Pengalaman Mengenai TB Pengetahuan

b. Pengalaman Mengenai TB

Pengalaman dapat diartikan sebagai sekumpulan hal yang pernah dialami atau dirasakan pada diri seseorang. Pengalaman mengenai TB dapat diperoleh seseorang dari dirinya sendiri maupun hasil interaksi dengan lingkungan sekitar. Pengalaman mengenai TB yang berasal dari diri sendiri yaitu dapat berupa riwayat pernah menderita TB, sedangkan pengalaman yang merupakan hasil interaksi dengan lingkungan sekitar dapat berupa pengalaman kontak dengan anggota keluarga yang pernah menderita TB. Pengalaman mengenai TB yang didapat seseorang dari dirinya sendiri maupun lingkungan akan memengaruhi proses pembentukan pengetahuan pada diri seseorang. Beberapa penelitian di bidang pencegahan dan pengendalian TB yang ada hanya terbatas mempelajari tentang pengalaman atau riwayat kontak dengan anggota keluarga terhadap kejadian TB Paru. Penelitian yang dilakukan oleh Anugrah 2012 mendapatkan bahwa riwayat kontak dengan anggota keluarga meningkatkan peluang untuk terkena TB 1,7 kali dan hubungan tersebut bermakna secara statistik p=0,01. Penelitian yang khusus mempelajari hubungan antara pengalaman mengenai TB, baik berupa pengalaman pernah menderita TB atau pengalaman anggota keluarga pernah menderita TB dengan keputusan melakukan skrining TB masih belum ada. Namun diduga pengalaman mengenai TB yang dimiliki seseorang merupakan bentuk keterpaparan informasi sehingga akan memengaruhi sikap dan pengetahuan mengenai TB. Hal tersebut tentu merupakan faktor predisposisi yang akan memengaruhi pengambilan perilaku kesehatan, salah satunya yaitu keputusan untuk bersedia melakukan skrining TB Paru.

c. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan objek. Pengetahuan merupakan faktor penting yang memengaruhi prilaku seseorang karena perilaku terbentuk didahului oleh pengetahuan dan sikap yang positif Notoatmodjo, 2010b. Pengetahuan mengenai TB dan TB-DM dapat diperoleh melalui penglihatan seperti melihat dan membaca informasi dari media massa atau media elektronik. Selain itu, bisa juga didapat melalui mendengarkan informasi dari penyuluhan atau konseling yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Pengetahuan mengenai TB dan TB-DM dibentuk dari terpaparnya informasi mengenai TB dan TB-DM. Berbeda dengan keterpaparan informasi yang hanya dinilai apakah pasien DM mendapat informasi yang cukup, pengetahuan dinilai dengan menggunakan pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan pasien DM yang meliputi penyebab, gejala, cara penularan, pengobatan, pencegahan TB, serta mengenai TB-DM. Pasien DM yang memiliki pengetahuan yang cukup diharapkan bersedia untuk melakukan prosedur skrining TB Paru. Penelitian tentang pengetahuan TB sudah cukup banyak dilakukan, tetapi yang khusus mempelajari pengetahuan TB dan TB-DM pada pasien DM masih belum ada. Penelitian yang dapat digunakan sebagai bahan rujukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Erawatyningsih et al. 2009 mengenai faktor yang memengaruhi kepatuhan berobat pada penderita TB Paru. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa proporsi pengetahuan tinggi pada yang patuh yaitu sebesar 71, sedangkan proporsi pengetahuan tinggi pada yang tidak patuh hanya sebesar 19. Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan berobat p=0,0002. Penelitian yang serupa terkait hubungan pengetahuan dengan tindakan melakukan skrining dilakukan oleh Kedebe et al. 2014 yaitu mengenai penerimaan tes HIV pada pasien TB di wilayah Ethiopia Barat. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa mereka yang berpengetahuan baik mengenai penyakit dan prosedur test meningkatkan odd untuk mengikuti tes HIV sebesar 8,09 kali dibandingkan pada mereka yang berpengetahuan buruk dan hubungan tersebut bermakna secara statistik p=0,017.

d. Sikap