pylori menimbulkan peradangan lambung pada semua pasien yang pylori jarang menginvasi mukosa lambung, respon host terutama dipicu oleh

Respon host terhadap Helicobacter pylori

H. pylori menimbulkan peradangan lambung pada semua pasien yang

terinfeksi. Respon peradangan awal terdiri dari perekrutan sel radang neutrofil, yang diikuti oleh sel limfosit T dan B, sel plasma, dan makrofag, dan kerusakan sel epitel.

H. pylori jarang menginvasi mukosa lambung, respon host terutama dipicu oleh

melekatnya bakteri ke sel epitel. Patogen berikatan dengan molekul permukaan MHC kelas II class II major-histocompatibility-complex pada sel epitel lambung, dan merangsang apoptosis. Selanjutnya terjadi perubahan sel epitel yang tergantung pada protein yang dikode oleh cag-PAI dan pada translokasi CagA di dalam sel epitel lambung. Urease dan porin H. pylori dapat menimbulkan ekstravasasi dan kemotaksis sel radang neutrofil gambar 2.6. 1,7,16 Gambar 2.6. Interaksi antara pathogen-host di dalam patogenesis infeksi Helicobacter pylori. 7 Universitas Sumatera Utara Epitel lambung pasien yang terinfeksi H. pylori menunjukan peningkatan kadar IL-1 , IL-2, IL-6, IL-8, dan TNF-α. Di antara semua kemokin ini, IL-8 merupakan tampilan kemokin yang paling kuat dan paling penting untuk mengaktifasi neutrofil pada sel epitel lambung. Strain H. pylori yang memiliki cag-PAI memberi rangsangan respon interleukin yang lebih kuat dibandingkan strain H. pylori dengan cag yang negatif. Respon ini tergantung pada aktifasi NFk B Nuclear Factor k B dan respon awal aktifator dari faktor transkripsi protein 1 AP-1. Protein permukaan H. pylori mempunyai berat molekul 150-kD, merupakan protein pengaktif fagositosis neutrofil, namun hubungannya terhadap keadaan klinis masih belum diketahui. Infeksi H. pylori dapat merangsang respons sistemik dan humoral mukosa. Produksi antibodi ini tidak mengeradikasi infeksi, namun dapat menambah kerusakan jaringan. Sebagian pasien yang terinfeksi H. pylori mempunyai respon auto-antibodi yang langsung terhadap H + K + –ATPase sel parietal lambung yang berkorelasi dengan meningkatnya atrofi pada korpus. Selama respon imun spesifik, berbagai sub-group sel T akan terpicu. Sel-sel ini berpartisipasi dalam proses proteksi mukosa dan membantu membedakan bakteri patogen dari yang komensal. Sel T-helper Th-0 yang imatur menampilkan CD4 yang dapat berdiferensiasi menjadi dua sub-tipe fungsional yaitu: sel Th1, yang mensekresi IL-2 dan interferon; dan sel Th2 yang mensekresi IL-4, IL-5 serta IL-10. Sel Th2 merangsang sel B dalam meresponi patogen ekstraseluler, sedangkan sel Th1 merangsang respon terhadap patogen intraseluler. Karena H.pylori bersifat non-invasi dan kuat merangsang respon humoral, maka yang diharapkan adalah respon sel Th2. Secara bertolak belakang, sel- T mukosa lambung H. pylori spesifik menunjukkan fenotipe Th1. Penelitian tikus targeting gen selanjutnya menunjukkan sitokin Th1 yang menimbulkan gastritis, sementara sitokin Th2 memproteksi peradangan lambung. Orientasi Th1 ini meningkatkan produksi IL-18 antral dalam meresponi infeksi H. pylori .1,4,7,8, Biasanya respons Th1 ini, bersamaan dengan apoptosis yang diperantarai Fas dari klon sel-T H.pylori spesifik, cendrung menyebabkan H pylori menetap. Sebagai tambahan terhadap kerusakan yang dihubungkan dengan translokasi protein yang Universitas Sumatera Utara diperantarai cag-PAI, infeksi H.pylori menghasilkan jejas epitel dengan berbagai mekanisme. Kerusakan sel epitel karena reaksi oksigen atau spesies nitrogen yang dihasilkan oleh aktifasi neutrofil. Peradangan kronik juga meningkatkan pergantian dan apoptosis sel epitel, yang merupakan campuran efek kontak yang diperantarai Fas langsung terhadap epitel dan sel Th1 serta IF- ɤ. Kadar tampilan Fas, NF-kB, dan MAP mitogenassociated protein kinase, sebaliknya dipengaruhi oleh IL-1b. Polimorfisme pro-inflammasi dari gen IL-1b cendrung berkembang dari gastritis terutama pada korpus lambung yang berkaitan dengan hipokhlorhidria, gastrik atrofi, dan adenokarsinoma lambung. Pada gastritis yang tidak ditemukan polimorfisme pro- inflamasi perkembangannya lebih cendrung di antrum yang dikaitkan dengan kadar sekresi asam normal hingga tinggi. 