82
Gambar 1. Scatterplot harga diri dan religiusitas dengan perilaku seksual pranikah
Berdasarkan  uji  Glejser  untuk  menentukan  terjadi  tidaknya heterokesdastisitas diperoleh hasil :
Tabel 31. Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 13.810
9.857 1.401
.164 Harga Diri Responden
.523 .158
.340 3.300
.001 .000
Religiusitas Responden -.315
.086 -.379
-3.674 a. Dependent Variable: abs_res
83
Nilai t tabel dengan N = 114 dan t = 0.05 diperoleh nilai t tabel = 1,658.  Berdasarkan  uji  heterokesdastisitas  dengan  metode  Glejser
diperoleh nilai t hitung 3,300 dan -3,674 lebih besar dari t tabel 1,658 dan  nilai  signifikansi  lebih  kecil  dari  0,05,  sehingga  dapat  disimpulkan
data telah terjadi masalah heterokesdastisitas. 2.
Uji Hipotesis Pada  penelitian  ini,  uji  hipotesis  tidak  dilakukan  karena  hasil
menunjukkan  bahwa  data  tidak  linear.  Maka  dari  itu,  pengujian  analisis regresi  linier  berganda  tidak  dapat  dilakukan.  Sehingga  dapat  dikatakan
bahwa  tidak  ada  hubungan  antara  harga  diri  dan  religiusitas  terhadap perilaku  seksual  pranikah  pada  remaja.  dapat  diartikan  pula  hipotesis
dalam  penelitian  ini  ditolak.  Selain  itu  hasil  nilai  R  square  menunjukkan nilai  sebesar  0,094,  yang  artinya  sumbangan  efektif  kedua variabel  bebas
yaitu harga diri dan religiusitas terhadap variabel terikatnya yaitu perilaku seksual pranikah hanya sebesar 9,4. Sehingga kemungkinan besar 90,6
disumbangkan oleh faktor lain diluar kedua variabel tersebut.
Tabel 32. Nilai R Square
Model Summary
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
.306
a
.094 .078
13.076 a. Predictors: Constant, Religiusitas Responden, Harga Diri
Responden
84
D. Pembahasan
Hasil  penelitian  ini  menyimpulkan  bahwa  tidak  ada  hubungan antara  kedua  variabel  independen  dengan  variabel  dependen.  Maka  dapat
diartikan  bahwa  tidak  ada  hubungan  antara  harga  diri  dan  religiusitas terhadap  perilaku  seksual  pranikah  pada  remaja.  Selain  itu  hasil  nilai  R
square  menunjukkan  nilai  sebesar  0,094,  yang  artinya  sumbangan  efektif kedua  variabel  bebas  yaitu  harga  diri  dan  religiusitas  terhadap  variabel
terikatnya  yaitu  perilaku  seksual  pranikah  hanya  sebesar  9,4.  Sehingga kemungkinan  besar  90,6  disumbangkan  oleh  faktor  lain  diluar  kedua
variabel tersebut.
Tidak  ada  hubungan  antara  masing-masing  variabel  dapat disebabkan  beberapa  faktor  dari  dalam  diri  dan  luar  diri  subjek  yang
diteliti.  Berdasarkan  beberapa  penelitian  ada  beberapa  alasan  yang menyebabkan  tidak  ada  hubungan  antara  harga  diri  dan  religiusitas
terhadap  perilaku  seksual  pranikah  pada  remaja.  Pada  penelitian  yang dilakukan  oleh  Firminia,  dkk  2012  menunjukkan  tidak  ada  hubungan
antara religiusitas yang tinggi dengan perilaku seksual selama berpacaran. Hal  ini  mungkin  disebabkan  karena  faktor-faktor  lain  yang  membuat
perilaku seksual dikalangan remaja bersifat “biasa”. Dugaan ini didasarkan oleh  tersedianya  fasilitas  yang  tidak  terbatas,  tekanan  dari  teman  sebaya
yang  melakukan  perilaku  pacaran  yang  permisif  dan  kemudahan  akses media, seperti internet, yang membuat remaja mudah mendapatkan konten
pornografi tanpa kontrol orang tua. Berdasarkan penelitian yang dilakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
oleh Nugrahawati, dkk 2011 juga menunjukkan hasil bahwa pemaknaan religiusitas tidak menjamin untuk menghindarkan diri dari perilaku seksual
pranikah.  Perilaku  seksual  yang  tetap  muncul  dapat  disebabkan  dimensi ideologisnya  yang  rendah.  Artinya  pelaksanaan  perilaku  religiusitas  tidak
didasari pemahaman filosofis atau believe yang terkandung dalam kaidah- kaidah  agama.  Mereka  melakukan  perilaku  keberagamaan  bukan  atas
dasar  kepercayaan  yang  kuat  terhadap  agamanya,  melainkan  karena semata-mata mereka akan mendapat pahala atau dosa saja.
Penelitian yang
dilakukan oleh
Hidayat 2013
juga menunjukkan bahwa tidak terdapatnya pengaruh antara harga diri terhadap
perilaku  seksual  remaja  dalam  berpacaran.  Hal  ini  disebabkan  karena terjadi perbedaan pengaruh antara subjek laki-laki dan perempuan. Hal ini
sesuai  dengan  pendapat  Zimet  dalam  Hartono,  2004  bahwa  anak perempuan  yang  memiliki  harga  diri  tinggi  jarang  yang  menginginkan
melakukan  hubungan  seks,  tetapi  anak  laki-laki  yang  memiliki  harga  diri yang  tinggi  lebih  ingin  melakukan  hubungan  intim.  Terdapat  perbedaan
antara  pria  dan  wanita  dalam  menunjukkan  perilaku  seksual  pranikah. Kaum  pria  cenderung  lebih  independen  dan  interaktif  dalam  posisi
meminta  dan  menekan  memaksa.  Sedangkan  pihak  wanita  sendiri memberikan  reaksi  seks  dalam  posisi  terikat  dan  tak  mampu  menolak
tuntutan  seks.  Sehingga  tanpa  disadari  terjadi  eksploitasi  atau  pemaksaan terhadap  perilaku  seks  dimana  perilaku  seks  didasarkan  atas  paksaan
Syani, dalam Hidayat, 2013. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Pada  penenlitian  ini  diperoleh  hasil  untuk  nilai  rata-rata  harga diri  yang  diperoleh  berdasarkan  analisis  deskriptif  menunjukkan  bahwa
subjek laki-laki memiliki harga diri lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu  sebesar  62,63  dan  61,84.  Harga  diri  mengalami  kemunduran  pada
usia  awal  remaja,  lebih  khususnya  bagi  wanita  yang  dilaporkan  secara signifikan  mengalami  tingkat  harga  diri  yang  paling  rendah,  sementara
memiliki  tingkat  lebih  tinggi  pada  perasaan  tertekan  Kearney-Cooke, dalam  Guindon,  2010.  Pada  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Hadjam
2000 ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri  dengan  perilaku  seksual  remaja  yang  sedang  berpacaran,  tetapi  ada
hubungan  negatif  antara  harga  diri  dan  perilaku  seksual  pada  subjek perempuan.    Bagi  remaja  perempuan  semakin  tinggi  harga  diri  yang
dimiliki  maka  semakin  rendah  tahapan  perilaku  seksual  dan  sebaliknya. Sedangkan  pada  subjek  laki-laki,  harga  diri  bukan  merupakan  suatu
patokan  pengontrol  perilaku  seksual.  Hal  ini  disebabkan  karena  adanya standar ganda dalam masyarakat yang memberikan keleluasaan yang lebih
besar  pada  laki-laki  daripada  perempuan.  Hal  ini  membuat  laki-laki merasa  lebih  bebas  untuk  bereksplorasi  dalam  berbagai  macam  bentuk
perilaku  seksual.  Risiko  kehamilan  yang  tidak  dialami  oleh  laki-laki semakin  memperkuat  kesempatan  ini.  Apalagi  orientasi  laki-laki
berpacaran  lebih  kearah  aktivitas  seksual  daripada  menggunakan  afeksi, membuat  laki-laki  dapat  cepat  beraktifitas  seksual  tanpa  melibatkan
perasaan  terlebih  dahulu  Abbot  dalam  Hadjam,  2000.  Sedangkan  bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
subjek perempuan, harga diri tetap mempunyai peranan yang besar dalam berperilaku  seksual.  Hal  ini  disebabkan  adanya  standar  ganda  yang
menuntut  perempuan  untuk  lebih  menjaga  dan  membatasi  tingkah  laku termasuk  perilaku  seksual.  Remaja  perempuan  juga  dituntut  untuk
bersikap  pasif  khususnya  dalam  interaksi  seksual.  Kecaman  sosial terhadap  pelanggaran  norma  sosial  dan  agama  yang  didapat  oleh  remaja
perempuan  lebih  besar  daripada  laki-laki.  Penilaian  sosial  yang  negatif akan  di  dapat  seorang  remaja  perempuan  jika  berinisiatif  lebih  dahulu
dalam  interaksi  seksual.  Kenyataan  inilah  yang  membuat  seorang  remaja perempuan berusaha untuk menjaga citra atau ‘nama baik’. Harga diri bagi
seorang  perempuan  menjadi  sesuatu  yang  penting  dan  dipertaruhkan, sehingga  remaja  perempuan  berusaha  untuk  mengontrol  perilaku
seksualnya.  Remaja  perempuan  tidak  ingin  dianggap  ‘murahan’  atau ‘gampangan’. Usaha menjaga ‘gengsi’ dan menghindari perasaan bersalah
membuat  remaja  perempuan  membutuhkan  kontrol  diri  yang  lebih  besar daripada laki-laki.
Pada  penelitian  ini  menyimpulkan  berdasarkan  hasil  analisis statistik  deskriptif  menunjukkan  bahwa  perilaku  seksual  pranikah  pada
laki-laki  M=43,18  cenderung  lebih  tinggi  daripada  perempuan M=34,83.
Dari  permasalahan  yang  ada  di  bab  1  penelitian  ini,  ditemukan bahwa    fenomena  yang  peneliti  temukan  di  lingkungan  yang  menjadi
tempat  penelitian  adalah  banyak  remaja  khususnya  remaja  SMA  telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
melakukan perilaku seks pranikah selama berpacaran. Baik yang ‘masih’ dalam  tahap  perilaku  maupun  yang  telah  melakukan  seks  pranikah.
Remaja  yang  melakukan  perilaku  seks  pranikah  berdasarkan  wawancara yang  dilakukan  kepada  beberapa  remaja  mengatakan  bahwa  mereka
melakukan  perilaku  seks  pranikah  dikarenakan  ikut-ikutan  teman  dan merupakan  gaya  pacaran  remaja  jaman  sekarang.  Selain  itu  mereka  juga
mengaku taat dalam beribadah seperti rajin pergi ke gereja dan mengikuti kegiatan  keagaamaan  lainnya.  Dalam  hal  sekolah,  mereka  juga  mengaku
tahu tentang akibat seks diluar nikah, mereka mendapat pengetahuan dari sekolah  serta  dari  internet.  Dalam  hal  hubungan  keluarga,  mereka  juga
mengatakan  bahwa  mereka  tidak  pernah  kekurangan  kasih  sayang  dari orang  tua  mereka  dan  mereka  juga  mendapatkan  pengetahuan  tentang
agama  dari  orang  tua  mereka.  Hal  ini  sesuai  dengan  ditolaknya  hipotesis penelitian dalam penelitian ini dikarenakan tidak ada hubungan yang linear
diantara  ketiga  variabel  dalam  penelitian.  Sebagaimana  telah  dipaparkan diatas    penyebab  tidak  ada  hubungan  diantara  ketiga  variabel  tersebut,
peneliti  juga  ingin  membahas  perbedaan  subjek  yang  sangat  berbeda  dari hasil penelitian pada umumnya.
Subjek yang terdiri dari remaja SMASMK di Kalimantan Tengah ini  khususnya  di  Kabupaten  Barito  timur,  berdasarkan  hasil  wawancara
yang  dilakukan  oleh  peneliti  mengatakan  bahwa  remaja  yang  melakukan seks  pranikah  maupun  yang  melakukan  perilaku  seksual  pranikah  selama
berpacaran  memiliki  hubungan  dengan  orang  tua  yang  baik,  mendapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
pengetahuan  tentang  seks  baik  dari  orang  tua,  internet,  maupun  dari sekolah,  serta  melakukan  kegiatan  keagamaan  dengan  rutin  dan  baik.
Selain itu, remaja melakukan perilaku seksual pranikah dikarenakan ikut- ikutan teman dan sudah menjadi hal yang biasa dalam berpacaran. Hal ini
bisa  disebabkan  oleh  beberapa  faktor  seperti  perkembangan  teknologi yang tidak di ketahui oleh orang tuanya, minimnya pengawasan orang tua
serta  pendidikan  orang  tua  membuat  informasi  tentang  seks  tidak disampaikan  juga  didukung  oleh  taraf  hidup  atau  ekonomi  keluarga  yang
rendah  membuat  orang  tua  di  sibukkan  dengan  pemenuhan  kebutuhan ekonomi  keluarga  sehingga  perhatian  terhadap  perkembangan  anak  -
anaknya  berkurang.  Selain  itu,  remaja  terbujuk  oleh  rayuan  sang  pacar, karena  mereka  memiliki  kontrol  diri  dan  iman  yang  kurang  sehingga
mereka melakukan seks pranikah Krisnawati, 2009. Pada penelitian yang dilakukan  oleh  Krisnawati  2009  juga  menunjukkan  bahwa  pada
responden  dengan  pendidikan  yang  cukup,  kebanyakan  mereka memperhatikan  pelajaran  tentang  seksualitas  di  sekolah  dan  mampu
menyerap  materi  tetapi  kurang  memahami  materi  tersebut  dan  sebagian dari  mereka  ada  yang  menyalahgunakan  materi  yang  mereka  dapat  di
sekolah,  sehingga  mereka  melakukan  penyimpangan  seks  pranikah.  Pada responden  dengan  pendidikan  yang  baik  mereka  mampu  menyerap
pelajaran  tentang  seksualitas  di  sekolah  dengan  baik,  namun  mereka menyalahgunakan materi yang telah didapat di sekolah sehingga sebagian
dari  mereka  masih  ada  yang  melakukan  penyimpangan  seks  pranikah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI