Pengendalian Sel Biofim dengan Klorin

Menurut Yunus 2000 kemampuan klorin dalam mengendalikan bakteri dapat melalui persenyawaannya dengan protein membran sel yang membentuk N-kloro yang kemudian melalui metabolisme sel mengakibatkan kematian organisme. Efek bakterisidal dari hipoklorit berlangsung dalam 2 fase, pertama penetrasi bahan aktif germisidal ke dalam bakteri, dan reaksi bahan kimia tersebut dengan protoplasma sel untuk membentuk kompleks toksik senyawa N-kloro yang dapat merusak organisme. Diduga senyawa toksik ini dapat menghambat proses pertumbuhan sel biofilm.

4.4 Pengendalian Sel Biofim dengan Klorin

Konsentrasi klorin mempengaruhi kemampuannya dalam mengendalikan sel biofilm. Selain itu faktor yang mempengaruhi dalam pengendalian biofilm adalah umur sel biofilm tersebut. Penggunaan klorin pada konsentrasi tinggi lebih efektif membunuh sel biofilm dibanding dengan konsentrasi rendah. Dapat dilihat dari E. coli yang diberi perlakuan klorin dengan konsentrasi 150 ppm bakteri masih ditemukan pada media yaitu 0,31 x 10 3 CFUSS tapi pada konsentrasi 225 ppm E. coli tidak tumbuh lagi Tabel 2. Tabel 2. Pengendalian sel biofilm bakteri patogen oportunistik dengan klorin Bakteri Konsentrasi klorin ppm Jumlah sel biofilm CFUSS Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-6 E. coli 0,84 x 10 4 0,95 x 10 4 6,35 x 10 4 75 6,15 x 10 2 0,54 x 10 4 9,95 x 10 3 150 0,31 x 10 3 0,11 x 10 3 3,15 x 10 3 225 - - 0,05 x 10 4 Staphylococcus sp. 0,46 x 10 3 0,56 x 10 4 0,32 x 10 5 75 2,22 x 10 2 0,01 x 10 4 4,85 x 10 3 150 0,85 x 10 2 0,03 x 10 3 1,45 x 10 3 225 - - 0,15 x 10 3 Salmonella sp. 0,17 x 10 3 0,37 x 10 4 0,28 x 10 4 75 0,83 x 10 2 0,08 x 10 4 2,05 x 10 3 150 0,65 x 10 2 0,25 x 10 3 1,45 x 10 3 225 - - 0,15 x 10 3 Ket - tidak ditemukan bakteri Universitas Sumatera Utara Konsentrasi desinfektan sangat berpengaruh terhadap densitas biofilm pada pelat SS. Yunus 2000 menyatakan bahwa sanitasi menggunakan klorin 200 ppm memberikan persentasi penurunan dibanding dengan menggunakan klorin 100 ppm. Dewanti Hariyadi 1997 menyatakan bahwa senyawa klorin dengan konsentrasi 200 ppm mampu membunuh sel biofilm Salmonella blockly inkubasi 2 hari pada permukaan SS. Pengendalian sel biofilm dengan klorin pada konsentarasi 225 ppm masih kurang efektif untuk sel biofilm umur 6 hari . Hal ini dapat disebabkan karena biofilm lebih stabil pada inkubasi hari ke-6, sehingga pengendalian dengan klorin sulit. Terbentuknya beberapa lapis biofilm multilayer menyebabkan senyawa klorin tidak bisa menembus bagian dalam. Menurut Bal’a et al., 1998 desinfeksi pada sel biofilm hanya terjadi pada bagian terluar karena sulit masuk ke bagian terdalam biofilm, padahal semua sisi biofilm berpeluang menjadi kontaminan sehingga diperlukan pengendalian khusus. Pada hari ke-6 jumlah nutrisi juga semakin terbatas. Dewanti Hariyadi 1997 menyatakan terbatasnya nutrien dalam medium pertumbuhan menyebabkan laju pertumbuhan sel yang lambat. Laju pertumbuhan yang rendah dapat meningkatkan ketahanan bakteri biofilm terhadap senyawa antibiotik, dan juga ketahananya terhadap desinfektan. Kaporit ketika dilarutkan dalam air akan berubah menjadi asam hipoklorit HOCl dan ion hipoklorit OCl - yang memiliki sifat desinfektan. HOCl dan ion OCl - disebut klor yang bersifat sangat reaktif terhadap berbagai komponen sel bakteri. Klor mampu melakukan reaksi hidrolisis dengan berbagai komponen kimia bakteri seperti peptidoglikan, lipid dan protein yang dapat menimbulkan kerusakan fisiologis dan mekanisme seluler bakteri. Klor aktif dapat melakukan inaktifasi kerja enzim dengan cara merubah ikatan kimia atau bahkan memutus ikatan kimia enzim. Klor juga dapat mengganggu proses sintesis protein bakteri dengan memodifikasi basa purin dan pirimidin yang mampu menyebabkan kecacatan genetis bakteri Rosyidi, 2008. Sel biofilm menghasilkan ekstrapolisakarida untuk membantu proses penempelan pada SS. Selain membantu proses penempelan ekstrapolisakarida juga berfungsi melindungi biofilm. Ekstrapolisakarida menyelubungi biofilm sehingga Universitas Sumatera Utara dapat menghalangi penetrasi desinfektan seperti klorin terhadap biofilm. Selain menghalangi penetrasi, kehadiran senyawa ekstrapolisakarida yang sebagian besar merupakan senyawa organik, akan menghambat mekanisme kerja senyawa klorin. Yunus 2000 menyatakan bahwa salah satu kelemahan penggunaan senyawa klorin sebagai desinfektan adalah mampu diinaktivasi oleh senyawa organik.

4.5 Pengendalian Sel Biofilm dengan Panas