6.41 6.40 Konsumsi Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan

9 Di sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh melemahnya permintaan konsumsi rumah tangga dan menurunnya kegiatan ekspor Tabel 1.1-1.2. Permintaan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan sejalan dengan melemahnya daya beli masyarakat sebagai dampak dari peningkatan laju inflasi di Jawa Barat. Penurunan daya beli masyarakat antara lain tercermin dari beberapa indikator hasil Survei Konsumen, Survei Penjualan Eceran, dan nilai tukar petani NTP di Jawa Barat. Sementara itu, kegiatan ekspor masih mengalami penurunan sejalan dengan berlanjutnya perlambatan laju pertumbuhan ekonomi negara-negara tujuan utama ekspor Jawa Barat, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Komponen sisi permintaan lainnya yaitu investasi, pada triwulan II-2008 juga mengalami perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tetapi masih tetap terjaga pada level pertumbuhan yang cukup tinggi. Hal ini tercermin antara lain dari masih tingginya pertumbuhan indikator-indikator investasi seperti realisasi PMAPMDN, penjualan semen, dan impor barang modal. Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat Dari Sisi Permintaan Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Konsumsi Rumah Tangga 4.56 5.21 8.13 5.16 6.33 6.20 7.95 5.29 Konsumsi Pemerintah 15.90 12.46 5.85 3.15 25.92 5.47 2.94 4.63 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.47 5.96 4.86 9.98 8.06 8.13 10.43 8.56 Perubahan Inventori 6.19 3.72 20.61 6.50 13.56 7.01 2.52 8.10 Ekspor Barang dan Jasa 5.02 8.22 3.02 2.71 10.51 0.52 14.15 2.90 Dikurangi Impor 10.76 6.00 3.35 9.28 6.00 0.12 5.52 0.88 PDRB 6.01 5.72

6.19 6.41

7.27 6.40

7.13 5.07

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah. Proyeksi KBI Bandung. JENIS PENGGUNAAN 2006 2007 2007 2008 Tabel 1.2. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Konsumsi Rumah Tangga 3,00 3,41 5,19 3,34 4,16 4,03 5,18 3,44 Konsumsi Pemerintah 0,97 0,78 0,38 0,21 1,84 0,37 0,15 0,30 Pembentukan Modal Tetap Bruto 0,78 1,02 0,83 1,71 1,40 1,40 1,79 1,44 Perubahan Inventori 0,21 0,10 0,72 0,18 0,40 0,21 0,07 0,21 Ekspor Barang dan Jasa 3,04 4,39 1,64 1,42 6,03 0,28 7,74 1,53 Dikurangi Impor 5,79 2,80 1,48 3,89 2,90 0,06 2,29 0,38 PDRB 6,01 5,72

6,19 6,41

7,27 6,40

7,13 5,07

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah. Angka sementara. Proyeksi KBI Bandung. 2008 JENIS PENGGUNAAN 2006 2007 2007 Di sisi penawaran, laju pertumbuhan tiga sektor utama di Jawa Barat mengalami perlambatan, terutama terjadi pada sektor pertanian Tabel 1.3-1.4. Seiring dengan berakhirnya panen raya padi di Jawa Barat, kinerja sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan mengalami perlambatan yang cukup signifikan pada triwulan II-2008. Sementara itu, melemahnya permintaan di pasar domestik dan luar negeri, berdampak pada perlambatan laju pertumbuhan sektor industri pengolahan. Selain itu, melambatnya permintaan konsumsi rumah tangga sebagai dampak dari melemahnya daya beli masyarakat, menyebabkan pertumbuhan sektor 10 perdagangan, hotel, dan restoran PHR mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Di sisi lain, beberapa sektor ekonomi non dominan di Jawa Barat masih tumbuh cukup tinggi, seperti sektor bangunan dan konstruksi, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Tabel 1.3. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Pertanian -0,66 -16,01 -0,45 2,40 35,44 3,12 34,83 9,04 Pertambangan Penggalian -2,46 -2,34 -6,21 -5,54 -14.64 -7,29 -14,38 -12,25 Industri Pengolahan 8,51 7,08 4,79 3,64 4,19 4,89 5,48 4,30 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,87 7,15 4,87 2,66 6,69 5,30 4,74 3,27 BangunanKonstruksi 4,26 8,57 10,08 10,53 0,19 7,29 2,12 13,75 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7,09 17,13 15,81 18,06 9,05 14,75 3,59 3,85 Pengangkutan dan Komunikasi 7,89 14,93 12,06 8,59 -0.78 8,41 0,53 8,13 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1,04 15,56 12,87 10,10 1,24 9,62 -1,79 13,71 Jasa-Jasa 7,96 4,31 0,89 1,20 0,38 1,64 1,07 2,20 PDRB 6,01 5,72 6,19 6,42 7,27 6,40 7,13 5,07 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah. Angka sementara. Proyeksi KBI Bandung. 2008 2007 2007 SEKTOR EKONOMI 2006 Tabel 1.4. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Jawa Barat Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Pertanian -0,09 -1,88 -0,06 0,32 3,61 0,42 4,10 1,27 Pertambangan Penggalian -0,07 -0,06 -0,15 -0,13 -0,39 -0,20 -0,37 -0,30 Industri Pengolahan 3,65 2,66 2,08 1,58 1,89 2,17 2,43 1,87 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,04 0,16 0,11 0,06 0,15 0,12 0,11 0,07 BangunanKonstruksi 0,13 0,28 0,32 0,34 0,01 0,23 0,07 0,44 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,39 3,08 2,90 3,51 1,98 2,90 0,75 0,78 Pengangkutan dan Komunikasi 0,34 0,69 0,53 0,35 -0,04 0,37 0,02 0,36 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 0,03 0,49 0,40 0,32 0,04 0,29 -0,06 0,43 Jasa-Jasa 0,57 0,30 0,06 0,08 0,03 0,12 0,08 0,15 PDRB 6,01 5,72 6,19 6,42 7,27 6,40 7,13 5,07 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, diolah. Angka sementara. Proyeksi KBI Bandung. 2008 2007 SEKTOR EKONOMI 2006 2007

