Tabel 4.6. Hasil Uji T keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Skor
Lower Upper
Equal variances
assumed Equal
variances not assumed
.599 .443 1.273
49 .209
4.37130 3.43445 -2.53050 11.27309
1.311 48.773 .196
4.37130 3.33472 -2.33087 11.07346
Untuk menentukan nilai t yang dipakai, nilai F= 0,599 dibandingkan dengan 0,05. Jika F0,05 maka yang dipakai adalah Equal variances assumed
Wahyuno,2012:102. Dari hasil analysis data dengan uji T pada tabel 4.6, didapat bahwa signifikasi 2-tailed sebesar 0,209. Diketahui bahwa
signifikasi lebih besar dari 0,05, artinya tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
keterampilan proses guru IPA SMP dan guru IPA SMA. b.
Analisis keterampilan proses sains guru Biologi, Fisika dan Kimia SMA
Pelajaran IPA pada tingkat SMA terdiri dari biologi, fisika dan kimia. Penelitian ini melibatkan guru IPA SMA yang terdiri dari guru biologi, guru
fisika dan kimia. Instrumen yang sama dikerjakan oleh guru IPA SMA untuk melihat kemampuan dalam menguasai keterampilan proses sains. Hasil
analisis data kemampuan keterampilan proses guru IPA SMA setiap aspek dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7. Keterampilan proses sains guru IPA SMA Biologi, Fisika dan kimia setiap aspek.
No Aspek
̅̅̅̅̅̅̅̅̅ Biologi
Fisika Kimia
1 Mengidentifikasi variabel 34.17
33.33 31.48
2 Mendefinisikan variabel
secara operasional 33.33
27.78 37.04
3 Merumuskan hipotesis 44.44
40.74 53.09
4 Merancang eksperimen 40.00
40.74 70.37
5 Interpretasi data 41.67
33.95 46.29
Berdasarkan tabel 4.7, secara keseluruhan aspek keterampilan proses sains guru kimia lebih baik dari pada guru biologi dan guru fisika. Pada aspek
mengidentifikasi variabel, keterampilan proses sains guru biologi lebih baik dari pada keterampilan proses sains guru fisika dan dan guru kimia.
Sedangkan pada aspek mengidentifikasi variabel secara operasional, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen dan interpretasi data, guru
kimia lebih baik dari pada guru biologi dan guru fisika. Untuk melihat perbedaan kemampuan keterampilan proses sains guru
IPA Biologi, Fisika dan Kimia, maka dianalisis menggunakan uji Anova untuk kelompok independen. Menggunakan uji Anova karena tiga kelompok
guru IPA SMA yang diteliti dengan tes yang sama. Hasil uji Anova dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui
perbedaan rata-rata antara kelompok guru IPA adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Deskripsi data keterampilan proses sains guru IPA SMA
Berdasarkan tabel 4.8, keterampilan proses sains guru kimia lebih baik dari pada guru fisika dan guru biologi dengan rata-rata skor 43.51. Bila
diklasifikasikan menurut tingkat keterampilan porses pada tabel 3.3, keterampilan proses sains guru kimia tergolong kurang. Dari ketiga kelompok
guru tersebut, keterampilan proses sains yang paling rendah dimiliki oleh guru biologi dengan rata-rata skor 38.33. keterampilan proses sains guru biologi
tergolong sangat kurang.
Tabel 4.9. Hasil uji Anova tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA Biologi, Fisika dan kimia SMA di kabupaten Nias Barat.
Skor ANOVA
Sum of Squares df
Mean Square F
Sig.
Between Groups 139.208
2 69.604
.384 .685
Within Groups 4716.049
26 181.387
Total 4855.258
28 Skor
Descriptives
N Mean
Std. Deviation
Std. Error
95 Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower
Bound Upper
Bound Biologi
10 38.3333 12.61436 3.98901 29.3096
47.3571 19.44
61.11 Fisika
10 39.4444 8.15656
2.57933 33.6096
45.2793 30.56
58.33 Kimia
9 43.5185 18.32070 6.10690
29.4360 57.6011
8.33 63.89
Total 29 40.3257 13.16822 2.44528
35.3167 45.3346
8.33 63.89
Dari hasil analisis data dengan uji anova pada tabel 4.9, didapat bahwa signifikasi sebesar 0,062. Diketahui bahwa signifikasi lebih besar dari 0,05,
artinya tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses guru biologi, guru fisika
dan guru kimia di Sekolah Menengah Atas SMA di Kabupaten Nias Barat. c.
Analisis keterampilan proses sains guru sekolah menenangah berdasarkan masa kerja
Masa kerja atau lama mengajar akan berpengaruh pada kemampuan guru dalam mengajar. Semakin lama mengajar semakin banyak pengalaman
dalam mengajar, guru semakin menguasai pembelajaran dan karakter siswa. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan keterampilan proses sains antara
guru yang sudah lama mengajar dengan guru yang masih relatif baru, dianalisis dengan mengunakan uji T-Independen. Guru dibagi menjadi dua
kelompok yaitu guru yang lama mengajar ≤5 Tahun dan yang lama mengajarnya diatas 5 Tahun. Pembagian ini berdasarkan rata-rata lama
mengajar guru-guru IPA di kabupaten Nias Barat. Berikut adalah hasil analisis dengan uji t-independen.
Tabel 4.10. Keterampilan proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja.
Group Statistics
Masa Kerja N
Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Skor =5 Tahun 33 44.2764
13.46418 2.34381
5 Tahun 18 38.4250
8.64218 2.03698
Berdasarkan tabel 4.10, rata-rata skor keterampilan proses sains guru yang masa kerjanya di bawah 5 tahun =5 tahun lebih tinggi dari pada skor
keterampilan proses sains guru yang masa kerjanya diatas 5 tahun. Dari rata- rata skor nilai terdapat perbedaan penguasaan keterampilan proses antara guru
yang masa kerjanya dibawah 5 tahun dan guru yang masa kerjanya diatas 5 tahun. Hasil analisis uji t-independen tentang tingkat penguasaan keterampilan
proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Hasil uji T Independen tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA berdasarkan masa kerja.
Independent Samples Test
Levenes Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig.
t df
Sig. 2- tailed
Mean Difference
Std. Error Difference
95 Confidence Interval of the
Difference Lower
Upper Skor Equal
variances assumed
5.478 .023 1.662
49 .103
5.85136 3.51988 -1.22209 12.92482
Equal variances
not assumed 1.884 47.542
.066 5.85136
3.10528 -.39377 12.09650
Untuk menentukan nilai t yang dipakai, nilai F= 5,478 dibandingkan dengan 0,05. Jika F0,05 maka yang dipakai adalah Equal variances assumed
Wahyuno,2012:102. Dari hasil analisis data dengan uji T pada tabel 4.11, diperoleh bahwa signifikasi 2-tailed sebesar 0,103. Diketahui bahwa
signifikasi lebih besar dari 0,05, artinya tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
keterampilan proses guru IPA yang mengajar lama dengan guru yang relatif baru.
2. Analisis keterampilan proses sains guru IPA setiap aspek
Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains guru terdiri dari 5 aspek. Berdasarkan instrumen yang digunakan,
keterampilan proses guru IPA dianalisis menurut masing-masing aspek serta keseluruhan aspek keterampilan proses. Tabel 4.12 menunjukkan tingkat
keterampilan proses guru IPA sekolah menengah setiap aspek.
Tabel 4.12. Keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat setiap aspek.
No Aspek
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
1 Mengidentifikasi variabel
35.46 2
Mendefinisikan variabel secara operasional
35.95 3
Merumuskan hipotesis 45.75
4 Merancang eksperimen
47.04 5
Interpretasi data 54.25
Keterangan: ̅̅̅̅̅̅̅
: Skor rata-rata untuk setiap aspek Dilihat dari setiap aspeknya, terdapat satu aspek yang lebih tinggi
sebesar 54.25 tetapi masih tergolong kurang. Aspek tersebut yaitu interpretasi data.
a. Mengidentifikasi variabel
Dalam sebuah eksperimen, mengidentifikasi variabel salah satu bagian yang sangat penting. Dengan mengetahui variabel yang berpengaruh,
penyelidik dapat merumuskan hipotesis dan merancang eksperimen untuk menguji hipotesis. Berdasarkan hasil analisis bahwa kemampuan guru dalam
mengidentikasi variabel tergolong sangat kurang, dengan rata-rata skor sebesar 35.46 . Tabel 4.13 menunjukkan peta respon guru terhadap
persoalan dalam tes pada aspek “mengidentifikasi variabel”.
Tabel 4.13. Jawaban guru pada aspek mengidentifikasi variabel.
Aspek No
Item Jumlah guru yang menjawab
Total A
B C
D Kosong
Mengidentifikasi variabel
1 17.65
35.29 7.84
39.22
0.00 100.00
3 1.96
60.78
3.92 33.33
0.00 100.00
13 7.84
50.98 19.61 21.57 0.00
100.00 14
11.76 43.14 21.57 23.53
0.00 100.00
15 15.69
17.65
41.18 25.49
0.00 100.00
18 31.37
23.53 3.92
41.18
0.00 100.00
19
43.14 25.49 11.76 19.61
0.00 100.00
20 35.29 17.65 31.37 15.69
0.00 100.00
30 41.18 39.22 11.76
7.84 0.00
100.00 31
45.10 27.45 9.80
15.69 1.96
100.00 32
25.49
33.33 29.41
9.80 1.96
100.00
Aspek No
Item Jumlah guru yang menjawab
Total A
B C
D Kosong
36 39.22
7.84 3.92
47.06 1.96
100.00 Keterangan:
Arsir : Jawaban benar Berdasarkan tabel 4.13, item nomor 13, guru menjawab salah 50.98
dengan pilihan jawaban B. pertanyaan dalam item ini adalah “Martin bertanya-tanya apakah darat dan lautan menyerap panas yang sama dari
sinar matahari. Dia melakukan penyelidikan, dengan mengisi ember menggunakan tanah dan ember lain dengan ukuran yang sama dengan air.
Dia menempatkan ember tersebut ketempat yang terbuka sehingga setiap ember menerima jumlah sinar matahari yang sama. Suhu di setiap ember
diukur setiap jam 8:00-18:00. Mana yang merupakan variabel kontrol dalam penelitian Martin?
”. Jawaban yang benar dari pertanyaan ini adalah opsi D yakni “Jumlah waktu setiap ember berada di bawah sinar matahari”
yang dipilih oleh 21.57 guru. Banyak guru yang memilih opsi B yakni “Suhu air dan tanah
”. Sebenarnya dalam persoalan ini, suhu air dan tanah bukan merupakan variabel kontrol.
Berdasarkan tabel 4.13, item nomor 20, lebih banyak guru menjawab
salah. 35.29 guru memilih opsi yang salah dengan pilihan jawaban A.
persoalan dalam item ini yaitu menentukan variabel bebas. Pertanyaan dalam item ini yaitu “Ucok ingin mengetahui pengaruh suhu air terhadap jumlah
gula yang akan larut di dalam air tersebut. Dia menuangkan air ke dalam
empat botol yang identik, masing-masing 50 mL. Ia memvariasikan suhu air disetiap botol. satu yang suhunya 0
o
C, satu yang suhunya 50
o
C, satu yang suhunya 75
o
C, dan satu yang suhunya 95
o
C. Kemudian ia melarutkan gula sebanyak mungkin di setiap botol dengan mengaduknya. Mana yang
merupakan variabel bebas dalam penelitian Ucok?”. Persoalan ini 15.69 di jawab benar dengan pilihan jawaban D yakni “Suhu air”. Banyak guru
memilih opsi A yakni “Jumlah gula yang larut dalam setiap botol”. Sebe
narnya “Jumlah gula yang larut dalam setiap botol” sebagai akibat, atau merupakan variabel terikat. Yang dimaksud dengan variabel bebas adalah
variabel diatur sesuai dengan keinginan peneliti. Opsi A merupakan variabel bebas daam penelitian Ucok.
Item nomor 30 juga lebih banyak guru menjawab salah. Persoalan dalam item ini yaitu menentukan variabel control. 41.18 guru menjawab
salah dengan pilihan jawaban A. P ertanyaan dalam item ini adalah “Sebuah
penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah sampah daun yang ditanamkan ke tanah memberikan pengaruh terhadap buah tomat yang dihasilkan.
Tanaman tomat ditanam di empat bak besar. Setiap bak diisi jenis dan jumlah tanah yang sama. Satu bak diisi 15 kg sampah daun yang dicampur dengan
tanah. Bak kedua diisi dengan 10 kg, bak ketiga diisi 5 kg dan keempat tidak ditambahkan sampah daun. Semua bak diletakkan diluar rumah agar
mendapat sinar matahari dan dilakukan penyiraman yang sama. Kemudian, jumlah tomat yang dihasilkan di setiap bak dihitung. Mana yang merupakan
variabel kontrol dalam penelitian tersebut? ”. Sebanyak 11.76 guru
menjawab benar dengan pilihan jawaban C yakni “Jumlah tanah di dalam setiap bak
”. Guru banyak memilih opsi A yakni “Jumlah tomat yang diproduksi di setiap bak
”. Sebenarnya buah tomat dalam setiap bak tidak bisa dibuat tetap, tetapi yang bisa dipertahankan sama adalah banyaknya tanah di
dalam setiap bak. b.
Mendefinisikan variabel secara operasional Mendefinisikan variabel secara oprasional merupakan bagian
perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa yang akan dilakukan atau yang diamati. Setelah mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh pada
eksperimen, maka dirumuskan suatu definisi bagaimana suatu tindakan atau kejadian berlangsung. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa
kemampuan keterampilan proses sains guru pada aspek mendefinisikan variabel secara operasional masuk pada kategori sangat kurang dengan skor
rata-rata sebesar 35.95. Tabel 4.14 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan dalam tes pada aspek “mendefinisikan variabel secara oprasional”.
Tabel 4.14. Jawaban guru pada aspek mengidentifikasi variabel secara oprasional.
Aspek No
Item Jumlah guru yang menjawab
Total A
B C
D Kosong
Mendefinisikan variabel secara
operasional 2
23.53 21.57
5.88
45.10
3.92 100.00
7 23.53
52.94 23.53 0.00
0.00 100.00
22 17.65
39.22 7.84
35.29 0.00
100.00 23
43.14
3.92 25.49
27.45 0.00
100.00
Aspek No
Item Jumlah guru yang menjawab
Total A
B C
D Kosong
26 7.84
5.88 68.63 17.65
0.00 100.00
33 25.49
23.53 25.49
23.53 1.96
100.00 Keterangan:
Arsir : Jawaban benar Pada bagian aspek ini, item nomor 2, 7, 22, dan 33, lebih banyak guru
memilih opsi jawaban yang salah. Persoalan dalam item ini adalah menentukan bagaimana sebuah variabel ditentukandiukur pada penelitian.
pertanyaan pada item nomor 2 yaitu “Sebuah penelitian tentang efisiensi mobil telah dilakukan. Hipotesis yang diuji adalah penambahan zat aditif pada
bensin akan meningkatkan efisiensi mobil. Lima mobil yang identik masing- masing diisi bensin dengan jumlah yang sama tetapi jumlah zat aditifnya
berbeda. Mobil berjalan pada jalur yang sama sampai bahan bakar habis. Tim peneliti mencatat jarak yang ditempuh setiap mobil. Bagaimana efisiensi
mesin mobil diukur dalam penelitian ini? ”. 45.10 guru memilih jawaban
salah dengan pilihan jawaban D. sebenarnya jawaban yang tepat adalah opsi B yakni “Jarak tempuh masing-masing mobil” yang dipilih oleh 21.57 guru.
