37
merupakan pandangan remaja terhadap objek yang dilihat, serta bentuk dari evaluasi perasaan dan kecendrungan mengambil tindakan Sarwono,
2011. Pandangan bahwa seks adalah tabu membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksinya dengan orang lain. Yang
lebih memprihatinkan, mereka justru merasa paling tidak nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri.
Kurangnya informasi tentang seks membuat remaja berusaha mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Informasi yang salah tentang
seks dapat mengakibatkan pengetahuan dan persepsi seseorang mengenai seluk-beluk seks itu sendiri menjadi salah. Hal ini menjadi salah satu
indikator meningkatnya perilaku seks bebas di kalangan remaja saat ini. Pengetahuan
yang setengah-setengah
justru lebih
berbahaya dibandingkan tidak tahu sama sekali, kendati dalam hal ini ketidaktahuan
bukan berarti tidak berbahaya Selamiharja Yudana, 1997.
E. Dinamika Hubungan antara Harga Diri dan Religiusitas Terhadap
Perilaku Seks Pranikah Remaja.
Harga diri pada anak-anak mulai terbentuk pada tahun pertama kehidupan dan terbentuk melalui pengalaman-pengalaman dan reaksi yang
muncul atas pengalaman tersebut. Harga diri pada masa remaja cenderung negatif karena adanya proses perubahan yang terjadi pada masa pubertas
seperti perubahan fisik yang diikuti dengan perubahan sosial dan psikologis akan membawa perilaku remaja dalam menilai diri sendiri dan
38
mensejajarkan ‘siapa saya’ dengan ‘bagaimana orang lain melihat saya’ Masters dan Johnson, 1992. Menurut Harter dalam Guindon, 2010,
remaja mendasarkan harga diri mereka pada opini dan reaksi dari teman sebaya. Saat anak-anak mereka memiliki hubungan pertemanan dengan
sesama jenis, namun pada saat hubungan pertemanan remaja berkembang dengan lawan jenis, bahkan dengan kelompok gender yang beragam. Maka
perbandingan dalam sosial meningkat terjadi penilaian oleh teman sebaya yang dapat berpengaruh pada harga diri secara umum.
Perilaku seks pranikah adalah salah satu perilaku berisiko pada remaja. Menurut Green dan Kreuter 2005, ada tiga faktor yang
menyebabkan atau mempengaruhi perilaku berisiko pada remaja. Pertama adalah faktor predisposing atau faktor yang melekat atau memotivasi. Faktor
ini berasal dari dalam diri seorang remaja yang menjadi alasan atau motivasi untuk melakukan suatu perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah
pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap, kepercayaan, kapasitas, umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Kedua adalah faktor enabling atau faktor
pemungkin. Faktor ini memungkinkan atau mendorong suatu perilaku dapat terlaksana. Faktor ini meliputi ketersediaan dan keterjangkauan
sumber daya kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakatpemerintah terhadap kesehatan, keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan, tempat
tinggal, status ekonomi, dan akses terhadap media informasi. Faktor ketiga adalah faktor reinforcing atau faktor penguat yaitu faktor yang dapat
memperkuat perilaku. Faktor ini ditentukan oleh pihak ketiga atau orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
yang meliputi keluarga, teman sebaya, guru, petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan pengambil keputusan.Soetjiningsih 2006 menjelaskan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja paling tinggi adalah hubungan orangtua - remaja, tekanan negatif teman
sebaya yang didalamnya tersirat harga diri, pemahaman tingkat agama religiusitas, dan eksposur media pornografi memiliki pengaruh yang
signifikan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.
Pada remaja, harga diri tinggi atau rendah di pengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor fisik terutama pada remaja wanita, bagaimana
perasaan mereka terhadap penampilanfisik. Faktor fisik merupakan prediktor utama yang menentukan harga diri pada remaja, diikuti dengan
harga diri mengenai hubungan remaja dengan teman sebayanya Harter dalam Steinberg, 2002. Remaja wanita memiliki kecenderungan untuk
fokus pada penampilan fisik, dating, dan penerimaan oleh teman sebaya dibandingkan dengan remaja putra. Faktor tinggirendahnya harga diri pada
remaja juga dipengaruhi oleh kelas sosial seperti pekerjaan orang tua, pendidikan serta pendapatan orang tua. Remaja yang harga dirinya rendah
cenderung mudah dipengaruhi tekanan negatif teman-teman sebayanya. Remaja yang mendapatkan harga dirinya melalui penerimaan oleh teman
sebayanya dibandingkan dari orang tua atau guru, memperlihatkan masalah perilaku dan kurang nya prestasi di sekolah Dubois, dkk dalam Steinberg,
2002. Menariknya, meskipun remaja yang terpengaruh tekanan teman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI