BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Berbicara mengenai pendidikan, salah satu yang berperan didalamnya
adalah guru. Profesi guru di Indonesia merupakan fenomena yang menarik untuk diperbincangkan. Guru merupakan profesi yang penuh dengan sanjungan, orang
menyebutnya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi di sisi lain, profesi guru nasibnya tidak jelas, gaji, pangkat maupun kariernya kurang menarik di kalangan
masyarakat kita. Oleh karena itu sarjana lulusan keguruan banyak yang mencari alternatif pekerjaan lain di luar jenjang kependidikannya.
Profesi guru banyak dihadapkan pada berbagai masalah yang terjadi di dunia pendidikan. Sering kita mendengar berita tawuran antar pelajar yang terjadi
di kota besar, kenakalan remaja, penggunaan narkoba dan lain sebagainya merupakan indikator dari ketidakmampuan pendidikan di dalam mengatasi
permasalahan. Dalam hal transparansi penggunaan dana pendidikan, masyarakat terkadang mengeluh terhadap tambahan biaya pendidikan yang terlalu tinggi
terutama bagi mereka yang mempunyai tingkat kehidupan ekonomi yang pas-
1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pasan terutama pada saat tahun ajaran baru, pihak sekolah sudah membebani para siswa dengan sederetan biaya-biaya yang harus dikeluarkan, misalnya: uang
gedung, uang seragam, buku paket dan lainnya. Tidak selamanya profesi guru memiliki nilai-nilai negatif di kalangan
masyarakat kita. Ada nilai-nilai tersendiri yang dimiliki oleh seorang guru, nilai pengabdian, kesabaran, kerja keras, disiplin, jujur dan tekun begitu kental pada
pribadi seorang guru yang baik. Nilai-nilai itu tidak terdapat pada profesi lain selain profesi guru. Usaha keras para guru di dalam menjalankan tugasnya akan
membuahkan hasil yang memuaskan, salah satu hasilnya adalah pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan yang berkualitas mempunyai beberapa indikator, diantaranya bisa dilihat dari guru, siswa, sarana dan prasarana dan output dan input sekolah.
Jika dilihat dari guru, indikator yang dapat dilihat adalah tingkat pendidikan yang telah dicapainya serta kualitas lulusan guru, profesional, menguasai bidangnya
dan mampu menyampaikan kepada para siswa. Indikator yang dapat dilihat dari siswa adalah nilai yang diperoleh, tentunya penilaian tidak hanya dari hasil
ulangan atau ujian saja, namun dalam lingkup yang lebih luas. Indikator dari sarana dan prasarana sekolah adalah tersedianya sarana dan prasarana sekolah
yang dapat mendukung kegiatan belajar di sekolah, misalnya laboratorium- laboratorium, fasilitas olah raga, kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler, dan lain-lain.
Indikator dari input sekolah adalah penyeleksian siswa yang akan masuk ke sekolah tersebut sehingga siswa-siswa yang diterima di sekolah tersebut sudah
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sehingga nantinya akan menghasilkan lulusan yang bermutu.
Orang yang profesional adalah orang yang melakukan pekerjaannya sebagai tugas pokok bukan sebagai hobi. Ciri-ciri orang yang profesional adalah
memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang profesinya, memiliki nilai jual yang tinggi karena brain powernya daya nalar dibutuhkan oleh banyak pihak
yang berkepentingan, mobilitas dan bergeraknya tinggi, ia tidak suka bergerombol, ia sibuk tetapi ia menikmati kesibukannya dan hasil kerjanya sesuai
dengan standar, ia tunduk kepada kode etik profesi dan kepuasan utamanya tidak diperoleh dari reward imbalan melainkan dari proses melakukan tugasnya De
Santo, 2006; 20-22. Berdasarkan ciri yang dikemukakan di atas, tak heran jika predikat guru
memiliki konotasi etik di bidang ilmu pengetahuan, artinya guru dianggap mempunyai kemampuan lebih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
memecahkan aneka persoalan. Atas kekebihan itu banyak masyarakat kita yang menggantungkan pendidikan putra-putrinya kepada guru agar nantinya anak didik
tersebut menjadi orang yang berkualitas dan profesional. Guru, dalam kondisi masyarakat dan budaya tertentu menjadi idola sosial
yang amat didambakan. Masyarakat memperlakukan para guru dengan amat istimewa dengan penghormatan yang mendalam yang berpangkal pada nilai
budaya yang dipertahankan dengan kuat. Akan tetapi dalam kondisi masyarakat dan budaya tertentu lainnya guru menempati posisi sosial yang kurang
menyenangkan, kurang dihargai sebagai profesi yang tidak pernah berkurang beban fungsionalnya di dalam masyarakat.
Kondisi sosial budaya yang menempatkan guru sebagai idola sosial budaya yang didambakan pada umumnya lahir dari keadaan umum, yaitu nilai-
nilai kultural yang aspeknya rohaniah cipta, rasa dan karsa menduduki tempat yang dinilai tinggi. Sebaliknya kondisi sosial budaya yang menempatkan fisik
sebagai kebudayaan kekuatan fisik, materi dan kekuasaan posisi guru tidak atau kurang dihargai di dalam masyarakat. Maka dapat disimpulkan bahwa profil guru
di masa kini ataupun di masa mendatang akan ditentukan oleh kondisi sosial budaya yang dianut pada zamannya.
Masyarakat akan senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih
tinggi dari hal-hal tersebut akan menempatkan hal pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal yang lainnya. Apabila masyarakat lebih menghargai kekayaan
material daripada kehormatan, maka mereka yang banyak mempunyai kekayaan material akan menempati kedudukan yang lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan pihak lain. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk
mengambil judul “Persepsi Masyarakat terhadap Profesi Guru Ditinjau dari Pekerjaan, Tingkat Pendidikan, dan Tingkat Penghasilan”.
B. Batasan Masalah