Pada pasien DM dengan gejala lain selain batuk produktif atau tanpa gejala, maka akan dirujuk untuk pemeriksaan foto rontgen. Jika salah satu baik gejala atau
hasil pemeriksaan rontgen memberikan hasil positif, maka tatalaksana selanjutnya yaitu pasien melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis secara SPS, sedangkan jika
gejala dan hasil pemeriksaan rontgen sama-sama memberikan hasil negatif, maka pasien DM dapat dinyatakan tidak menderita TB.
Pada pasien dengan hasil pemeriksaan foto rontgen positif dan pemeriksaan dahak mikroskopis secara SPS menunjukkan hasil yang positif, maka pasien DM
dapat didiagnosis menderita TB, sedangkan jika hasil rontgen positif, tetapi hasil pemeriksaan mikroskopis negatif, maka pasien DM dapat dinyatakan penderita TB
Paru BTA negatif rontgen positif. Pada pasien DM yang dinyatakan tidak menderita TB, maka petugas kesehatan di FKTPFKTL dapat melakukan wawancara gejala TB
tiap kunjungan berikutnya dan memberikan KIE pencegahan TB.
2.2 Melakukan Pemeriksaan Skrining Tuberkulosis Paru
2.2.1 Pengertian Melakukan Pemeriksaan Skrining Tuberkulosis Paru
Melakukan pemeriksaan skrining TB Paru merupakan suatu tindakan atau perilaku seseorang untuk mengikuti prosedur pemeriksaan skrining TB Paru.
Perilaku merupakan hasil antara stimulus faktor eksternal dengan respon faktor internal dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut Notoadmojo, 2010a.
Maka dari itu, perilaku seseorang dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek.
Melakukan skrining TB Paru sebagai salah satu wujud tindakan atau perilaku dapat dijelaskan melalui teori Teori Preced-Proceed yang dicetuskan oleh Lawrence
Green pada tahun 1991. Dari sekian banyak teori perilaku kesehatan yang ada, Teori Lawrence Green merupakan yang paling populer dan paling banyak digunakan
karena mudah dimengerti. Selain itu teori ini dapat menjelaskan pengaruh faktor- faktor di luar individu yang dapat mempengaruhi keputusan individu untuk
berperilaku. Teori Lawrence Green membagi faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan masyarakat menjadi 3 faktor utama, faktor predisposisi predisposing
factor, faktor pemungkin enabling factor dan faktor penguat reinforcing factor. Predisposing
factor merupakan
faktor yang
mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, seperti karakteristik sosio demografi, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan lainnya. Enabling factor yaitu
faktor yang mendukung atau memfasilitasi perilaku atau tindakan artinya yang meliputi sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan,
seperti akses pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat. Reinforcing foctor yaitu faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong seseorang untuk
berperilaku yang berasal dari orang lain, seperti dukungan keluarga atau petugas kesehatan Notoadmojo, 2010b.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Melakukan Pemeriksaan Skrining Tuberkulosis Paru