K Ketiga kota tersebut menyumbang inflasi

Seperti halnya yang terjadi pada total kredit, risiko kredit MKM bank umum konvensional di Jawa Barat pada triwulan II-2008 juga mengalami penurunan. Rasio kredit MKM bermasalah masih di bawah batas toleransi Bank Indonesia yakni dengan rasio Gross NPL sebesar 3,55. Rasio ini lebih rendah dibandingkan rasio gross NPL total kredit yang sebesar 3,63Grafik 3.23. Berbeda dengan penyaluran kredit MKM berdasarkan lokasi bank, outstanding kredit MKM posisi Mei 2008 berdasarkan lokasi proyek menunjukkan angka penyaluran yang lebih tinggi. Outstanding kredit MKM berdasarkan lokasi proyek mencapai Rp87,04 triliun atau lebih besar Rp28,46 triliun dibandingkan dengan outstanding kredit MKM berdasarkan bank pelapor. Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memilki potensi pengembangan UMKM yang cukup menarik bagi perbankan nasional. Sampai dengan bulan Juni 2008, kredit MKM bank umum konvensional di Jawa Barat tumbuh 8,86 qtq atau 21,09 yoy. Secara nasional posisi Mei’08, porsi kredit MKM berdasarkan lokasi proyek di Jawa Barat menempati urutan kedua setelah Jakarta, dengan porsi sebesar 15,52 terhadap total kredit MKM Nasional yang berjumlah Rp552,11 triliun. Grafik 3.24. Perkembangan Kredit MKM berdasarkan lokasi Proyek di Jawa Barat 2004 s.d. Des 2006 termasuk Provinsi Banten Sumber: Statistik Perbankan Indonesia 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2004 2005 Ag t Sep Ok t No v De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag s Sep t Ok t No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Me i 2006 2007 2008 T ri li un Rp Hal ini cukup beralasan mengingat Jawa Barat memang termasuk daerah yang mempunyai jumlah UMKM terbesar, selain lokasinya sangat dekat dengan pusat kegiatan ekonomi nasional, Jakarta.

2. K

INERJA B ANK U MUM K ONVENSIONAL YANG B ERKANTOR P USAT DI B ANDUNG Sampai dengan triwulan II-2008 posisi bulan Mei 2008, perkembangan kinerja tujuh bank umum konvensional yang berkantor pusat di Bandung menunjukkan perkembangan positif. Beberapa indikator seperti total aset, DPK yang dihimpun maupun kredit yang disalurkan terus mengalami peningkatan Grafik 3.25. Total aset tujuh bank umum konvensional yang berkantor pu- Grafik 3.25. Perkembangan Kinerja Bank Umum Konvensional yang Berkantor Pusat di Bandung 35,76 36,91 39,37 39,91 41,50 43,49 27,91 29,78 31,58 30,40 33,84 35,49 20,52 22,37 24,08 24,16 24,99 26,37 - 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 Tw 1 Tw 2 TW 3 Tw 4 TW I Mei T riliun Rp Aset DPK Kredit Sumber : LBU-KBI Bandung sat di Bandung pada triwulan II-2008, secara triwulanan tumbuh 4,79 qtq atau secara tahunan 16,25 yoy mencapai Rp43,49 triliun. 59 DPK bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI Bandung mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan. Secara triwulanan DPK tumbuh 4,89 qtq dan secara tahunan tumbuh 17,58 yoy menjadi Rp35,49 triliun. Sebagian besar DPK 64 berupa deposito Rp22,56 triliun, sementara porsi giro dan tabungan masing-masing sebesar 25 Rp8,94 triliun dan 11 Rp3,99 triliun. Nilai DPK yang dihimpun ketujuh bank tersebut mencapai 33,49 dari total DPK yang dihimpun perbankan di Jawa Barat. Sementara itu, outstanding kredit sampai dengan triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp26,37 triliun atau secara triwulanan tumbuh 5,51 qtq dan secara tahunan tumbuh 16,31 yoy. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit untuk konsumsi mempunyai porsi terbesar yakni 83,47. Kondisi ini sejalan dengan data penyaluran kredit yang didasarkan atas sektor ekonomi, dimana untuk sektor “lain-lain” memiliki porsi terbesar yaitu 83,47. Sementara itu, porsi penyaluran kredit untuk kebutuhan modal kerja dan investasi masing-masing tercatat hanya sebesar 13,09 dan 3,44. Selanjutnya, porsi penyaluran kredit untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran tercatat sebesar 6,65, sektor perindustrian 2,78, sektor jasa dunia usaha 2,63, sementara lima sektor lainnya tercatat sebesar 4,47. Perkembangan LDR untuk bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI Bandung menunjukkan arah yang berbeda dengan perkembangan LDR bank umum konvensional di Jawa Barat. Dengan kondisi pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit mengakibatkan LDR untuk bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI Bandung mengalami penurunan dari 75,52 pada triwulan I-2008 menjadi 74,29 pada triwulan II-2008. Pada awal tahun 2008, tujuh bank umum yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI Bandung menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari laba yang berhasil diperoleh dalam dua bulan pertama maupun tingkat efisiensi bank. Sampai dengan bulan Mei 2008 Net Interest Income NII tercatat sebesar Rp1,317 miliar atau 4,18. Sementara itu, rasio Return on Asset ROA sampai dengan bulan Mei 2008 tercatat sebesar 1,32, sedangkan rasio efisiensi antara Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional BOPO 77,34. Risiko kredit bank umum yang berkantor pusat di Jawa Barat tetap rendah dan terkendali. Hal ini terlihat dari persentase kredit bermasalah kotor gross NPL yang hanya 0,79 atau jauh di bawah batas yang ditentukan BI maksimal 5. Hal ini cukup beralasan mengingat sebagian besar kredit merupakan kredit konsumsi yang sebagian besar merupakan kredit kepada PNS maupun pensiunan. Jenis kredit ini memiliki risiko yang kecil karena angsuran kredit dipotong langsung dari gaji pegawai. 60 61

3. B