13 triwulan I-2008 16,32, meskipun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya 18,44 yoy Grafik 1.12. Di samping itu, penyaluran kredit baru untuk jenis
penggunaan konsumsi selama triwulan II-2008 cukup tinggi, yaitu mencapai Rp6,45 triliun, angka tertinggi sejak triwulan I-2006 Grafik 1.13.
Grafik 1.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Jawa Barat
5.000.000 10.000.000
15.000.000 20.000.000
25.000.000 30.000.000
35.000.000 40.000.000
T. I T. II T.III T.IV T.I T. II T.III T.IV T. I T. II 2006
2007 2008
Rp juta
5 10
15 20
25 30
35
Posisi Kredit Pertumbuhan yoy
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum LBU, KBI Bandung.
Grafik 1.12. Penyaluran Kredit Baru untuk Penggunaan Konsumsi oleh Bank Umum di
Jawa Barat
1.000.000 2.000.000
3.000.000 4.000.000
5.000.000 6.000.000
7.000.000
T. I T. II T.III T.IV T.I T. II T.III T.IV T. I T. II 2006
2007 2008
Rp juta
-10 -5
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Posisi Kredit Pertumbuhan yoy
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum LBU, KBI Bandung.
Untuk meminimalisir dampak kenaikan harga BBM terhadap penurunan daya beli masyarakat, pemerintah pusat memberikan bantuan langsung tunai BLT kepada rumah
tangga sasaran RTS. Khusus di Provinsi Jawa Barat, jumlah keluarga penerima BLT di Jawa Barat
mencapai 2.897.807 RTS atau 15,24 dari total RTS penerima BLT secara nasional, yang mencapai 19.018.058 RTS. Dengan nilai BLT Rp300.000,00 per RTS, maka nilai BLT yang disalurkan di Jabar
sebesar Rp869.342.100.000,00 Rp869 miliar. Berdasarkan data PT Pos Indonesia
4
, realisasi BLT di Jabar hingga 24 Juni 2008 baru mencapai 4,57 atau 132.201 RTS dari alokasi 2.897.807 RT, dengan
nilai uang sebesar Rp39.690.300.000,00. Dari 25 kabupatenkota, baru 3 kota yang menerima dana BLT, yakni Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Bogor. Untuk mengetahui dampak kenaikan harga
BBM terhadap perilaku konsumsi rumah tangga dan efektivitas penyaluran BLT, Bank Indonesia Bandung telah mengadakan survei terhadap 124 responden rumah tangga dan 200 responden
penerima BLT. Adapun hasil survei tersebut dapat dilihat pada Boks 2 pada Bab 6.
1.2. Investasi Berbeda dengan pola perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga, laju
pertumbuhan investasi di Jawa Barat masih tetap terjaga pada level yang cukup tinggi.
Investasi pada triwulan II-2008 diperkirakan tumbuh 8,56 yoy, sedikit lebih rendah dari triwulan I- 2008, namun masih lebih baik dibandingkan triwulan II-2007 Tabel 1.1. Beberapa faktor pendorong
pertumbuhan investasi di Jawa Barat antara lain adalah membaiknya rating Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Sejak tahun 2007, Indonesia kembali masuk ke dalam ”Index’s top 25 most attractive
4 Sumber: http:www.kompensasi.info
14 FDI destinations”
5
. Selain itu, lancarnya pelaksanaan pemilihan Gubernur Jawa Barat pada bulan April 2008, dan didukung dengan semakin efektifnya implementasi Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu PPTSP di Jawa Barat, memberikan sinyal positif bagi investor.
Grafik 1.13. Penjualan Semen di Jawa Barat
100 200
300 400
500 600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 06
07 08
Ribu Ton
40 20
20 40
60 80
Penjualan Semen Pertumbuhan y-o-y
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia.
Grafik 1.14. Penjualan Perlengkapan Konstruksi
Penjualan Perlengkapan Konstruksi
- 250
500 750
1.000
3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2006
2007 08
Rp Juta
Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung Bank Indonesia Bandung.
Sejalan dengan perkembangan di atas, khususnya membaiknya rating Indonesia sebagai negara tujuan investasi, realisasi PMA di Jawa Barat mengalami peningkatan. Di sisi lain,
realisasi PMDN justru cenderung mengalami penurunan. Secara keseluruhan, nilai realisasi PMA dan PMDN di Jawa Barat mencapai Rp15,14 triliun, atau tumbuh signifikan sebesar 266 yoy
6
.
Indikator investasi lainnya terutama penjualan semen juga masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Penjualan semen di Jawa Barat selama triwulan II-2008 mencapai
1,42 juta ton, atau tumbuh 30,62 yoy Grafik 1.14., sedangkan penjualan konstruksi mencapai Rp1,31 miliar Grafik 1.15. Faktor pendorong peningkatan penjualan semen antara lain adalah
meningkatnya pertumbuhan properti komersial, khususnya untuk jenis properti perkantoran sewa dan apartemen jual Tabel 1.12..
5 Hasil survei ATKearney 2007. 6 Sumber: BPPMD Jawa Barat
15
Grafik 1.15. Impor Barang Modal
Impor Barang Modal
100 200
300 400
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 06
07 08
Juta USD
Sumber: STATISTIK EKONOMI KEUANGAN DAERAH SEKDA KBI Bandung
Grafik 1.16. Impor Barang Modal Utama
- 10
20 30
40 50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 06
07 08
Juta USD
Mesin Industri Perlengkapannya Mesin Industri Tertentu
Sumber: STATISTIK EKONOMI KEUANGAN DAERAH SEKDA KBI Bandung
Sementara itu, Investasi non bangunan yang tercermin nilai impor barang modal dan impor mesin industri tertentu mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Nilai impor barang modal
selama bulan April s.d. Mei 2008 tumbuh sebesar 11,75 yoy, dengan nilai mencapai USD641,63 juta Grafik 1.16.. Sementara itu, nilai impor mesin industri tertentu yang merupakan kontributor
utama impor barang modal, tumbuh 11,14 yoy, dengan nilai mencapai USD49,86 juta Grafik 1.17..
Grafik 1.17. Posisi Penyaluran Kredit Investasi oleh Bank Umum di Jawa Barat
- 2
4 6
8 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 06
07 08
RpTriliun
Posisi Penyaluran Kredit Investasi
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum LBU, KBI Bandung.
Grafik 1.18. Penyaluran Kredit Baru Jenis Penggunaan Investasi oleh Bank Umum di
Jawa Barat
- 0,10
0,20 0,30
0,40 0,50
0,60 0,70
0,80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 06
07 08
RpTriliun
Penyaluran Kredit Baru Investasi
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum LBU, KBI Bandung.
Penyaluran kredit perbankan untuk jenis penggunaan investasi tumbuh signifikan seiring dengan cukup tingginya kegiatan investasi di Jawa Barat. Total penyaluran kredit baru untuk
jenis penggunaan investasi mencapai Rp1,90 triliun, atau tumbuh 39,70 yoy Grafik 1.19.. Sementara itu, posisi kredit investasi pada akhir triwulan II-2008 mencapai Rp8,07 triliun, atau tumbuh
31,89 yoy Grafik 1.18..
16
1.3. Ekspor-Impor