1,7,8 Morfologi. Pada umumnya infeksi H. pylori dijumpai pada jaringan biopsi lambung. Organisme ini berada pada mukosa permukaan sel epitel di daerah permukaan dan bagian leher dari ‘pit’. Penyebarannya tidak merata, daerah dengan kolonisasi yang banyak organism dapat berbatasan dengan daerah yang kolonisasinya sedikit. H. pylori terdapat pada epitel lambung, dan pada umumnya tidak dijumpai pada metaplasia intestinal lambung maupun epitel duodenum. Namun pada daerah metaplasia pilorik yang terjadi karena jejas yang kronik di duodenum maupun mukosa jenis lambung pada esofagus Barrett mungkin dapat ditemukan. Pada lambung, H. pylori sering terdapat pada antrum. Pada pemeriksaan endoskopi mukosa antral yang terinfeksi tampak eritema, permukaan kasar, kadang-kadang berupa nodular. Sebukan sel-sel radang neutrofil terdapat pada lamina propria, kadang-kadang dapat ditemukan intra-epitel gambar 2.7 dan terkumpul pada lumen ‘pit’ lambung menbentuk ‘abses pit’. Pada lamina propria superfisial terdapat sebukan berat atau kelompokan sel plasma, limfosit dan makrofag. Sel neutrofil intra- epitel dan sel plasma pada sub-epitel merupakan ciri khas pada gastritis Helicobacter pylori, Sebukan peradangan dapat membentuk penebalan pada lipatan rugae, yang menyerupai lesi awal sebukan. 3,4,5,7 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.7. Gastritis Helicobacter pylori. A. H. pylori berbentuk spiral dengan pewarnaan ‘Warthin-Starry silver’. Organism banyak dijumpai pada permukaan mukosa; B. Neutrofil banyak terdapat pada intra-epithelial dan lamina propria; dan C. Kelompokan limfoid dengan ‘germinal center’ dan sel plasma yang banyak dijumpai pada sub-epitel di lamina propria superfisial merupakan ciri khas gastritis H. pylori. 3 Gastritis Helicobacter pylori yang kronis dapat meluas hingga ke korpus dan fundus lambung, mukosa mengalami atrofi. Kelompokan limfoid kadang disertai ‘germinal center’ gambar 2.7.C, membentuk jaringan limfoid mukosa MALT Mucosa-associated lymphoid tissue, yang dapat berubah menjadi limfoma. 1,2,3,4,9 Universitas Sumatera Utara Pengidentifikasian Helicobacter pylori Helicobacter pylori dapat dikenali dengan pewarnaan hematoksilin-eosin rutin. Mikro-organisme ini berupa eosinofilik batang yang sedikit melengkung mirip dengan cairan mukus di lambung, dapat mengkontaminasi flora mulut dan membran sel epitel lambung Gambar 2.7.A dan 2.8. Selama pengobatan, organisme ini dapat berubah bentuk berupa huruf ‘U’, melingkar, bentuk batang yang ireguler maupun kokoid. 3,5,7,14 Gambar 2.8. H. pylori yang melekat pada epitel lambung, berupa batang kecil kehitaman panah, terdapat pada permukaan epitel dan di dalam lumen kelenjar. Pada bagian mukosa dijumpai sebukan sel-sel radang. 3,5,7 Secara histologi, bentuk kokoid yang solid, bulat, basofilik, berukuran 0,4- 1,2μm. Bentuk ini menyerupai bakteri non-patogen, spora jamur dan cryptosporidia. Namun densitas Helicobacter pylori ini rendah, sehingga untuk mendeteksinya dapat dibantu dengan pewarnaan spesial termasuk Giemsa, Warthin-Starry atau Steiner silver gambar 2.8., Alcian yellow-toluidine blue, Wright-Giemsa, Brown-Hopps, acridine orange, Diff-Quik stains, pewarnaan Genta dan imunohistokimia. Tidak ada kelebihan antara satu jenis pewarnaan dengan yang lainnya, namun diagnosa yang pasti dengan menggunakan pewarnaan imunohistokimia. 4,19,20 Teknik pemeriksaan PCR Polymerase chain reaction juga dapat dilakukan. Pada salah satu penelitian Universitas Sumatera Utara pemeriksaan PCR untuk mendeteksi Helicobacter pylori didapatkan sekitar 20 terdeteksi pada kasus dengan biopsi lambung yang negatif. 3,5,6,7,8

2.2.4. Metaplasia