Skrining Tuberkulosis pada Pasien Diabetes Mellitus

2.1.6 Skrining Tuberkulosis pada Pasien Diabetes Mellitus

Skrining adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita Indreswari et al., 2014. Kegiatan skrining bertujuan untuk mendeteksi secara dini mereka yang diduga menderita penyakit tertentu sehingga dapat segera ditindaklanjuti dan mencegah meluasnya penyakit menjadi lebih serius. Skrining TB paru merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam menemukan penderita TB Paru dari suatu pupulasi tertentu. Dalam melakukan skrining TB Paru, maka prosedur pertama yang dilakukan yaitu melihat gejala yang tampak. Berdasarkan konsensus pengendalian TB-DM di Indonesia, prosedur skrining TB Paru pada pasien DM yang dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama FKTP dan fasilitas kesehatan tingkat lanjut FKTL adalah dengan melaksanakan kedua langkah berikut. 1. Wawancara untuk mencari salah satu gejalafaktor risiko TB pada pasien DM yaitu sebagai berikut. - Batuk produktif, terutama batuk berdahak ≥ 1 minggu - Demam hilang timbul, tidak tinggi subfebris - Keringat malam tanpa disertai aktivitas - Penurunan berat badan - TB ekstra paru antara lain: pembesaran kelenjar getah bening KGB - Sesak, nyeri saat menarik napas, atau rasa berat di satu sisi dada 2. Pemeriksaan lanjutan berdasarkan gejala yang dialami pasien DM. Apabila pasien DM mengalami gejala batuk produktif, terutama batuk berdahak ≥ 1 minggu, maka akan dirujuk langsung untuk pemeriksaan dahak mikroskopis, sedangkan pasien DM yang tidak mengalami gejala tersebut selanjutnya akan dirujuk untuk pemeriksaan foto toraks untuk mencari abnormalitas paru. Jika fasilitas tidak tersedia di FKTP, maka pasien dirujuk ke FKRTL atau lab radiologi jejaring. Gambar 2.1 Algoritma Skrining TB pada Pasien DM

2.1.7 Penegakan Diagnosis Tuberkulosis pada Pasien Diabetes Mellitus