karena mudah dimengerti. Selain itu teori ini dapat menjelaskan pengaruh faktor- faktor di luar individu yang dapat mempengaruhi keputusan individu untuk
berperilaku. Teori Lawrence Green membagi faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan masyarakat menjadi 3 faktor utama, faktor predisposisi predisposing
factor, faktor pemungkin enabling factor dan faktor penguat reinforcing factor. Predisposing
factor merupakan
faktor yang
mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, seperti karakteristik sosio demografi, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan lainnya. Enabling factor yaitu
faktor yang mendukung atau memfasilitasi perilaku atau tindakan artinya yang meliputi sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan,
seperti akses pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat. Reinforcing foctor yaitu faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong seseorang untuk
berperilaku yang berasal dari orang lain, seperti dukungan keluarga atau petugas kesehatan Notoadmojo, 2010b.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Melakukan Pemeriksaan Skrining Tuberkulosis Paru
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi melakukan skrining TB Paru sebagai hasil penjabaran teori Lawrence Green yaitu sebagai berikut.
1. Faktor Predisposisi Predisposing Factor
a. Karakteristik Sosio Demografi
Karakteristik sosio demografi merupakan karakteristik yang melekat atau ada pada diri individu yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, dan karakteristik lainnya. Karakteristik ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan memengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku
individu dalam memberikan respon atau mengambil suatu keputusan. Beberapa
penelitian di bidang kesehatan menunjukkan bahwa karakteristik sosio demografi berhubungan erat dengan kejadian penyakit atau memengaruhi pola
pemanfaatan pelayanan kesehatan pada individu Martini, 2013. Penelitian kesehatan yang menggambarkan kejadian penyakit atau
pengambilan keputusan dalam pencarian pengobatan berdasarkan karakteristik sosio demografi sudah cukup banyak. Namun, khusus yang menggambarkan
hubungan karakteristik sosio demografi dengan keputusan melakukan skrining TB pada pasien DM masih belum ada. Beberapa penelitian yang dapat dijadikan
bahan rujukan yaitu penelitian yang menghubungkan karakteristik sosio demografi dengan kepatuhan berobat pada penderita TB Paru. Penelitian yang
dilakukan oleh Erawatyningsih et al. 2009 dengan rancangan case control di Wilayah Kerja Puskesmas Dompu Barat, Provinsi NTB mendapatkan bahwa
proporsi pendidikan tinggi yang patuh sebesar 46,7 dan pada yang tidak patuh hanya sebesar 10, serta terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan kepatuhan berobat p=0,007. Selain penelitian kepatuhan berobat pasien yang hampir mirip dengan
keputusan melakukan skrining TB Paru karena sama-sama merupakan wujud perilaku, penelitian yang juga dapat dijadikan rujukan yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Thomas et al. 2007 mengenai kesediaan test HIV pada pasien TB di India. Hasil tersebut mengungkapkan bahwa jenis kelamin laki-laki
meningkatkan odd untuk bersedia menjalani tes HIV 1,9 kali dibandingkan jenis kelamin perempuan dan bermakna secara statistik p0,001. Selain itu, pada
pasien TB yang bekerja juga meningkatkan odd untuk bersedia menjalani tes HIV 1,2 kali dibandingkan pada mereka yang belum bekerja dan hubungan
tersebut bermakna secara statistik p=0,023.
b. Pengalaman Mengenai TB