1. S

ISI P ERMINTAAN

1.1. Konsumsi Pertumbuhan konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan yang sama tahun sebelumnya dan triwulan I-2008, yaitu masing-masing dari 8,13 dan 7,95 menjadi 3,44 yoy Tabel 1.1.. Penyebab perlambatan tersebut diperkirakan disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat sebagai dampak dari meningkatnya tekanan inflasi di Jawa Barat. Perlambatan konsumsi rumah tangga tercermin antara lain dari menurunnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Jawa Barat, terutama paska kenaikan harga BBM bulan Mei 2008. Indeks keyakinan konsumen pada akhir triwulan II-2008 Juni 2008 mencapai titik yang terendah selama dua tahun terakhir Grafik 1.3.. 11 Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen 50 100 150 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 06 07 08 Indeks Keyakinan Konsumen IKK Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung. Grafik 1.4. Komponen Indeks Keyakinan Saat ini 50 100 150 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 06 07 08 Penghasilan saat ini Pembelian durable goods Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung. Hasil SK Bank Indonesia mengindikasikan bahwa penghasilan masyarakat selama triwulan II- 2008 cenderung mengalami penurunan Grafik 1.4. Sejalan dengan perkembangan itu, keyakinan konsumen untuk melakukan pembelian barang tahan lama juga mengalami penurunan Grafik 1.4. Selain itu, hasil SK juga mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung lebih pesimis terhadap perolehan penghasilan dan kondisi perekonomian pada semester II-2008 Grafik 1.5. Grafik 1.5. Komponen Indeks Ekspektasi 50 100 150 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 06 07 08 Ekspektasi penghasilan Ekspektasi kondisi perekonomian Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung. Grafik 1.6. Pendaftaran Mobil Baru di Jawa Barat tidak termasuk Bekasi - 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 06 07 08 Unit -100 -60 -20 20 60 100 Pendaftaran mobil baru Pertumbuhan y-o-y Berbagai indikator konsumsi, baik barang tahan lama durable maupun tidak tahan lama non durable goods, mencerminkan perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Konsumsi durable goods masih tumbuh cukup tinggi namun dengan laju pertumbuhan yang semakin melambat. Hal ini diindikasikan oleh perkembangan penjualan mobil baru Grafik 1.6. Berdasarkan informasi dari beberapa agen penualan kendaraan bermotor dealer di Jawa Barat, dampak kenaikan harga BBM bulan Mei 2008 terhadap penjualan mobil di Jawa Barat hanya bersifat sementara, mengingat konsumen kendaraan bermotor mobil adalah golongan masyarakat pendapatan menengah keatas, yang relatif tidak terpengaruh oleh kenaikan harga BBM. 12 Grafik 1.7. Konsumsi BB M Premium 5 10 15 20 25 30 35 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 06 07 08 RpMiliar Konsumsi BBM Premium Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung Bank Indonesia Bandung. Grafik 1.8. Penjualan Makanan dan Tembakau 5 10 15 20 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 06 07 08 RpMiliar Penjualan Makanan dan Tembakau Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung Bank Indonesia Bandung. Sementara itu, konsumsi non durable goods makanan dan non makanan juga menunjukkan laju pertumbuhan yang semakin melambat. Meningkatnya tekanan inflasi di Jawa Barat berdampak cukup signifikan terhadap laju pertumbuhan konsumsi non makanan. Indikator konsumsi non makanan yang tercermin dari konsumsi BBM, penjualan perlengkapan rumah tangga, serta penjualan pakaian dan perlengkapannya, tumbuh dengan kisaran angka kurang dari 20 Grafik 1.8 1.10-1.11. Sementara itu, meningkatnya tekanan inflasi di Jawa Barat relatif tidak berdampak signifikan terhadap laju pertumbuhan konsumsi makanan. Indikator konsumsi makanan yang tercermin dari penjualan makanan dan tembakau masih tumbuh tinggi 30 yoy, dan hanya sedikit melambat dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 31 yoy Grafik 1.9.. Grafik 1.9. Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga - 1 2 3 4 5 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 06 07 08 RpMiliar Penjualan Perlengkapan Rumah Tangga Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung Bank Indonesia Bandung. Grafik 1.10. Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya - 5 10 15 20 25 30 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 06 07 08 RpMiliar Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya Sumber: Survei Penjualan Eceran Kota Bandung Bank Indonesia Bandung. Perlambatan konsumsi rumah tangga akibat melemahnya daya beli tampaknya masih tertolong oleh dukungan pembiayaan perbankan, sehingga konsumsi rumah tangga masih mampu tumbuh positif. Laju pertumbuhan kredit perbankan untuk jenis penggunaan konsumsi pada triwulan II-2008 yang sebesar 17,96 yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada 13 triwulan I-2008 16,32, meskipun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 18,44 yoy Grafik 1.12. Di samping itu, penyaluran kredit baru untuk jenis penggunaan konsumsi selama triwulan II-2008 cukup tinggi, yaitu mencapai Rp6,45 triliun, angka tertinggi sejak triwulan I-2006 Grafik 1.13. Grafik 1.11. Posisi Penyaluran Kredit Konsumsi oleh Bank Umum di Jawa Barat 5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000 T. I T. II T.III T.IV T.I T. II T.III T.IV T. I T. II 2006 2007 2008 Rp juta 5 10 15 20 25 30 35 Posisi Kredit Pertumbuhan yoy Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum LBU, KBI Bandung. Grafik 1.12. Penyaluran Kredit Baru untuk Penggunaan Konsumsi oleh Bank Umum di Jawa Barat 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000 T. I T. II T.III T.IV T.I T. II T.III T.IV T. I T. II 2006 2007 2008 Rp juta -10 -5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Posisi Kredit Pertumbuhan yoy Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum LBU, KBI Bandung. Untuk meminimalisir dampak kenaikan harga BBM terhadap penurunan daya beli masyarakat, pemerintah pusat memberikan bantuan langsung tunai BLT kepada rumah tangga sasaran RTS. Khusus di Provinsi Jawa Barat, jumlah keluarga penerima BLT di Jawa Barat mencapai 2.897.807 RTS atau 15,24 dari total RTS penerima BLT secara nasional, yang mencapai 19.018.058 RTS. Dengan nilai BLT Rp300.000,00 per RTS, maka nilai BLT yang disalurkan di Jabar sebesar Rp869.342.100.000,00 Rp869 miliar. Berdasarkan data PT Pos Indonesia 4 , realisasi BLT di Jabar hingga 24 Juni 2008 baru mencapai 4,57 atau 132.201 RTS dari alokasi 2.897.807 RT, dengan nilai uang sebesar Rp39.690.300.000,00. Dari 25 kabupatenkota, baru 3 kota yang menerima dana BLT, yakni Kota Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Bogor. Untuk mengetahui dampak kenaikan harga BBM terhadap perilaku konsumsi rumah tangga dan efektivitas penyaluran BLT, Bank Indonesia Bandung telah mengadakan survei terhadap 124 responden rumah tangga dan 200 responden penerima BLT. Adapun hasil survei tersebut dapat dilihat pada Boks 2 pada Bab 6.

1.2. Investasi Berbeda dengan pola perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga, laju