Lebih banyak yang memilih opsi D yakni “Jumlah zat aditif yang digunakan”. Efesiensi mobil belum bisa diukur kalau hanya mengetahui jumlah zat aditif
yang digunakan. Sebenarnya efesiensi mobil dalam penelitian ini dapat diketahui dari jarak tempuh setiap mobil yang menggunakan jumlah zat aditif
yang berbeda-beda.
c. Merumuskan hipotesis
Persoalan dalam aspek ini yaitu menentukan hipotesis. Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang akan di uji tentang
bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan proses sains guru pada aspek merumuskan hipotesis masuk pada
kategori kurang dengan rata-rata skor sebesar 45.75. Tabel 4.15 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan dalam tes pada aspek
“merumuskan hipotesis”.
Tabel 4.15. Jawaban guru pada aspek merumuskan hipotesis
Aspek No
Item Jumlah guru yang menjawab
Total A
B C
D Kosong
Merumuskan hipotesis
4 3.92
13.73 11.76
66.67
3.92 100.00
6 19.61
1.96
72.55
5.88 0.00
100.00 8
47.06 25.49 19.61 7.84
0.00 100.00
12 19.61
29.41 23.53 27.45 0.00
100.00 16
43.14 41.18
3.92 11.76
0.00 100.00
17 3.92
11.76
80.39
3.92 0.00
100.00 27
23.53 19.61
39.22 17.65
0.00 100.00
29 1.96
9.80 29.41
56.86
1.96 100.00
35 9.80
45.10 7.84
35.29 1.96
100.00 Keterangan:
Arsir : Jawaban benar
Item nomor 6, lebih banyak dijawab salah. 72.55 guru memilih jawaban salah dengan pilihan jawaban C. persoalan pada item ini yaitu
“Seorang Polisi memikirkan bagaimana mengurangi kecepatan mobil. Ia memikirkan beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kecepatan sebuah
mobil. Manakah dari hipotesis berikut yang bisa diuji tentang kecepatan seseorang dalam mengemudi?
”. Jawaban yang tepat dalam persoalan ini adalah opsi A yakni “Semakin muda pengemudinya, maka semakin cepat
dalam mengemudi”. Terdapat 19.61 guru memilih opsi jawaban yang benar. Kebanyakan guru memilih opsi C yakni “Semakin banyak polisi yang
berpatroli, maka semakin sedikit jumlah kecelakaan mobil ”. Persoalan
penelitian yaitu penyebab kecepatan dari mobil, sedangkan pada opsi jawaban C yakni pengaruh jumlah polisi yang berpatroli terhadap kecelakaan. Jawaban
yang paling tepat pada persoalan ini adalah opsi jawaban A. Item nomor 12, lebih banyak guru yang menjawab salah 29,41
dengan pilihan jawaban B. P ersoalan dalam item ini yakni “Martin bertanya-
tanya apakah darat dan lautan menyerap panas yang sama dari sinar matahari. Dia melakukan penyelidikan, dengan mengisi ember menggunakan
tanah dan ember lain dengan ukuran yang sama dengan air. Dia menempatkan ember tersebut ketempat yang terbuka sehingga setiap ember
menerima jumlah sinar matahari yang sama. Suhu di setiap ember diukur setiap jam 8:00-18:00. Manakah hipotesa yang diuji?
”. Jawaban yang tepat dalam persoalan ini adalah opsi C yakni “Bahan yang berbeda menyerap
panas matahari secara berbeda ”. Persoalan ini dijawab benar oleh 23.53
guru. Lebih banyak guru memilih opsi B yakni “Semakin lama tanah dan air di bawah sinar matahari, tanah dan air menjadi lebih hangat
”. Persoalan dalam penelitian Martin adalah apakah darat dan laut menyerap panas yang
sama dari matahari, sedangkan pada opsi B yakni peningkatan suhu air dan tanah karena mendapat panas dari matahari. Sehingga opsi jawaban B tidak
tepat untuk persoalan penelitian Martin. Hal yang sama terjadi pada item nomor 35, lebih banyak guru memilih
jawaban yang salah 45.10 dengan pilihan jawaban B. Pertanyaan dalam soal ini adalah “Ani memelihara ikan mas di dalam akuarium. Dia melihat bahwa
beberapa ikan sangat aktif. Ia ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi keaktifan ikan-ikan tersebut. Hipotesis apa yang dapat diuji untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan ikan-ikan tersebut? ”. Pilihan
ja waban yang tepat pada persoalan ini adalah opsi D yakni “Semakin banyak
cahaya masuk ke dalam akuarium, maka semakin aktif ikan-ikan tersebut “
yang dijawab benar oleh 35.29 guru. Lebih banyak guru memilih opsi jawaban yang salah yakni “Semakin aktif ikan, maka semakin banyak
makanan yang dibutuhkan ”. Persoalan penelitian Ani adalah dugaan yang
masuk akal tentang penyebab ikan aktif, sedangkan pada opsi B yakni sebagai akibat keaktifan ikan maka membutuhkan banyak makanan. Sehingga opsi B
dalam persoalan ini bukan pilihan yang tepat. d.
