109
Pergerakan Nasional
berbagai daerah. Dalam pertempuran itu rakyat Maluku berhasil menewaskan Mayor Beeces. Ia adalah pimpinan pasukan Belanda.
Belanda kemudian mencari bantuan ke Ambon dan Batavia sehingga kekuatan menjadi tidak seimbang. Pada pertengahan November 1817 Pattimura dan teman-
teman tertangkap. Pada 16 Desember 1817, Pattimura menjalani hukuman gantung di Ambon.
b. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah putra Hamengku Buwono III. Pada saat tinggal di Tegalrejo, beliau
menyaksikan penderitaan rakyat. Belanda bertindak kejam kepada rakyat. Pangeran Diponegoro memben-
ci segala tindakan yang dilakukan Belanda tersebut. Timbullah perlawanan yang dikenal sebagai perang
Diponegoro.
Hal lain yang menjadi pemicu perang Diponegoro adalah patok dalam membuat jalan menuju Magelang.
Patok itu melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro yang dilakukan tanpa perundingan dahulu. Oleh karena
itu, Pangeran Diponegoro melarang pemasangan patok dan mempertahankan haknya. Residen Smissaert
mengetahui hal itu. Ia menganggap hal itu sebagai tindakan pembangkangan.
Pada 20 Juli 1825, Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya melawan Belanda. Mereka berjuang dengan taktik perang gerilya. Markas Diponegoro berpindah-
pindah, yaitu di Selarong, Pleret, Dekso, dan Pengasih. Pangeran Diponegoro pada mulanya dapat menguasai sebagian besar Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur.
Untuk mengalahkan Pangeran Diponegoro, Belanda menggunakan tipu muslihat. Pada 1827 Belanda menugaskan Jenderal Marcus de Kock untuk
menumpas pasukan Diponegoro. Pangeran Diponegoro diundang untuk berunding di Magelang. Dalam perundingan itu, ia tiba-tiba ditangkap dan diasingkan ke
Manado. Kemudian dipindahkan ke Makassar sampai wafat pada 8 Januari 1855.
c. Imam Bonjol
Perlawanan terhadap Belanda juga berlangsung di Sumatera Barat. Perlawanan ini dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Kehadiran Belanda di Sumatera Barat
untuk menguasai daerah penghasil kopi. Untuk menguasai Sumatra Barat,
Gambar 6.5 Pangeran Dipone- goro melakukan perlawanan ter-
hadap Belanda dari tahun 1825- 1830 Sumber: Album Pahlawan
Bangsa
110
SD Kelas V
Belanda memanfaatkan perselisihan antara Kaum Padri pembaharu agama Islam dan Kaum Adat.
Pada 1821, Belanda dengan bantuan Kaum Adat memerangi Kaum Paderi. Tuanku Imam
Bonjol memimpin pasukan Paderi untuk meng- hadapi Belanda. Dalam peperangan ini Belanda
dapat dikalahkan. Belada terpaksa mengadakan perjanjian Masang pada 1824. Akan tetapi,
perjanjian ini kemudian dilanggar oleh Belanda. Perang pun terjadi lagi.
Setelah perang Diponegoro berakhir, Belanda membawa pasukan yang besar ke Sumatra Barat. Wilayah-wilayah di Sumatra
Barat mulai dapat dikuasai. Pada 1837, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letkol Michels menyerbu Bonjol. Dalam peperangan ini Kaum Padri dapat dikalahkan.
Namun Tuanku Imam Bonjol berhasil memoloskan diri.
Pada Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol ditangkap. Ia kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Ia dipindahkan lagi ke Ambon dan akhirnya ke Lotan dekat
Manado. Ia meninggal pada 8 November 1864 dan dimakamkan di sana.
d. Pangeran Antasari
Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan terdapat kerajaan yang besar. Daerah ini banyak menghasilkan
rempah-rempah dan intan. Belanda dengan ingin menguasai daerah itu dengan jalan mengadu domba
kerabat keraton.
Setelah Sultan Adam wafat, Belanda meng- angkat Pangeran Tamjidillah. Padahal ia tidak dise-
nangi rakyat. Tindakan Belanda di Kesultanan Banjar semakin semena-mena. Pangeran Tamjidillah pun
mendapat perlawanan dari Pangeran Hidayat dengan dukungan rakyat. Namun, ia mengalami kegagalan
dan ditangkap lalu dibuang ke Cianjur.
Kemudian muncullah Pangeran Antasari yang menolak campur tangan Belanda. Pangeran Antasari memimpin rakyat
Banjar melawan Belanda sejak 1859 – 1862. Ia diangkat oleh rakyat Banjar menjadi sultan. Pasukan Antasari berhasil meledakkan kapal Belanda beserta pasukannya.
Perlawanan Antasari terhenti karena sakit. Akhirnya ia meninggal pada 1862.
Gambar 6.7 Pangeran Antasari
Sumber: Album Pahlawan Bangsa
Gambar 6.6 Tuanku Imam Bonjol
Sumber: Album Pahlawan Bangsa