B B Ketiga kota tersebut menyumbang inflasi

61

3. B

ANK U MUM S YARIAH Sedikit berbeda dengan perkembangan bank umum konvensional, perkembangan bank umum syariah pada triwulan II-2008 Mei 2008 menunjukkan perkembangan yang positip baik secara triwulanan maupun secara tahunan. Hal ini terlihat dari meningkatnya indikator seperti meningkatnya aset, DPK dan pembiayaan yang diberikan PYD Grafik 3.26 Grafik 3.26. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah 3,32 3,41 3,55 4,07 4,05 4,40 2,46 2,50 2,59 3,14 3,19 3,56 2,81 2,84 2,84 2,76 2,39 2,56 - 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0 Tw 1-07 Tw 2-07 Tw 3-07 Tw 4-07 Tw 1-08 Mei-08 T ri liu n Rp Aset DPK Pembiayaan Sumber: LBU KBI Bandung Secara triwulanan, total aset naik 7,27 qtq dan secara tahunan aset tumbuh 28,92 yoy menjadi Rp4,40 triliun. DPK yang tumbuh 10,69 qtq dan secara tahunan tumbuh 42,82 yoy menjadi Rp3,56 triliun. Di sisi lain, pembiayaan yang diberikan PYD turun 1,11 qtq, namun secara tahunan tetap tumbuh 9,94 menjadi Rp2,81 triliun. Pertumbuhan DPK yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan PYD mengakibatkan rasio PYD terhadap DPK atau FDR Bank Umum Syariah pada Triwulan II-2008 sedikit turun dari 88,40 pada triwulan sebelumnya menjadi 78,98. Sementara itu, risiko pembiayaan bank umum syariah di Jawa Barat pada triwulan II-2008 meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh rasio non performing financing NPF yang meningkat. Persentase Gross NPF pada triwulan II-2008 tercatat sebesar 7,06 atau lebih tinggi dibandingkan dengan gross NPF triwulan sebelumnya yang sebesar 5,63. Bank syariah terus melakukan upaya untuk menurunkan NPF dengan cara penyelesaian pembiayaan bermasalah secara lebih intensif serta tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan.