Merancang eksperimen Eksperimen dilakukan untuk menguji hipotesis atau dugaan melalui
penyelidikan. Kemampuan guru dalam menguasai keterampilan proses pada
aspek merancang eksperimen tergolong pada kategori kurang dengan skor rata-rata sebesar 47.04. Aspek keterampilan proses tentang merancang
eksperimen terdapat 3 item. Ketiga item ini, 2 item yang lebih banyak dijawab salah oleh guru. Tabel 4.16 menunjukkan peta respon guru terhadap persoalan
dalam tes pada aspek “merancang eksperimen”.
Tabel 4.16. Jawaban guru pada aspek merancang eksperimen.
Aspek No
Item Jumlah guru yang menjawab
Total A
B C
D Kosong
Merancang eksperimen
10 3.92
68.63 13.73 13.73
0.00 100.00
21 33.33
37.25 21.57 7.84
0.00 100.00
24 41.18 39.22
9.80 9.80
0.00 100.00
Keterangan: Arsir : Jawaban benar
Item nomor 21, lebih banyak guru 37.25 memilih jawaban yang salah dengan pilihan jawaban B. Persoalan dalam item ini adalah “Seorang
manajer rumah kaca ingin mempercepat produksi tanaman tomat untuk memenuhi tuntutan dari tukang kebun yang cemas. Dia menanam benih tomat
di beberapa pot. Hipotesisnya adalah semakin lembab tanah semakin cepat pertumbuhan. Bagaimana menguji hipotesisnya?
”. Jawaban yang tepat pada persoalan ini adalah opsi A yakni “Menghitung jumlah hari yang dibutuhkan
benih tumbuh untuk jumlah air berbeda setiap tanaman ”. Opsi jawaban B
yakni “Mengukur ketinggian tanaman tomat sehari setelah setiap penyiraman
”. Hipotesis dalam soal ini yaitu “semakin lembab tanah semakin
cepat pertumbuhan ”. Dari hipotesa dapat dilihat bahwa varibel bebasnya yaitu
kelembaban tanah sedangkan variabel terikatnya yaitu waktu tumbuh benih. Maka merancang eksperimen untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan benih
tumbuh berdasarkan kelembaban tanah sebagai tempat tumbuhnya benih. Hal yang sama juga terjadi pada item nomor 24, lebih banyak guru
41.18 memilih opsi jawaban yang salah dengan pilihan jawaban A. pertanyaan dalam item ini adalah “Andi meneliti pengaruh suhu terhadap
kecepatan aliran minyak. Hipotesisnya adalah semakin tinggi suhu pada minyak maka semakin cepat minyak tersebut akan mengalir
”. Jawaban yang tepat pada persoalan ini adalah opsi B yakni “Mengamati kecepatan tertentu di
mana minyak pada suhu yang berbeda mengalir di permukaan yang licin ”,
sebanyak 39,22 guru memilih opsi jawaban benar. Hipotesis pada soal ini adalah “semakin tinggi suhu pada minyak maka semakin cepat minyak
tersebut akan mengalir ”. Berdasarkan hipotesa, maka variabel bebas pada soal
ini adalah suhu minyak sedangkan variabel terikatnya adalah kecepatan minyak mengalir. Maka merancang eksperiemen utnuk menguji kecepatan
minyak mengalir berdasarkan suhu minyak. Sebanyak 41.18 guru memilih opsi jawaban salah yakni “Memanaskan minyak dengan suhu yang berbeda
dan menimbangnya setelah minyak mengalir keluar dari wadah ”. Pada
hipotesa tidak disebutkan untuk menimbang minyak yang mengalir. Maka opsi A pada soal ini tidak tepat.
e. Menginterpretasikan data
Kemampuan menginterpretasi adalah salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh guru. Aspek ini merupakan tahap menafsirkan data
berdasarkan hasil eksperimen atau penyelidikan. Interpretasi data dapat berupa pernyataan, tabel, dan grafik. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa
keterampilan proses guru pada aspek interpretasi data termasuk pada kategori kurang dengan skor rata-rata 54.25. Aspek keterampilan proses tentang
menginterpretasikan data terdapat 6 item. Secara keseluruhan item ini, banyak guru menjawab benar. Tabel 4.17 menunjukkan peta respon guru terhadap
persoalan dalam tes pada aspek “interpretasi data”.
