117
Pergerakan Nasional
Dalam serangan ketiga, Jepang berhasil setelah membakar masjid yang biasa dipakai beribadah Teuku Abdul Jalil. Teuku Abdul Jalil berhasil meloloskan diri,
namun akhirnya tertembak.
b. Perjuangan Melawan Jepang di Sukamanah Singaparna
Perlawanan rakyat pada masa pen- dudukan Jepang banyak dipimpin para ulama.
Perlawanan yang terkenal adalah perlawanan rakyat yang dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustofa.
Ia adalah pemimpin pondok pesantren di Sukamanah, Singaparna, Jawa Barat.
Perlawanan ini bermula dari paksaan Jepang melakukan Seikeirei. Yakni penghormat-
an kepada kaisar Jepang. Penghormatan ini di- lakukan dengan cara menghadap ke arah timur
laut Tokyo dan membungkukkan badan. Cara ini dianggap oleh K.H. Zaenal Mustofa sebagai
tindakan musyrik menyekutukan Tuhan. Tin- dakan ini melanggar ajaran agama Islam. Oleh
karena itu, tindakan itu sehingga harus ditentang.
Akibat penentangan itu, Jepang mengirim pasukan untuk menggempur Sukamanah. Akhirnya meletuslah pertempuran pada 25 Februari 1944 setelah salat
Jumat. Pertempuran ini mengakibatkan banyak korban dari kedua belah pihak. K.H. Zaenal Mustofa berhasil ditangkap. Ia ditahan di Tasikmalaya, kemudian
dibawa ke Jakarta untuk diadili. Ia dihukum mati dan dimakamkan di Ancol. Pada 10 November 1974 makamnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Tasikmalaya.
c. Perlawanan Rakyat Indramayu
Perlawanan terhadap Jepang juga terjadi di Indramayu pada April 1944. Latar belakang perlawanan ini adalah masalah ekonomi. Rakyat menolak
menyerahkan sejumlah padi yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang. Penolakan tersebut dianggap sebagai suatu pemberontakan. Oleh karena itu, Jepang mengirim
pasukan untuk memaksa rakyat agar tunduk.
Kedatangan pasukan Jepang disambut rakyat secara serentak dengan perla- wanan. Perlawanan terus dilakukan sementara penolakan penyerahan sejumlah
padi belum dapat diatasi. Perlawanan berakhir setelah Jepang mendatangkan tokoh pergerakan yang disegani. Mereka membujuk rakyat agar menaati peratur-
an untuk kemenangan bersama.
Gambar 6.16 K.H. Zaenal Mustofa
Sumber: Album Pahlawan bangsa
118
SD Kelas V
Sementara itu, pada 30 Juli 1944 di Desa Cidempet, Lohbener, dan Sindang dekat Cirebon terjadi perlawanan terhadap Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh
H. Madriyas, H. Kartiwa, dan Kiai Srengseng.
Gambar 6.17 Rakyat yang sudah hidup miskin masih dibebani menyetorkan hasil bumi kepada Jepang.
Keadaan ini memicu pemberontakan Peta terhadap Jepang. Sumber: 50 thn Indonesia Merdeka
d. Perlawanan Tentara Pembela Tanah Air Peta
Jepang bertindak sewenang-wenang terhadap Bangsa Indonesia. Prajurit Peta tidak tahan melihat kesengsaraan rakyat tersebut. Apalagi banyak romusha pekerja
paksa yang meninggal selama dipekerjakan. Tentara Peta merasa tergugah untuk membela rakyat. Mereka harus melawan kekejaman pemerintah Jepang. Perlawan-
an tentara Peta terjadi di beberapa tempat, antara lain di Aceh, Cilacap, dan Blitar.
1 Perlawanan Peta di Aceh
Pada November 1944, di Aceh meletus perlawanan yang dipimpin oleh Teuku Hamid. Ia adalah seorang perwira Giguyun. Dalam pertempuran ini, Jepang menyan-
dera seluruh anggota keluarga pelaku perlawanan. Mereka diancam akan dibunuh. Oleh karena itu, Teuku Hamid terpaksa menyerah. Akan tetapi perlawanan
dilanjutkan di daerah yang sama, yaitu di Desa Pandreh, Kabupaten Berenaih. Perlawanan ini dipimpin oleh kepala desa dibantu satu regu Giguyun. Perlawanan
ini dapat dipatahkan Jepang. Hampir seluruh rakyat di daerah Pandreh dibunuh. Namun, kekejaman Jepang tidak mematikan semangat rakyat Aceh. Mereka terus
berjuang melawan Jepang.