4. B

ANK P ERKREDITAN RAKYAT Seperti halnya bank umum, perkembangan kegiatan intermediasi baik oleh BPR konvensional maupun syariah BPRS pada triwulan II-2008 tetap mengalami peningkatan. Membaiknya kondisi usaha terutama usaha mikro, kecil dan menengah UMKM yang merupakan target BPRS tetap menjadi pendorong utama meningkatnya intermediasi BPRS di Jawa Barat. Total aset, secara triwulanan tumbuh 6,28 dan secara tahunan tumbuh 2,88 menjadi Rp4,39 triliun. Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan DPK sebesar 5,81 qtq atau 28,14 yoy menjadi Rp3,25 triliun serta peningkatan penyaluran kreditpembiayaan yang tumbuh 7,67 qtq dan 23,20 yoy menjadi Rp3,23 triliun. Sebagian besar kreditpembiayaan yang disalurkan merupakan kredit produktif, mencapai sekitar 57,95 dari total kreditpembiayaan BPRS, sedangkan sisanya merupakan kredit konsumsi. Lebih dari 55 kreditpembiayaan BPRS disalurkan untuk penggunaan modal kerja, yaitu mencapai Rp1,74 triliun atau tumbuh 5,33 qtq atau 24,47 yoy. Adapun untuk penggunaan konsumsi mencapai Rp1,36 triliun atau tumbuh 12,76 qtq atau 78,70 yoy, sedangkan kredit investasi turun 5,48 qtq menjadi Rp0,13 triliun. BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 64 Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, peranan keuangan daerah terhadap perekonomian Jawa Barat sampai dengan pertengahan tahun diperkirakan masih relatif kecil, karena rendahnya realisasi belanja daerah. Hal ini terjadi pula pada realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data yang tersedia saat ini, sampai dengan triwulan I-2008, belanja Pemprov Jabar baru terealisasi 6,39 atau Rp386,37 miliar dari total belanja daerah tahun 2008 yang sebesar Rp6,05 triliun. Adapun sampai dengan triwulan II-2008 realisasi belanja daerah diperkirakan baru mencapai 20-30 dari total anggaran belanja. Selama semester I-2007 angaran belanja Pemprov Jabar baru terealisasi 23,60 dari total anggaran belanja tahun 2007 yang sebesar Rp5,77 triliun. Rendahnya realisasi belanja Pemprov Jabar pada semester I-2008 antara lain disebabkan oleh terlambatnya penetapan perda mengenai APBD Provinsi dan berbagai kabupatenkota di Jawa Barat tahun anggaran 2008. Peraturan daerah mengenai APBD Provinsi Jabar murni 2008 baru dapat ditetapkan pada akhir triwulan I-2008. Selain itu, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan pemerintah daerah pada semester I, biasanya baru berada pada tahap perencanaan dan pengadaan. Sebagian besar kegiatan investasi dan pembangunan pemerintah daerah pada umumnya baru terlaksana pada semester II. Berdasarkan pengalaman tersebut, 70 belanja program belanja langsung pada tahun 2008 diperkirakan baru terealisasi pada triwulan III dan IV. Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat sampai dengan pertengahan tahun 2008 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja daerah, sehingga terjadi surplus. Sampai dengan akhir triwulan I-2008, pendapatan daerah telah terealisasi 27,79 atau senilai Rp1,58 triliun dari target pendapatan pada tahun 2008 yang sebesar Rp5,70 triliun. Sektor perpajakan masih menjadi kontributor utama tingginya realisasi pendapatan daerah, yaitu mencapai 67,14 dari total realisasi pendapatan daerah Pemprov Jabar pada triwulan I-2008. Sampai dengan akhir triwulan II-2008, pendapatan daerah diperkirakan dapat terealisasi di atas 50 dari target, atau senilai Rp2,85 triliun. Berdasarkan data semester I-2007, pendapatan Pemprov Jabar pada periode tersebut mencapai 53,51 dari target. 65 Tabel 4.1. Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2007 dan Triwulan I-2008 Rp Miliar 2007 2008 No. Uraian APBD Realisasi Tw II-2007 Realisasi thd APBD APBD Realisasi Tw I-2008 Realisasi thd APBD I Pendapatan 5.149,87 2.755,52 53,51 5.696,29 1.582,93 27,79 1 Pendapatan Asli Daerah 3.621,80 2.041,63 56,37 4.055,12 1.240,89 30,60 2 Dana Perimbangan 1.522,07 711,46 46,74 1.630,81 336,84 20,65 3 Lain-lain PAD yang Sah 6,00 0,00 0,00 10,36 5,20 50,20 II Belanja 5.272,08 1.244,32 23,60 6.050,02 386,37 6,39 1 Belanja Tidak Langsung 3.843,14 - - 4.313,03 340,02 7,88 2 Belanja Langsung 1.428,94 - - 1.736,99 46,35 2,67 III Pembiayaan 122,21 - - 353,73 1 Penerimaan Daerah 419,18 - - 488,84 2 Pengeluaran Daerah 296,97 - - 135,12 3 SILPA 58,84 - - 1.196,56 - Keterangan: Data APBD Murni Tahun 2007 dan 2008 Sumber: Biro Keuangan Pemprov Jabar P ERKEMBANGAN R EALISASI APBD J AWA B ARAT 1. Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat sampai dengan triwulan I-2008 mencapai 27,79 atau senilai Rp1,58 triliun dari target penerimaan selama tahun 2008. Hal ini tidak jauh berbeda dengan perkembangan pendapatan daerah pada periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya yang terealisasi sekitar 25-30 dari target. Porsi realisasi pendapatan pada triwulan I-2008 sebagian besar 78,39 dari total realisasi pendapatan masih berasal dari pos Pendapatan Asli Daerah PAD dengan nilai sebesar Rp1,24 triliun. Penyumbang kedua terbesar pendapatan daerah Provinsi Jabar berasal dari penerimaan dana perimbangan sebesar Rp336,84 miliar 21,28 dari total pendapatan, dan pos Lain-lain PAD yang Sah sebesar Rp5,20 miliar 0,33. Tingginya porsi PAD terhadap pembentukan pendapatan daerah menunjukkan bahwa kemampuan intern pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk membiayai sendiri pembangunannya sudah cukup baik. Namun demikian, mengingat kebutuhan pembiayaan untuk kegiatan pembangunan yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka diperlukan berbagai upaya dari pemerintah provinsi untuk meningkatkan dan menggali potensi sumber-sumber pendapatan daerah. Berdasarkan perkembangan pada tahun-tahun sebelumnya, persentase realisasi pendapatan daerah pada triwulan II-2008 diperkirakan di atas 50 dari target, atau senilai Rp2,85 triliun. Pada triwulan II-2007 realisasi pendapatan daerah Provinsi Jabar mencapai 53,51 dari target pendapatan yang sebesar Rp5,15 triliun. 66 Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2007 dan Triwulan I-2008 Rp Miliar 2007 2008 No. Uraian APBD Realisasi Tw II-2007 Realisasi thd APBD APBD Realisasi Tw I-2008 Realisasi thd APBD I PAD 3,621.80 2,041.63

56.37 4.055,12

1.240,89 30,60 a. Pajak Daerah 3,425.19 1,834.98 53.57 3.796,64 1.062,76 27,99 b. Retribusi Daerah 28.51 11.42 40.05 29,48 5,23 17,73 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 115.49