273
dasar penyelidikan, penyidikan, danatau penuntutan pidana terhadap wajib pajak.
Adapun Pasal 21 ayat 3 UU Pengampunan Pajak menyatakan bahwa Menteri, Wakil Menteri, pegawai Kementerian Keuangan, termasuk pihak lain
yang berkaitan dengan pelaksanaan Pengampunan Pajak, dilarang membocorkan, menyebarluaskan, danatau memberitahukan data dan
informasi yang diketahui atau diberitahukan oleh wajib pajak kepada pihak lain.
Pasal 20 dan Pasal 21 ayat 3 di atas sejalan dengan masalah pengaturan kerahasiaan confidentiality informasi wajib pajak merupakan salah satu
elemen utama
hak-hak wajib pajak yang mendasar
. Artinya, undang-undang maupun ketentuan administrasi pajak harus mengatur bahwa informasi yang
diberikan wajib pajak terkait kewajiban perpajakannya tidak boleh diungkapkan kepada publik kecuali dengan seijin wajib pajak yang bersangkutan. Hak wajib
pajak atas privasi maupun atas kerahasiaan mengharuskan otoritas pajak untuk tidak akan menggunakan atau membocorkan informasi pribadi atau
keuangan wajib pajak, menjaga kerahasiaan setiap informasi yang diperoleh, diterima, atau didapat, serta hanya mengizinkan petugas yang telah disahkan
oleh hukum untuk menjalankan pemeriksaan data pribadi atau data keuangan wajib pajak. Jika terdapat perlakuan yang adil dan penghormatan atas hak-
haknya, wajib pajak cenderung bersedia
lebih patuh
terhadap kewajiban perpajakannya.
Sekali lagi perlu dipahami bahwa UU Pengampunan Pajak hanya dimaksudkan untuk mengampuni kewajiban pajak dan pidana pajak dan
tidak dimaksudkan untuk mengampuni pidana lainnya
. Apabila aparat penegak hukumpihak lain
memiliki sumber data sendiri
atas harta yang dilaporkan oleh wajib pajak dalam Surat Pernyataan maka atas harta yang dilaporkan
dalam Surat Pernyataan dapat dijadikan sebagai objek sita, perampasan, objek sengketa perdata dan sebagainya.
5. Prospek Keberhasilan Pengampunan Pajak
Kriteria keberhasilan dari pengampunan pajak seringkali disederhanakan hanya sebatas penerimaan pajak. Agaknya akademisi yang berkutat dalam
penelitian mengenai pengampunan pajak memiliki bias secara statistik. Hal ini
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
274
dapat dimaklumi karena data yang tersedia untuk publik adalah dana repatriasi maupun penerimaan tambahan. Namun, harusnya keberhasilan pengampunan
pajak tidak hanya dilihat sebatas pada penerimaan apalagi tujuan utama program pengampunan pajak bukanlah hal tersebut.
Kepatuhan pasca pengampunan pajak atau jangka panjang juga perlu dilihat sebagai
indikator kesuksesan
. Jika ditinjau dari statistik hasil dari program pengampunan pajak periode
pertama 1 Juli-30 September 2015,
terdapat sinyal positif
. Pertama, partisipasi dari program ini sangat besar yaitu lebih dari 370.000 wajib pajak
yang mana terdapat penambahan wajib pajak yang sama sekali baru sebesar 15.856. Selain itu, periode pertama ini juga diikuti oleh 62.354 wajib pajak yang
selama ini terdaftar namun belum pernah melaporkan SPT sama sekali. Kedua, jumlah harta yang dilaporkan sebesar Rp3.620 triliun yang sebagian
besar merupakan deklarasi harta dalam negeri. Kedua indikator ini jelas menunjukkan sinyalemen bahwa upaya
ekstensifikasi dan perluasan basis pajak membuahkan hasil yang positif
. Terakhir, walaupun kurang tepat untuk diperbandingkan, uang tebusan penerimaan yang diperoleh di periode
pertama sudah mencapai Rp89,1 triliun atau 0,75 dari PDB Indonesia atau jauh lebih besar dari penerimaan program pengampunan pajak di negara-
negara lainnya.
Dengan demikian, dasar pemikiran diadakannya program pengampunan pajak sangat relevan dengan tiga tujuannya, yaitu: i mempercepat pertumbuhan
dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta, yang antara lain akan berdampak terhadap peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar
Rupiah, penurunan suku bunga, dan peningkatan investasi; ii mendorong reformasi perpajakan menuju sistem perpajakan yang lebih berkeadilan serta
perluasan basis data perpajakan yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan iii meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan
digunakan untuk pembiayaan pembangunan. Atau dengan kata lain, terdapat
keterkaitan
yang jelas antara ketiga tujuan tersebut dengan pengampunan pajak.
Melihat indikator pencapaian dalam periode pertama UU Pengampunan Pajak di atas serta antusiasme masyarakat untuk ingin tahu lebih mendalam lagi
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
275
terhadap UU Pengampunan Pajak dan pajak itu sendiri, dapat dikatakan UU Pengampunan Pajak
telah menjalankan perannya sebagai jembatan transisi
untuk menuju babak baru perpajakan Indonesia. Tentu ini akan menjamin
kesinambungan penerimaan
pajak untuk
menopang keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Prof. Dr. Romli Atsasmita, S.H., LL.M.,