikarenakan
kurangnya data yang dicantumkan dalam rekam medik, sehingga riwayat keluarga pasien tidak dapat diketahui dengan jelas. Dilaporkan sekurangnya 10 dari
tumor ganas ovarium merupakan penyakit keturunan, dengan 90 nya berhubungan dengan mutasi gen BRCA Stewart, 2012. Busmar 2006 juga
menuliskan bahwa ada sejumlah penlitian yang membuktikan hubungan tumor ganas ovarium dengan family history ada risiko menderita tumor ganas ovarium
pada garis keturunan pertama. Crum 1999 telah melaporkan bahwa tumor jinak ovarium umumnya
lebih banyak terjadi pada wanita berumur 20-45 tahun, sedangkan tumor ganas lebih sering menyerang wanita dengan umur 45-60 tahun. Pada tabel 5.1. dapat
dilihat bahwa penderita tumor ganas ovarium paling banyak dijumpai pada kelompok umur dalam rentang 40-60 tahun 50,0. Hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilaksanakan dari bulan Juni hingga Juli 2012 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dimana, kelompok umur
yang paling banyak menderita tumor ganas ovarium adalah kelompok umur 35-50 tahun sebanyak 142 orang dari 337 kasus 42,1 Johari, 2013. Menurut Sahil
2007 dari penelitian Fadlan di Medan tahun 1981-1990, dilaporkan insidensi tumor ganas ovarium terbanyak pada kelompok umur 41-50 tahun, sedangkan
Harahap di Jakarta tahun 1984, melaporkan insiden tertinggi tumor ganas ovarium terdapat pada kelompok umur 40-70 tahun.
Sesuai dengan yang telah dijabarkan di atas, hal ini sejalan dengan teori Goodman 2003 yang menyatakan bahwa secara keseluruhan insiden tumor
ganas ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya umur hingga pertengahan umur 70-an sebelum berkurang sedikit pada wanita berumur lebih dari 80 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini terjadi karena, peningkatan umur memberikan waktu pada masa untuk terjadinya perubahan genetik pada sel epitel permukaan pada ovarium.
Berdasarkan jumlah paritas penderita tumor ganas ovarium, didapatkan kelompok terbanyak adalah kelompok wanita yang tidak pernah melahirkan atau
nullipara yaitu 21 orang 50,0. Hal ini sesuai dengan penelitian Johari 2013 yang melaporkan bahwa insidensi tumor ganas ovarium paling banyak pada
wanita kelompok nullipara yaitu 91 orang 27,0 dibandingkan dengan wanita yang mempunyai jumlah paritas yang banyak. Hal ini sesuai dengan hipotesis
incessant ovulation yang menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna
dibutuhkan waktu, namun apabila sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi maka proses penyembuhan akan terganggu dan dapat menimbulkan proses
transformasi dari sel-sel ovarium menjadi sel-sel tumor Busmar, 2006. Tetapi pada penelitian Nasution 2011 didapatkan hasil yang berbeda dimana tumor
ganas ovarium paling banyak pada wanita dengan jumlah paritas antara 1-3 kali yaitu sebanyak 22 orang dari 46 kasus 47,8.
Pada tabel 5.2. dapat terlihat juga bahwa tingkat kejadian tumor ganas ovarium menurun dengan peningkatan paritas. Hal ini sejajar dengan teori
Hinkula 2006 dimana secara umum, setiap live birth akan menurunkan risiko terjadinya tumor ganas ovarium Johari, 2013. Selain itu, ada juga hipotesis
gonadotropin yang menyatakan bahwa rendahnya kadar hormon gonadotropin pada wanita multipara adalah salah satu faktor protektif, dan hipotesis progesteron
yang menyatakan bahwa progesteron menginduksi apoptosi sel-sel epitel ovarium dan tingginya kadar progesteron pada wanita multipara merupakan salah satu
faktor protektif. Tumor ganas ovarium paling banyak dijumpai pada wanita dengan status
hormon produktif, seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.3., yaitu sebanyak 29 orang 69,0. Meskipun hal ini berbeda dengan penelitian Moore 2009 yang
melaporkan bahwa dari 179 pasien dengan tumor ovarium ganas ditemukan
Universitas Sumatera Utara
13,1 penderita belum menopause dan 27,7 penderita sudah menopause, namun pada penelitian Johari 2013 didapati bahwa kasus tumor ganas ovarium
banyak terjadi pada pasien yang belum menopause atau produktif yaitu 202 orang 59,4. Menurut Johari 2013, hal yang sama juga ditemukan pada penelitian
Akbar 2011 bahwa penderita tumor ganas ovarium banyak ditemukan pada wanita yang belum menopause 59,4.
