Faktor Risiko Tumor Ganas Ovarium

2.3.3. Faktor Risiko

Ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam perkembangan tumor ganas ovarium:  Usia : tumor jinak ovarium umumnya lebih banyak terjadi pada wanita berumur 20-45 tahun, sedangkan tumor ganas lebih sering menyerang wanita dengan umur 45-60 tahun Crum, 1999. Secara umum, insidensi tumor ganas ovarium meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur 0-14 tahun didapat insidensi sebesar 0,2 dan pada umur diatas 75 tahun didapatkan angka 29,2. Hal ini lebih sering ditemukan pada negara yang lebih berkembang. Di Amerika Serikat, insidensi tumor ganas ovarium pada umur 5-9 tahun adalah 0,3 dan pada umur diatas 85 tahun didapat insidensi sebesar 44,2. Pada umur 80-84 adalah puncak insidensi dengan angka 50,6 Stewart, 2012.  Demografi : wanita berkulit putih lebih rentan dibanding wanita kulit berwarna Waruwu, 2013.  Faktor reproduksi : penelitian-penelitian sebelumnya selalu menunjukkan bahwa insidensi kejadian tumor ganas ovarium meningkat pada wanita nulliparity atau yang tidak melahirkan. Penggunaan kontrasepsi dilaporkan dapat menurukan risiko keganasan ovarium sedangkan terapi hormon pada wanita menopause dapat meningkatkan risiko keganasan ovarium Stewart, 2012.  Others Endodermal Sinus Tumor Embryonal Carcinoma Polyembryoma Choriocarcinoma Tumor Sel Lipid Sarkoma Ovarium Tumor Metastasis Universitas Sumatera Utara  Hubungan familial familial tendency : sejumlah penelitian yang membuktikan hubungan tumor ganas ovarium dengan family history ada risiko menderita tumor ganas ovarium pada garis keturunan pertama Busmar, 2006.  Mutasi gen: 90 dari tumor ganas ovarium berhubungan dengan mutasi gen BRCA Stewart, 2012.  Diet : beberapa penelitian menunjukkan ada peningkatan risiko pada wanita obesitas sedangkan penelitian lain menunjukkan tidak ada hubungan antara body mass index BMI dengan risiko terjadi tumor ganas ovarium Stewart, 2012.  Faktor lingkungan : radiasi, asbesitosis, infeksi virus rubella, mump, penggunaan talk bedak pada perineal Waruwu, 2013.

2.3.4. Gejala Klinis