Tabel 4.17. Jawaban guru pada aspek mengInterpretasikan data
Aspek No
Item Jumlah guru yang menjawab
Total A
B C
D Kosong
Interpretasi data
5 11.76
62.75
3.92 21.57
0.00 100.00
9 15.69
70.59
5.88 7.84
0.00 100.00
11 45.10 41.18
5.88 7.84
0.00 100.00
25 11.76
11.76 66.67
9.80 0.00
100.00 28
29.41 13.73
45.10 11.76 0.00
100.00 34
13.73 35.29
13.73 35.29
1.96 100.00
Keterangan: Arsir : Jawaban benar
Pada item nomor 34, jumlah guru yang memilih jawaban salah dengan pilihan B sama dengan jumlah guru yang menjawab benar sebanyak 35.29.
persoalan dalam item ini adalah “Dua puluh lima anak panah ditembakkan pada target dari beberapa jarak. Tabel di bawah menunjukkan jumlah
tembakan yang tepat sasaran dari 25 tembakan pada setiap jarak ada tabel
.” Pertanyaannya “Mana dari grafik berikut yang mewakili data diatas?
”. Jawaban yang tepat untuk soal ini adalah opsi D. Pada opsi B, data pada grafik dimulai pada angka 100. Sedangkan pada tabel, dimulai pada
angka 25. Sehingga opsi B tidak tepat sebagai jawaban soal ini.
D. Pembahasan
Keterampilan proses adalah keterampilan dasar yang dimiliki, dikuasai dan diterapkan dalam suatu kegiatan ilmiah. Keterampilan proses
sains berarti kemampuan untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mempelajari, atau mengembangkan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses
sains sangat penting di kuasai oleh siswa untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Guru juga harus menguasai
keterampilan proses sains agar dapat melatihkan keterampilan proses sains kepada siswa dengan baik.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara umum keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di Nias Barat sangat rendah dengan
rata-rata skor 42.21. Berdasarkan klasifikasi tingkat keterampilan proses sains, tingkat kemampuan keterampilan proses sains guru IPA di Kabupaten
Nais Barat tergolong sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru
IPA di Kabupaten Nias Barat baik guru SMP maupun guru SMA, secara keseluruhan belum menguasai ketermpilan proses sains. Dapat dikatakan
bahwa dalam menerapkan keterampilan proses dalam pembelajaran masih kurang. Kemampuan guru untuk melatihkan keterampilan proses belum cukup
baik. Salah satu kemungkinan faktor yang mempengaruhi penguasaan
keterampilan proses sains para guru IPA di kabupaten Nias Barat adalah latar belakang pendidikan guru. Guru-guru IPA dikabupaten Nias Barat tidak
semuanya berlatar belakang pendidikan IPA. Terdapat 13.27 guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat yang latar belakang pendidikannya
bukan pendidikan IPA lampiran 7. Sehingga dapat diduga bahwa yang menjadi faktor penyebab rendahnya penguasaan keterampilan proses sains
guru IPA adalah latar belakang pendidikan. Hasil analisis keterampilan proses sains setiap aspek disajikan pada
tabel 4.12. Pada tabel tersebut dapat dilihat aspek keterampilan proses yang lebih dikuasai dan kurang dikuasai oleh guru.
Berdasarkan hasil analisis keterampilan proses setiap aspek pada tabel 4.12, menunjukkan bahwa keterampilan proses sains guru IPA setiap aspek
tergolong kurang dan sangat kurang. Aspek mengidentifikasi variabel, mendefinisikan variabel secara operasional, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen tergolong sangat kurang, sedangkan aspek interpretasi data tergolong kurang. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru IPA dikabupaten
Nias Barat tidak menguasai keterampilan proses sains dengan baik.
Aspek keterampilan proses sains yang lebih dikuasai guru IPA Sekolah menengah dikabupaten Nias Barat adalah interpretasi data dengan rata-rata
skor sebesar 54.25. Dapat dikatakan penguasaan keterampilan proses sains pada aspek interpretasi data yang paling dikuasai oleh guru IPA Sekolah
menengah dikabupaten Nias Barat dibandingkan dengan aspek keterampilan proses sains lainnya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi
Lindawati 2014, Prabawati 2014 dan Sugiarto 2015, menunjukkan bahwa aspek interpretasi data yang paling dikuasai oleh guru. Kegiatan interpretasi
data, dapat dilakukan tanpa harus melakukan praktikum karena aspek ini bertujuan menafsirkan data dalam bentuk tabel atau grafik. Iterprestasi data
dapat dilakukan dari data yang terdapat didalam buku. Dapat diduga bahwa guru memiliki skor tertinggi pada aspek interpretasi data karena guru sudah
terbiasa melakukan kegiatan interpretasi data melalui data yang diperoleh pada buku.
Penguasaan keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat pada aspek mengidentifikasi variabel memiliki skor
terendah dibandingkan dengan aspek keterampilan proses sains lainnya. Skor keterampilan proses sains guru IPA pada aspek mengidentifikasi variabel
sebessar 35.46. Berdasarkan rata-rata skor, penguasaan keterampilan proses sains pada aspek mengidentifikasi variabel yang paling tidak dikuasai oleh
guru dibandingkan dengan aspek keterampilan proses sains lainnya. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Budi Lindawati 2014, Prabawati
2014 dan Sugiarto 2015, menunjukkan bahwa aspek mengidentifikasi
variabel yang paling tidak dikuasai oleh guru dibandingkan dengan aspek keterampilan proses sains lainnya. Rendahnya penguasaan keterampilan
proses sains pada aspek mengidentifikasi variabel dapat diduga terjadi karena guru-guru IPA tidak terbiasa dalam melakukan pengembangan pembelajaran
ilmiah. Pembelajaran dengan metode praktikum sangat membantu dalam
melatihkan keterampilan proses. Pada dasarnya pembelajaran metode praktikum dilakukan berdasarkan kerja ilmiah. Berdasarkan pengalaman
peneliti, pelaksanaan praktikum yang dilakukan disekolah hanya berpedoman pada petunjuk praktikum yang telah ada. Pengembangan pelaksanaan
praktikum jarang dilakukan. Kebanyakan hanya mengacu pada buku panduan yang telah disediakan pemerintah atau yang ditulis oleh orang lain. Kebiasaan
seperti ini akan berpengaruh pada penguasaan keterampilan proses. Salah satunya adalah dalam menentukan variabel. Belum tentu dengan mengikuti
langkah percobaan pada buku panduan, guru dapat mengetahui variabel- variabel pada percobaan tersebut.
Penelitian ini melibatkan guru IPA pada dua jenjang pendidikan yang berbeda pada tingkat sekolah menengah yaitu guru IPA SMP dan guru IPA
SMA. IPA pada tingkat SMA terdiri dari tiga bidang yaitu biologi, fisika dan kimia. Dalam penelitian ini juga melibatkan semua guru IPA SMA yaitu guru
biologi, guru fisika dan guru kimia. Analisis perbedaan keterampilan proses terhadap guru yang mengajar pada jenjang pendidikan yang berbeda, guru
yang mengajar mata pelajaran yang berbeda serta berdasarkan masa kerja
perlu dilakukan untuk melihat lebih detail penguasaan keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah dikabupaten Nias Barat.
Penerapan keterampilan proses sains pada pembelajaran setiap tingkatan pendidikan berbeda-benda. Semakin tinggi jenjang pendidikan
siswa, maka dalam penerapan keterampilan proses akan semakin mendalam. Dengan demikian dapat berpengaruh pada kemampuan guru sebagai yang
berperan dalam mengembangkan keterampilan proses siswa. Guru yang mengajar pada jenjang pendidikan yang yang lebih tinggi, memiliki
kemampuan penguasaan keterampilan proses sains yang lebih mendalam. Hal ini karena dalam kegiatan mengajar telah terbiasa dalam melatih keterampilan
proses sesuai dengan level pendidikan siswa yang diajar. Berdasarkan analisis mengunakan uji t-independen, menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA SMP dan guru IPA SMA di tempat
diadakan penelitian. Secara statistik kemampuan keterampilan proses guru IPA SMP dan guru IPA SMA sama saja. Dapat dikatakan bahwa, meskipun
guru mengajar pada level pendidikan yang berbeda tetapi kemampuan dalam penguasaan keterampilan proses sains sama. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa guru dalam level yang berbeda ini tidak melatihkan keterampilan proses kepada siswa atau melatihkan keterampilan proses dengan
level yang sama. Kemungkinan lain yang menyebabkan keterampilan proses sains guru tidak berbeda adalah pengembangan keterampilan proses siswa
tidak dilakukan, sehingga keterampilan proses guru tidak terlatih.
Hasil analisis uji anova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kemampuan keterampilan proses guru IPA SMA di
tempat penelitian. Hal tersebut berarti tidak terdapat perbedaan penguasaan keterampilan proses pada guru biologi, guru fisika dan guru kima SMA di
kabupaten Nias Barat. Pengalaman mengajar salah satu faktor yang dapat mendukung
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Guru yang berpengalaman akan lebih mudah dalam menangani masalah-masalah yang dialami siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Guru yang mempunyai masa kerja yang lama mempunyai banyak pengalaman dari pada guru yang masih relatif baru. Bisa dikatakan
bahwa guru yang masa kerjanya sudah lama, lebih professional dari pada guru yang baru bekerja. Guru senior menguasai permasalahan pembelajaran, baik
dalam segi materi pelajaran, metode pembelajaran maupun dalam menangani permasalahan siswa lainnya dalam pembelajaran.
Hasil analisis perbedaan penguasaan keterampilan proses antara guru yang telah mengajar lama dengan guru yang relatif baru, terlihat bahwa tidak
signifikan. Artinya bahwa tingkat pengusaan keterampilan proses sains guru senior dengan guru yang baru sama saja. Hal ini menandakan bahwa tidak ada
program pengembangan yang di ikuti oleh guru. Selama mengabdi menjadi guru di kabupaten Nias Barat tidak mendapat program pengembangan
kemampuan dalam keterampilan proses sains.
E. Implikasi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah. Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan bahwa secara umum keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat sangat kurang. Jika dilihat dari
setiap aspek keterampilan proses dapat dikatakan bahwa guru IPA di kabupaten Nias Barat masih belum menguasai setiap aspek keterampilan
proses. Secara keseluruhan keterampilan proses sains guru IPA di kabupaten
Nias Barat tergolong sangat kurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa para guru IPA masih belum mampu dalam menerapkan pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah seperti diharapkan dalam kurikulum 2013. Karena pembelajaran menurut kurikulum 2013 menerapkan pendekatan saintifik,
pendekatan ini diterapkan melalui keterampilan proses sains. Berdasarkan hasil penelitian ini, kemampuan keterampilan proses sains guru belum cukup
untuk mengembangkan dan membangun pengetahuan peserta didik sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
Melihat potensi guru dalam keterampilan proses yang masih belum memuaskan, maka untuk memenuhi tuntutan berlakunya kurikulum 2013 di
sekolah, perlu diadakan pelatihan bagi guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat. Dengan adanya pengembangan keterampilan proses
guru diharapkan dapat meningkatkan potensi guru sehingga penerapan kurikulum 2013 dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Dengan melihat hasil analisis data penelitian yang dilakukan, maka perlu ada usaha untuk meningkatkan penguasaan keterampilan proses sains.
Salah satu upaya yang dilakukan supaya guru menguasai keterampilan proses sains yaitu pelatihan keterampilan proses sains. Pelatihan dilakukan secara
rutin supaya guru secara menyeluruh menguasai keterampilan proses secara dengan baik. Guru perlu latihan dengan menerapkan pendekatan keterampilan
proses dalam pembelajaran. Sehingga menjadi terbiasa dan menguasai keterampilan proses sains dengan baik.
Perlu diperhatikan bahwa, guru-guru IPA didorong untuk menerapkan keterampilan proses dalam pembelajaran. Dengan keterampilan proses siswa
menjadi terbiasa belajar mandiri, kritis, memahami lebih dalam dan materi pelajaran tidak mudah dilupakan.
55
BABA V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kabuputen Nias Barat mengenai keterampilan proses sains guru IPA, dapat disimpulkan
bahwa: 1.
Tingkat penguasaaan ketrampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat tergolong sangat kurang dengan rata
– rata skor sebesar 42.21. Tidak ada perbedaan kemampuan penguasaan
keterampilan proses sains guru IPA sekolah menengah di kabupaten Nias Barat ditinjau dari level pendidikan tempat guru mengajar, mata pelajaran
yang diajarkan dan masa kerja guru. 2.
Keterampilan proses sains guru sekolah menengah di Kabupaten Nias Barat pada aspek merumuskan hipotesis, mendefinisikan variabel secara
operasional, mengidentifikasi variabel dan merancang eksperimen tergolong sangat kurang.
3. Aspek keterampilan proses sains yang lebih dikuasai oleh guru sekolah
menengah di kabupaten Nias Barat adalah aspek interpretasi data dengan rata-rata skor sebesar 54.25, namun masih tergolong kurang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan saran, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pendidikan, perlu mengadakan program pengembangan
keterampilan proses sains kepada guru-guru IPA, seperti pelatihan metode kerja ilmiah dan pengembangan pembelajaran praktikum.
2. Bagi guru, perlu mengembangkan kemampuan dalam bidang keterampilan
proses sains dengan mengikuti pelatihan dan pengembangan lainnya. Guru tidak hanya sekedar mengetahui tetapi mengaplikasikannya dalam
pembelajaran sehingga penguasaan keterampilan proses semakin baik. 3.
Bagi calon guru, perlu mempersiapkan diri untuk mengembangkan metode mengajar dengan pendekatan keterampilan proses.
4. Bagi peneliti selanjutnya
a. Sebaiknya menambahkan metode wawancara dan observasi guru
saaat mengajar untuk mengungkap tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru, sehingga dapat mengetahui alasan dan kesalahan
guru dalam menjawab persoalan serta mengetahui apakah guru mampu melakukan apa yang diketahuinya tentang keterampilan
proses sains. b.
Lebih memperhatikan proses alih bahasa soal dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia sehingga lebih mudah dipahami.
57
Daftar Pustaka
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alvabeta. Burns, J.C., Okey, J.R Wise K.C, 1985. Development of an Integrated Process
Skill Test: TIPS II. Journal of Research in Science Teaching. 22, 169-177. Carin, Arthur A dan Robert B. Sund. 1989. Teaching Modern Science.London:
Merril Publishing Company. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fadlillah, M. 2014. Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran SDMI, SMPMTs, dan SMAMA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Hosman, M. 2014. Pendekatan Sanitifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Lindawati, Budi. 2014 . “Keterampilan proses sains calon guru fisika di
Universitas Sanata Dharma”. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. Pemerintah Kabupaten Nias Barat. 2011. Profil Kabupaten Nias Barat. Dalam:
www.niasbaratkab.go.id. Diakses tanggal: 01 Desember 2015.