Berdasarkan tabel 5.4. tumor ganas ovarium paling sering didiagnosa pada stadium III yaitu sebanyak 26 orang 61,9. Hal ini sama seperti data dari
Anglia Cancer Network dari tahun 2004 sampai 2008 yang menyatakan bahwa dari 1443 kasus didapati 652 kasus 45 yang didiagnosa pada stadium III.
Stadium dapat menentukan tingkat prognosis penderita tumor ganas ovarium, semakin tinggi stadium maka 5-years survival rate akan semakin kecil. Namun,
karena kurangnya skrining yang dilakukan pada wanita-wanita dengan faktor risiko tinggi, penderita tumor ganas ovarium lebih sering terdiagnosa pada
stadium lanjut. Pada penelitian ini, penderita tumor ganas ovarium paling banyak dijumpai
pada kelompok wanita yang mempunyai indeks massa tubuh dalam kategori normal 18,5-22,9 kgm
2
yaitu sebanyak 15 orang 35,7 yang ditunjukkan pada tabel 5.5. Hal ini juga dijumpai pada penelitian Johari 2013, dimana tumor
ganas ovarium paling banyak dijumpai pada wanita dengan indeks massa tubuh dalam kategori normal 23,0-24,9 kgm
2
yaitu 80 orang 44,9. Penelitian Beehler 2006 menemukan 229 orang dari 427 kasus tumor ganas ovarium
53,6 pada wanita dengan indeks massa tubuh yang normal 24,9 kgm
2
. Selain itu, pada penelitian ini juga didapatkan bahwa tumor ganas ovarium lebih
sering terjadi pada wanita premenopause dengan indeks massa tubuh yang normal yaitu 73 orang 41,7. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian Schouten
2008 yang melakukan 12 cohort studies, menyatakan bahwa wanita dengan indeks massa tubuh dalam kategori obesitas 30 kgm
2
mempunyai risiko tumor ganas ovarium yang tinggi pada wanita premenopause.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian dari Centre for Disease Control menemukan penurunan risiko terjadinya tumor ganas ovarium sebesar 40 pada wanita usia 20-54 tahun yang
memakai pil kontrasepsi Busmar, 2006. Hal ini terbukti pada tabel 5.6. yang menunjukkan bahwa tumor ganas ovarium paling banyak ditemukan pada
kelompok wanita yang tidak mengkonsumsi pil kontrasepsi yaitu 40 orang 95,2, sedangkan pada kelompok wanita yang mengkonsumsi pil kontrasepsi
hanya ditemukan 2 orang 4,8. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa kasus tumor ganas ovarium banyak terjadi pada pasien tanpa riwayat
penggunaan hormon yaitu 233 orang 69,1 Johari, 2013. Hal ini juga sejalan dengan teori Whittemore 1992 dimana wanita yang tidak pernah mengkonsumsi
pil kontrasepsi lebih berisiko dengan risiko relatif 1,0. Hal ini karena, dengan penggunaan pil kontrasepsi bersifat protektif terhadap tumor ganas ovarium
dengan cara menghalangi proses ovulasi yang berulang. Selain itu, menurunnya risiko terjadinya tumor ganas ovarium pada wanita yang memakai pil kontrasepsi
juga dapat dijelaskan dengan hipotesis androgen, dimana terjadinya penurunan kadar androgen sehingga epitel ovarium jarang terpapar pada androgenik steroid
sehingga tidak terjadi pertumbuhan sel-sel tumor ganas ovarium Busmar,2006. Berdasarkan tipe histopatologi pada tabel 5.7, penderita tumor ganas
ovarium paling banyak didiagnosa dengan tipe epithelial ovarian tumor yaitu sebanyak 35 orang 83,3. Hal ini sesuai seperti penelitian Stewart 2012 yang
melaporkan bahwa 91,9 tumor ganas ovarium berasal dari sel epitel, 1,2 berasal dari sex cord-stromal cell, dan 1,9 berasal dari germ cell. Ada juga
penelitian Goodman 2003 yang melaporkan bahwa dari 94,3 penderita tumor ganas ovarium yang telah melakukan pemeriksaan hitopatologi ditemukan 91,2
nya merupakan tumor ganas epitel ovarium. Pada tabel 5.8, dapat dilihat bahwa terapi adjuvan adalah jenis
penatalaksanaan yang paling banyak dipilih yaitu 26 orang 61,9. Menurut Jelovac dan Armstrong 2011 terapi adjuvan terutama kemoterapi paling banyak
dipilih pada stadium lanjut atau stadium 3 dan 4. Kemoterapi boleh diberikan setelah dilakukan operasi debulking yang optimal maupun suboptimal ataupun
Universitas Sumatera Utara
tanpa dilakukan operasi debulking. Kemoterapi pada penderita tumor ganas yang telah menjalani operasi optimal debulking, diberikan dalam 6 siklus platinum-
based therapy dengan menggunakan cisplatin atau carboplatin yang dikombinasikan dengan taxane ataupun paclitaxel. Sedangkan pada penderita
yang menjalani operasi suboptimally debulking perlu dilakukan pemberian kemoterapi dengan cispatin dan paclitaxel dosis tinggi sebanyak 6 siklus yang
harus selesai dalam 3 minggu Jelovac, 2011. Pada tabel 5.9, didapatkan bahwa tipe histopatologi epithelial ovarian
tumor lebih banyak dijumpai pada kelompok umur 40-60 tahun. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara peningkatan umur dengan tipe histopatologi
yang didiagnosa. Hasil ini berbeda dengan penelitian Waruwu 2013 yang mendapatkan hubungan antara peningkatan umur wanita dengan tipe histopatologi
dengan nilai p=0,0001 p value 0,05. Waruwu melakukan penelitian di laboratorium Patologi Anatomi rumah sakit negeri dan swasta serta praktek
swasta yang ada di kota Medan pada periode Januari 2010-Desember 2011.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Distribusi karakteristik penderita tumor ganas ovarium:
Berdasarkan umur, yang paling banyak adalah pada kelompok umur 40 - 60 tahun, yaitu 50,0.
Berdasarkan jumlah paritas, yang paling banyak adalah pada kelompok wanita yang tidak pernah melahirkan, yaitu 50,0.
Berdasarkan status hormon, yang paling banyak adalah pada kelompok status hormon produktif, yaitu 69,9.
Berdasarkan stadium yang diderita, yang paling banyak adalah pada kelompok stadium III, yaitu 61,9.
Berdasarkan indeks massa tubuh, yang paling banyak adalah pada kelompok normal atau dengan angka IMT 18,5-22,9 kgm
2
, yaitu 35,7.
Berdasarkan penggunaan pil kontrasepsi, yang paling banyak adalah pada kelompok yang tidak menggunakan pil kontrasepsi, yaitu 95,2.
2. Distribusi penderita tumor ganas ovarium berdasarkan tipe histopatologi,
yang paling banyak adalah pada kelompok tipe epithelial ovarian tumor, yaitu 83,3.
3. Distribusi penderita tumor ganas ovarium berdasarkan jenis
penatalaksanaan yang dipilih, yang paling banyak adalah pada kelompok terapi adjuvan, yaitu 61,9.
6.2. Saran
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan faktor risiko seperti penggunaan pil kontrasepsi, indeks massa tubuh, dan
Universitas Sumatera Utara