Karakteristik Perkembangan Remaja REMAJA

30 abstrak dari apa yang dilihat dan didengarnya. Maka pendidikan agama tidak akan diterima begitu saja tanpa memahaminya. Disini remaja akan merasa butuh dengan ajaran dan ketentuan agama untuk mengembalikan jiwanya kepada ketenangan dan kestabilan. 2. Masa Remaja Akhir 17 – 21 Tahun Pada masa ini remaja telah memasuki suatu tahap yang dalam istilah agama disebut sebagai baligh-berakal, maka remaja merasa bahwa dirinya telah dewasa dan dapat berpikir logis. Remaja sedang berusaha mencapai peningkatan dan kesempurnaan pribadinya, maka mereka juga ingin mengembangkan agama pada tahap ini. Sementara menurut Hurlock 1980, selama masa remaja terjadi perubahan dalam minat religius secara lebih radikal daripada perubahan dalam minat akan pekerjaan. Pola perubahan minat tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Periode Kesadaran Religius Pada saat remaja mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dari suatu kelompok keagamaan yang dianut orang tuanya, minat religiusnya meninggi. Sebagai akibat dari meningkatnya minat ini, ia mungkin menjadi bersemangat mengenai agama sampai- sampai ia mempunyai keinginan untuk menyerahkan kehidupannya untuk agama dan malah meragukan keyakinan yang diterimanya selama masa kanak-kanak. Pada periode ini juga remaja seringkali membandingkan keyakinannya dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 keyakinan teman-temannya atau menganalisis keyakinannya secara kritis sesuai dengan meningkatnya pengetahuan remaja. b. Periode Keraguan Religius Berdasarkan penelitian secara kritis terhadap keyakinan masa kanak-kanak, remaja sering bersikap skpetis pada berbagai bentuk perilaku keberagamaan, seperti berdoa atau ibadah lainnya, kemudian mulai meragukan isi religius, seperti ajaran mengenai sifat Tuhan dan kehidupan sesudah mati. Bagi sebagian remaja keraguan ini dapat membuat mereka kurang taat pada agama, namun pada sebagian lainnya berusaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kritis yang muncul. c. Periode Rekontruksi Agama Lambat laun remaja membutuhkan keyakinan beragama secara lebih matang, meskipun ternyata keyakinan pada masa kanak-kanak tidak lagi memuaskan. Jika hal ini terjadi maka remaja mulai memperkokoh keyakinan pada agama nya atau bahkan sebaliknya mencari keyakinan baru yang dapat menjawab sikap skeptik yang sedang terjadi. 32

D. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis Sarwono, 2008 dan pranikah berarti sebelum menikah. Menurut Muat’din dalah Rachmah, 2004, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Soetjiningsih 2008 juga mengungkapkan bahwa perilaku seksual pranikah remaja adalah segala tingkah laku seksual yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, yang dilakukan oleh remaja sebelum mereka menikah. Menurut Adikusuma dalam Mertia, dkk, 2008, perilaku seks bebas adalah hubungan seksual antara dua individu tanpa ikatan perkawinan. Jadi perilaku seksual pranikah adalah segala bentuk tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan sebelum menikah .

2. Bentuk dan Tahapan Perilaku Seksual Pranikah

Menurut Purnawan dalam Mertia dkk, 2008 aspek perilaku seksual bebas secara rinci dapat berupa : a. Berfantasi seksual, merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI