Sensitifitas dan spesifisitas penemuan infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis dengan pewarnaan histokimia Giemsa dibandingkan dengan pewarnaan
imunohistokimia Helicobacter pylori dengan uji Chi-square ditunjukkan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Pengukuran sensitifitas dan spesifisitas pewarnaan histokimia Giemsa dan imunohistokimia Helicobacter pylori dalam menemukan infeksi Helicobacter pylori
pada lesi gastritis dengan uji Chi-square.
Pewarnaan Histokimia
Giemsa
Total p-
value Positif
Negatif n
n n
Imunohisto kimia
H. pylori Positif
20 47.6
12 28.6 32
76.2 0,001
Negatif
10 23.8 10
23.8
Total
20 47.6
22 52.4 42
100.0
Hasil tabel 4.5. ini menunjukkan p-value = 0,001 p0,05, maka H ditolak,
artinya ada perbedaan insidensi penemuan infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis di lambung dengan pewarnaan histokimia Giemsa dan imunohistokimia
Helicobacter pylori. Dan dari 42 sampel penelitian ditemukan sejumlah 20 sampel yang menunjukkan hasil yang positif baik dengan pewarnaan histokimia Giemsa
maupun imunohistokimia Helicobacter pylori Sensitifitas = 100. Sedangkan dari 42 sampel penelitian, 10 sampel yang menunjukkan hasil negatif pada pewarnaan
histokimia Giemsa yang negatif, ternyata juga menunjukkan hasil yang negatif dengan pewarnaan imunohistokimia Helicobacter pylori. Spesifisitas = 45,4.
4.2. Pembahasan
Dari hasil penelitian ini, sampel penderita gastritis lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan terhadap wanita dengan perbandingan 2 : 1. Menurut
Universitas Sumatera Utara
kepustakaan insidensi gastritis bervariasi di seluruh dunia dan berhubungan dengan letak geografi.
5,6
Dari sampel penelitian insidensi gastritis berdasarkan umur lebih banyak dijumpai pada kelompok usia lebih tua di atas umur 61 tahun, ini
kemungkinan berhubungan dengan faktor daya tahan tubuh penderita. Sedangkan sampel penderita gastritis berumur paling muda dijumpai pada umur 16 tahun, dan
dari hasil
pemeriksaan dengan
pewarnaan histokimia
Giemsa maupun
imunohistokimia Helicobacter pylori pada pasien ini menunjukkan hasil yang positif lihat tabel 4.2 dan tabel data pasien di halaman lampiran 1. Dari kepustakaan
dinyatakan bahwa beberapa faktor risiko infeksi Helicobacter pylori pada lambung bisa dijumpai sejak usia anak-anak, dan prevalensi pada orang dewasa berkisar 15-
100.terutama di Negara sedang berkembang yang disertai dengan sosioekonomi yang rendah serta higenis yang masih buruk.
Penyebab gastritis kronik akibat infeksi Helicobacter pylori masih mempunyai angka kejadian yang tinggi. Dan dari penelitian sebelumnya menyatakan bahwa
infeksi Helicobacter pylori yang kronis dapat menimbulkan kelainan genetika yang dapat merangsang perubahan sifat sel secara progresif dan juga terlibat dalam proses
karsinogenesis lambung yang multistep dan mempunyai prognosis yang jelek, maka salah satu usaha pencegahan perkembangan kearah keganasan adalah dengan
menemukan infeksi Helicobacter pylori dapat dilakukan secara dini. Namun penemuan mikroorganisme ini dari jaringan biopsi lambung kadang sulit
diidentifikasi secara pewarnaan HE. Oleh sebab itu dilakukan modifikasi penemuan mikroorganisme dengan pewarnaan Giemsa. Dari hasil penelitian ini, sampel yang
ditemukan positif dengan pewarnaan histokimia Giemsa adalah sebanyak 20 kasus 47,6 sedangkan hasil negatif adalah 22 kasus 52,4 lihat tabel 4.3. Bila dilihat
dari hasil penelitian ini sebagian besar kasus gastritis dengan infeksi Helicobacter pylori masih belum dapat teridentifikasi.
Sedangkan hasil pewarnaan dengan imunohistokimia Helicobacter pylori tabel 4.4, gastritis dengan infeksi Helicobacter pylori ditemukan positif pada 32
Universitas Sumatera Utara
kasus 76,2 bila dibandingkan dengan hasil positif dengan pewarnaan histokimia Giemsa terdapat 12 kasus yang masih terwarnai negatif.
Dari tabel 4.5. menunjukkan terdapat perbedaan insidensi penemuan infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis di lambung dengan pewarnaan histokimia
Giemsa dan imunohistokimia Helicobacter pylori dengan p-value = 0,001 p0,05. Dalam hal spesifisitas, pewarnaan imunohistokimia Helicobacter pylori lebih
sensitive dalam menemukan infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis dibandingkan terhadap pewarnaan histokimia Giemsa, namun kedua pewarnaan ini
mempunyai sensitifitas yang sama. Namun bila dipertimbangkan dalam hal ‘cost
effective’, pewarnaan Giemsa tetap masih lebih ‘cost effective’ dibandingkan terhadap pewarnaan imunohistokimia. Oleh sebab itu pemeriksaan dengan pewarnaan
Giemsa masih tetap dianjurkan untuk dipergunakan dalam mendiagnosa infeksi Helicobacter pylori pada lesi gastritis.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN