2.4 Sel Biofilm Bakteri
Biofilm merupakan sekumpulan bakteri beserta produk ekstraselular yang dihasilkannya dan melekat pada substrat biologi seperti sel, jaringan dan matriks
polimer maupun substrat nonbiologi termasuk batu, kayu. Akibat pembentukan biofilm dapat merugikan organisme, diantaranya terakumilasinya sel biofilm bakteri
pada saluran pencernaan organisme tersebut Palmer White, 1999.
Pembentukan biofilm merupakan proses dinamis yang memerlukan beberapa tahapan Characklis Marshal,1990. Biofilm terbentuk karena sel bakteri menempel
pada beberapa tipe permukaan padat. Berawal dari perkembangan tahap demi tahap sehingga bakteri membentuk mikrokoloni. Mikrokoloni merupakan kelompok kecil
yang pada akhirnya membentuk biofilm yang bentuknya berlapis-lapis hingga dapat diamati dengan mata telanjang.
Dalam lingkungan alami, biofilm biasanya mengandung populasi campuran bakteri dan terjadi interaksi metabolik antar galur melalui hubungan mutualistik atau
komensalistik Dunne, 2002, O’Toole, 2003. Adanya perubahan kompleksitas dan fluktuasi konsentrasi senyawa pencemar toksik dapat mengubah distribusi dan
keanekaragaman spesies penyusun biofilm, dan mempengaruhi aktivitasnya Cowan et al., 2000. Keuntungan galur bakteri penyusun komunitas dalam biofilm tersebut
antara lain mendapat perlindungan dari berbagai parameter lingkungan yang tidak sesuai serta terjaminnya ketersediaan nutrien dan kerjasama metabolik Borriello et
al., 2004. Kemampuan biofilm untuk tetap hidup dalam kondisi yang tidak sesuai menyebabkan masalah besar bila biofilm ini terbentuk dari jenis-jenis bakteri yang
bersifat patogen oportunistik.
Kehadiran biofilm menyebabkan masalah yang potensial terhadap berbagai industri, salah satunya adalah industri makanan. Kekhawatiran terjadi bila bakteri
patogen melekat pada alat pengolahan makanan. Kalau biofilm tidak dibersihkan, organisme yang melekat dalam perkembangannya dapat terlepas dari permukaan dan
mengkontaminasi produk sebelum produksi Frank Koffi, 1990. Masalah yang ditimbulkan oleh adanya kontaminasi ini adalah terjadinya pembusukan makanan
Universitas Sumatera Utara
yang akan memperpendek masa simpan shelf-life maupun penyebaran penyakit melalui makanan foodborne desease Dunsmore, 1981, Chavalier et al., 1988.
Banyaknya masalah yang ditimbulkan biofilm pada alat pengolahan makanan menyebabkan perlunya suatu cara atau pengendalian khusus pada sel biofilm.
Biasanya pengendalian biofilm dilakukan seperti halnya proses sanitasi dengan cara penambahan zat kimia atau dengan pemanasan. Sanitasi kimia dilakukan dengan
menggunakan desinfektan. Tujuan penggunaan desinfektan ialah untuk mereduksi jumlah mikroorganisme patogen pada proses pengolahan pangan. Menurut Yunus
2000 desinfektan yang sesuai untuk stainless steel adalah klorin.
2.4.1 Pengendalian Sel Biofilm dengan Klorin
Sanitasi makanan merupakan kegiatan aseptik dalam persiapan, pengolahan dan penyajian makanan, pembersihan peralatan, sanitasi lingkungan kerja. Meskipun
proses pembersihan telah dilakukan, belum ada jaminan bahwa cemaran mikrobiologis, terutama bakteri telah dapat dihilangkan. Oleh karena itu proses
pembersihan harus diikuti dengan desinfeksi peralatan yang dipakai. Untuk mengatasi bakteri tersebut pemilihan klorin sebagai bahan desinfektan merupakan alternatif yang
cukup efektif dan mudah penanganannya. Klorin biasanya ditemukan dalam kaporit Rahmat, 2004.
Kaporit [CaOCl
2
] merupakan persenyawaan yang banyak digunakan baik untuk keperluan rumah tangga maupun industri. Senyawa-senyawa tersebut tersedia
sebagai bubuk atau larutan cair pada beberapa konsentrasi, bergantung kepada penggunaan yang dianjurkan. Produk yang mengandung 5-70 CaOCl
2
digunakan sebagai sanitasi peralatan pengolahan susu dan alat sanitasi pengolahan pangan
Pelczar Chan, 2008.
Klorinasi merupakan metode yang banyak digunakan, karena klor efektif sebagai desinfektan dan harganya terjangkau Sururi et al., 2008. Klorinasi bertujuan
untuk mengurangi dan membunuh mikroorganisme patogen yang ada di dalam air
Universitas Sumatera Utara
limbah. Sumber klor yang biasa digunakan adalah kaporit [CaOCl
2
]. Kaporit dapat membunuh mikroorganisme patogen, seperti E. coli, Legionella, Pneumophilia,
Streptococcus, Fecalis, Bacillus, Clostridium, Amoeba, Giardia, Cryptosporidium, dan Pseudomonas Rosyidi, 2010.
2.4.2 Pengendalian Sel Biofilm dengan Panas
Selain menggunakan bahan kimia seperti klorin pengontrolan dapat juga dilakukan dengan metode fisika yaitu memanfaatkan suhu yang tinggi atau pemanasan. Sanitasi
dengan menggunakan air panas lebih menguntungkan karena air panas mudah tersedia dan tidak beracun. Peralatan kecil seperti pisau, serta bagian –bagian alat pengolahan
pangan dapat direndam dalam air yang dipanaskan hingga suhu 80 C Yunus, 2000.
Tinggi rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat tumbuh dalam rentang suhu minus 50
C sampai 80 C, tetapi bagaimanapun juga
setiap spesies mempunyai rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh sensitifitas sistem enzimnya terhadap panas.
Aktivitas panas sering dijadikan sebagai sanitasi suatu peralatan kesehatan dan peralatan proses penanganan makanan. Dari hasil penelitian Trisnawati, 2010 jumlah
bakteri sebelum perlakuan sanitizer air panas berkisar antara 120 – 280 CFUcm
2
. Sesudah perlakuan hasil pemeriksaan angka total bakteri berkisar antara 80 – 100
CFUcm
2
. Hasil analisis menunjukkan bahwa proses sanitasi memberikan pengaruh p terhadpenurunan angka total bakteri.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2012 sampai oktober 2012, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah: cawan Petri, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas beaker, gelas ukur, pipet serologi, karet penghisap, spatula, hockey stick,
jarum ose, autoklaf, oven, mikroskop, kotak es, Erlenmeyer, sonikator, shaker, hot plate, stainless steel SS Lampiran 9.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: sampel air, sedimen, udang, permukaan padat dari tambak udang daerah Percut, Pantai Labu,
Pantai Cermin, media eosin methylen blue EMB, Salmonella-Shigella agar SSA, plate count agar PCA, manitol salt agar MSA, sea water complete SWC padat
dan cair, alkohol, tisu, akuades steril, manik-manik kaca bola lampu yang dihaluskan, NaCl 0,9 , detergen.
3.3 Isolasi Dan Penghitungan Sel Bakteri
Sampel diambil dari 3 lokasi tambak udang di Sumatera Utara yaitu Pantai Labu, Pantai Cermin dan daerah Percut. Pada masing-masing tambak, bakteri
diisolasi dari air, sedimen, permukaan padat batu, papan, kincir. Sampel air diambil
Universitas Sumatera Utara