20
mengikat  seseorang  atau  kelompok  orang  yang  dalam  hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya.
Erika  2012  religiusitas  adalah  suatu  sistem  nilai  keberagamaan yang  menggambarkan  kesatuan  pandangan  antara  kebenaran  dan
keyakinan  agama,  penghayatan  dan  pemahaman  terhadap  ajaran  agama yang terpantul ke dalam sikap dan perilaku seseorang.
Religiusitas  didefinisikan  sebagai  manifestasi  seberapa  jauh individu  penganut  agama  meyakini  memahami,  menghayati,  dan
mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari dalam semua aspek Djamaludin, 1995.
Jadi,  berdasarkan  beberapa  teori  dari  para  ahli  diatas  tentang religiusitas,  dapat  disimpulkan  bahwa  religiusitas  merupakan  suatu
sistem  nilai  keberagamaan  atau  sikap  batin  pribadi  yang  dianut  oleh individu  maupun  kelompok  yang  didalam  nya  memuat  aturan  dan
kewajiban  serta  dibutuhkan  pemahaman  dan  pengamalan  dalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktor
– faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Menurut  Partini,  S  dalam  Ramayulis,  2004  pembentukan  dan perubahan sikap keberagamaan dipengaruhi oleh dua faktor :
a. Faktor  internal  yaitu  berupa  kemampuan  menyeleksi  dan
mengolah  atau  menganalisis  pengaruh  yang  dating  dari  luar, termasuk disini minat dan perhatian.
21
b. Faktor  eksternal  yaitu  berupa  faktor  dari  luar  diri  individu  yaitu
pengaruh lingkungan yang diterima.
3. Dimensi Religiusitas
Glock  dan  Stark  dalam  Ancok  dan  Nashori,  1995  menyatakan bahwa  ada  lima  dimensi  keberagamaan  yaitu  keyakinan  ideologis,
penghayatan  atau  pengalaman  eksperensial,  peribadatan  atau  praktek beragama ritualistik, pengetahuan agama intelektual, dan pengamalan
konsekuensi. a.
Dimensi Keyakinan Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang
religious  berpegang  teguh  pada  pandangan  teologis  tertentu  dan mengakui  kebenaran  doktrin-doktrin  tersebut.  Setiap  agama
mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan  akan  taat.  Walaupun  demikian,  isi dan  ruang lingkup
keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama tetapi seringkali  juga  diantara  tradisi-tradisi  dalam  agama  yang  sama.
Dimensi  ini  menunjukkan  bagian  religiusitas  yang  berkaitan dengan apa yang harus dipercayai.
b. Dimensi Praktek Beragama
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal- hal  yang  dilakukan  orang-orang  untuk  menunjukkan  komitmen
terhadap  agama  yang  dianutnya.  Praktek-praktek  keagamaan  ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
terdiri  dari  dua  kelas  penting  yaitu  ritual  dan  ketaatan.  Ritual mengacu  kepada  seperangkat  ritus,  tindakan  keagamaan  formal
dan  praktek-praktek  suci  yang  semua  mengharapkan  para pemeluk  melaksanakan.  Kedua,  ketaatan.  Apabila  aspek  ritual
dari komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal  juga  mempunyai  perangkat  tindakan  persembahan  dari
kontemplasi  personal  yang  relatif  spontan,  informal,  dan  khas pribadi.  Dimensi  ini  menunjukkan  perilaku  yang  diharapkan
seseorang yang menyatakan kepercayaannya pada agama tertentu. Perilaku  disini  bukanlah  perilaku  umum  yang  dipengaruhi
keimanan  seseorang,  melainkan  mengacu  pada  perilaku  khusus yang ditetapkan oleh agama seperti tata cara ibadah.
c. Dimensi Pengalaman
Dimensi  ini  berkaitan  dengan  perasaan  keagamaan  yang dialami  oleh  penganut  agama.  Psikologi  menamainya  religious
experience.  Pengalaman  agama  ini  bisa  saja  terjadi  sangat moderat.  Kebanyakan  agama  timur  seperti  Hindu  dan  Buddha
menekankan  dimensi  ini.  Selanjutnya  ia  mengalami  ketenangan batin dan menemukan makna hidup.
d. Dimensi Pengetahuan Agama
Dimensi  ini  memperhatikan  informasi  yang  dimiliki seseorang tentang kepercayaannya sebagai perbandingan terhadap
keimanan  yang  dimilikinya.  Religious  knowledge  ini  termasuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
sikap  seseorang  dalam  menerima  atau  menilai  ajaran  agamanya berkaitan  erat  dengan  pengetahuan  agama  yang  dimilikinya,
terbuka  atau  tertutupnya  seseorang  terhadap  hal-hal  yang berlawanan dengan keyakinannya.
e. Dimensi Konsekuensi atau Pengamalan
Dimensi  konsekuensi  menunjukkan  akibat  ajaran  agama dalam  perilaku  umum,  yang  secara  tidak  langsung  maupun
khusus  ditetapkan  agama  seperti  dalam  dimensi  praktek beragama. Inilah efek ajaran agama pada perilaku individu dalam
kehidupannya  sehari-hari  baik  dalam  kehidupan  pribadi  maupun kehidupan sosial.
C. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Menurut Hurlock dalam Rachmah, 2004 remaja berasal dari kata latin  adolensence  yang  berarti  tumbuh  atau  tumbuh  menjadi  dewasa.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada masa ini sebenarnya
tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Menurut  Santrock  2003,  remaja  adolescence  adalah  masa perkembangan  transisi  antara  anak  dan  masa  dewasa  yang  mencakup
perubahan  biologis,  kognitif  dan  sosial-emosional.  Di  Amerika  dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kebanyakan budaya lain sekarang ini, masa remaja dimulai kira-kira usia 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun.
Menurut  Erickson  dalam  Yusuf,  2004,  remaja  merupakan  masa berkembangnya  identitas.  Identitas  merupakan  vocal  point  dari
pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas ini.
Menurut  Salzman  dalam  Yusuf,  2004,  remaja  merupakan  masa perkembangan sikap tergantung dependence terhadap orang tua ke arah
kemandirian  independence,  minat-minat  seksual,  perenungan  diri,  dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika isu-isu moral.
Berdasarkan  beberapa  pengertian  di  atas,  bisa  disimpulkan  bahwa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
dimana  terjadi  perubahan  pada  setiap  aspek  dalam  diri  individu  menuju ke arah kematangan.
2. Batasan Usia Remaja
Masa remaja juga bisa dilihat dari batasan usia. Individu dikatakan
berada dalam usia remaja apabila:
a. Menurut  Undang-Undang  no.  4  tahun  1979  mengenai
kesejahteraan  anak,  remaja  adalah  individu  yang  belum  mencapai
21 tahun dan belum menikah.