E. Uji Daya Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Salah  satu  penyebab  bau  pada  kaki  yaitu  bakeri  Staphylococcus epidermidis
yang  merupakan  flora  normal  di  kulit  dan  Bacillus  subtilis.  Minyak kemangi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan
Bacillus  subtilis Khare,  2004.  Staphylococcus  epidermidis  dan  Bacillus  subtilis
dapat  mengubah  asam  amino  leusin  di  keringat  menjadi  asam  isovalerat  dengan bantuan enzim leucine dehydrogenase yang mampu menimbulkan bau tidak enak
di  kaki.  Untuk  mengetahui  daya  antibakteri  minyak  kemangi  digunakan  metode difusi sumuran dengan membuat lubang sumuran pada media padat menggunakan
pelubang  nomor  4  8mm.  Kontrol  yang  digunakan  pada  metode  ini  adalah kontrol  sterilitas  media,  kontrol  pertumbuhan  bakteri  uji  Staphylococcus
epidermidis dan Bacillus subtilis, kontrol negatif etanol 96 dan minyak atsiri
100 kontrol positif. Kontrol  sterilitas  media  berfungsi  untuk  pengamatan  keaseptisan  langkah
penelitian  dan  mengetahui  tingkat  sterilitas  media  yang  digunakan.  Kontrol sterilitas  media  dibuat  dengan  menuang  media  MHA  steril  pada  cawan  petri
dengan  metode  double  layer  dan  dibuat  sumuran.  Hasil  pengamatan,  tidak ditemukan  adanya  pertumbuhan  bakteri  atau  kontaminan  pada  media,  sehingga
dapat disimpulkan  bahwa  media dalam keadaan  steril dan pengerjaan  juga steril. Kontrol  pertumbuhan  bakteri  digunakan  untuk  mengetahui  pertumbuhan  normal
bakteri  uji  pada  media  yang  dituang  secara  steril  dengan  pour  plate.  Hasil penelitian menunjukkan bakteri dapat tumbuh dengan baik.
Kontrol negatif  berfungsi untuk melihat pelarut  minyak atsiri  yaitu etanol 96  mempunyai  kemampuan  menghambat  pertumbuhan  bakteri  atau  tidak.
Pelarut  yang  digunakan  adalah  etanol  96  karena  minyak  kemangi  dapat  larut sempurna.  Kontrol  positif  berfungsi  sebagai  pembanding  untuk  melihat
aktivitasnya  sama  atau  tidak  dengan  berbagai  variasi  konsentrasi  yang  lain. Kontrol positif sebagai pembanding karena minyak atsiri dengan konsentrasi 100
tidak dimungkinkan  menjadi dosis terapi karena  dikhawatirkan dapat  mengiritasi kulit  di  tempat  pengaplikasian.  Daya  antibakteri  ditunjukkan  dengan  diameter
zona hambat jernih yang sudah dikurangi dengan diameter sumuran. Zona hambat berupa  zona  jernih  di  sekitar  sumuran  yang  menandakan  tidak  adanya
pertumbuhan bakteri. Hasil  pengukuran  rerata  diameter  zona  hambat  minyak  atsiri  daun
kemangi terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis secara berturut-turut Lampiran 6 dan 7 adalah sebagai berikut.
Tabel  II. Hasil uji �  ± SD diameter zona hambat
minyak atsiri daun kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Konsentrasi minyak atsiri
daun kemangi
Diameter zona hambat mm Staphylococcus
epidermidis Bacillus subtilis
2,5
4,0 ± 0,0 9,0 ± 1,0
5
7,7 ± 0,6 9,7 ± 1,6
10
11,7 ± 0,6 10,0 ± 1,0
15
13,7 ± 1,2 12,3 ± 1,0
20
12,0 ± 3,0 11,7 ± 1,5
50
11,7 ± 0,6 12,0 ± 0,0
100
10,3 ± 1,2 10,3 ± 0,6
Kontrol pelarut etanol 96
Gambar 5. Grafik konsentrasi vs diameter zona hambat minyak atsiri daun
kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Menurut    Junior  and  Zanil  cit.,  Gupta,  Amar,  Ramesh,  Archana,  2008, tingkatan keaktifan suatu antibakteri dilihat dari diameter zona hambatnya adalah
golongan  inaktif  diameter  zona  hambat    9  mm;  cukup  aktif  diameter  zona hambat  9-12  mm;  aktif  diameter  zona  hambat  13-18  mm;  dan  sangat  aktif
diameter zona hambat 18 mm. Hasil  penelitian  mengenai  diameter  zona  hambat  minyak  atsiri  daun
kemangi  terhadap  Staphylococcus  epidermidis,  didapatkan  kenaikan  berkala  dari variasi  konsentrasi  terendah  2,5  sampai  pada  konsentrasi  15,  kemudian
mengalami  penurunan  kembali  pada  konsentrasi  20  -  100.  Konsentrasi minyak  kemangi  10,  15  dan  20  adalah  konsentrasi  yang  dijadikan
pertimbangan  untuk  dapat  dimasukkan  ke  dalam  formula  gel.  Diameter  zona hambat  minyak  atsiri  daun  kemangi  antara  konsentrasi  10  dan  15;  dan
konsentrasi 15  dan 20 tidak  mengalami perbedaan bermakna Tabel IV. Hal
2 4
6 8
10 12
14 16
Konsentrasi vs diameter zona hambat
Staphylococcus epidermidis
Bacillus subtilis
ini  menandakan  bahwa  daya  antibakteri  minyak  atsiri  daun  kemangi  antara  tiga konsentrasi tersebut hampir sama.
Begitu  pula  dengan  diameter  zona  hambat  minyak  atsiri  daun  kemangi terhadap Bacillus subtilis, terjadi kenaikan diameter zona hambat dari konsentrasi
2,5  sampai  15,  mengalami  penurunan  pada  konsentrasi  20  dan  mengalami kenaikan  kembali  pada  konsentrasi  50.  Kenaikan  yang  dialami  hampir  sama
dengan  diameter  konsentrasi  15  yang  mempunyai  diameter  paling  besar. Berdasarkan  perhitungan  statistik  Tabel  V,  diameter  zona  hambat  pada
konsentrasi 10 dan 15 mengalami perdedaan bermakna, konsentrasi 15  dan 20 tidak  mengalami perbedaan  bermakna, begitu pula dengan konsentrasi 15
dan  50  tidak  mengalami  perbedaan  bermakna.  Perbedaan  tidak  bermakna  ini dapat  dikarenakan  nilai  diameter  zona  hambat  yang  dihasilkan  tidak  terlalu  jauh
berbeda  Lampiran  6  dan  7.  Konsentrasi  2,5  tidak  mengalami  perbedaan bermakna  dengan  konsentrasi  10,  20,  dan  100,  dan  tampak  bahwa
konsentrasi  20  juga  mengalami  perbedaan  tidak  bermakna  dengan  konsentrasi yang lain kecuali dengan kontrol negatif Tabel V.
Pengaruh  afinitas  minyak  atsiri  daun  kemangi  dalam  sediaan  dapat mempengaruhi  pelepasan  minyak  dari  sediaan,  sehingga  konsentrasi  yang  akan
diformulasikan  ke  bentuk  sediaan  adalah  konsentrasi  15.  Hal  ini  dikarenakan konsentrasi  15  memiliki  nilai  zona  hambat  yang  paling  besar,  baik  terhadap
bakteri  Staphylococcus  epidermidis  dan  Bacillus  subtilis,  serta  tingkat  keaktifan daya  antibakterinya  termasuk  golongan  cukup  aktif  sampai  aktif,  sehingga
diharapkan  saat  dibuat  dalam  bentuk  sediaan  memiliki  daya  hambat  yang
maksmial. Minyak atsiri daun kemangi dengan konsentrasi yang kecil, yaitu 2,5 mampu  memberikan  aktivitas  daya  hambat  terhadap  bakteri  Staphylococcus
epidermidis dan  Bacillus  subtilis  dengan  rata-rata  diameter  secara  berturut-turut
adalah  4  mm  dan  9  mm.  Kontrol  negatif  yaitu  kontrol  pelarut  etanol  96  tidak ditemukan adanya zona hambat di sekitar sumuran, ini menandakan bahwa pelarut
minyak  atsiri  daun  kemangi  tidak  memiliki  daya  hambat  terhadap  bakteri Staphylococcus  epidermidis
dan  Bacillus  subtilis,  sehingga  tidak  mempengaruhi hasil daya hambat minyak kemangi.
Tabel III. Hasil uji distribusi normal data diameter zona daya hambat variasi konsentrasi minyak
atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Variasi Konsentrasi Staphylococcus epidermidis
Bacillus subtilis
2,5 -
N 5
TN N
10 TN
N 15
TN TN
20 N
N 50
TN -
100 TN
TN Kontrol -
- -
Keterangan: N: Data normal; TN: Data tidak normal
-: Not available
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa terdapat distribusi data yang tidak normal.  Pengukuran  analisis  statistik  kemudian  dilakukan  dengan  menggunakan
uji Kruskal-Wallis untuk melihat terdapat perbedaan antar kelompok konsentrasi, dan didapatkan nilai p-value  0,05. Hal ini menandakan bahwa antara kelompok
konsentrasi  terdapat  kelompok  yang  berbeda.  Untuk  mengetahui  kelompok  yang
mengalami perbedaan analisis dilanjutkan dengan  test  post  hoc  menggunakan uji Wilcoxon
.
Tabel IV. Hasil post hoc test diameter zona daya hambat variasi konsentrasi
minyak atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis
Konsentrasi 2,5
5 10
15 20
50 100
K - 2,5
- BB
BB BB
BB BB
BB BB
5 BB
- BB
BB BB
BB BB
BB
10
BB BB
- BB
BTB BTB
BTB BB
15 BB
BB BB
- BTB
BB BB
BB
20
BB BB
BTB BTB
- BTB
BTB BB
50 BB
BB BTB
BB BTB
- BTB
BB
100
BB BB
BTB BB
BTB BTB
- BB
K - BB
BB BB
BB BB
BB BB
- Keterangan:  BTB  Berbeda  Tidak  Bermakna;  BB  Berbeda  Bermakna;  K-  Kontrol  negatif:
etanol 96.
Tabel V. Hasil post hoc test diameter zona daya hambat variasi konsentrasi
minyak atsiri daun kemangi terhadap Bacillus subtilis
Konsentrasi 2,5
5 10
15 20
50 100
K - 2,5
- BTB
BTB BB
BTB BB
BB BB
5 BTB
- BTB
BB BTB
BB BTB
BB
10
BTB BTB
- BB
BTB BB
BTB BB
15 BB
BB BB
- BTB
BTB BB
BB
20
BTB BTB
BTB BTB
- BTB
BTB BB
50 BB
BB BB
BTB BTB
- BB
BB
100
BB BTB
BTB BB
BTB BB
- BB
K - BB
BB BB
BB BB
BB BB
- Keterangan:  BTB  Berbeda  Tidak  Bermakna;  BB  Berbeda  Bermakna;  K-  Kontrol  negatif:
etanol 96.
F.
Penentuan nilai KHM dan KBM Minyak Atsiri Daun Kemangi
Berdasarkan  hasil  zona  hambat  yang  sudah  diperoleh  dari  uji  difusi sumuran,  dilakukan  penelitian  lebih  lanjut  untuk  mengetahui  nilai  KHM  dan
KBM dari minyak kemangi. Langkah awal untuk melakukan uji KHM dan KBM adalah  dengan  menentukan  variasi  konsentrasi  minyak  atsiri  daun  kemangi  yang
akan  digunakan.  Hal  ini  dilihat  dari  konsentrasi  terkecil  pada  uji  difusi  sumuran yang  menunjukkan  aktivitas  penghambatan  terhadap  Staphylococcus  epidermidis
dan  Bacillus  subtilis.  Berdasarkan  hasil  uji  difusi  sumuran,  konsentrasi  terkecil yang menunjukkan aktivitas penghambatan adalah 2,5, baik dalam menghambat
Staphylococcus  epidermidis maupun  Bacillus  subtilis.  Oleh  karena  itu,  variasi
konsentrasi  yang  digunakan  adalah  1;  1,5;  2;  2,5;  3;  3,5  dan  4. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan melihat tingkat kekeruhan media yang
telah diberi bakteri uji dan variasi konsentrasi.
Tabel VI. Hasil uji KHM dan KBM minyak atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Konsentrasi Kekeruhan Staphylococcus
epidermidis Kekeruhan Bacillus subtilis
Replikasi I Replikasi
II Replikasi
III Replikasi
I Replikasi
II Replikasi
III 1
++ +
++ +
+ +
1,5 +
- +
+ +
+ 2
- -
- -
- -
2,5 -
- -
- -
- 3
- -
- -
- -
3,5 -
- -
- -
- 4
- -
- -
- -
Kontrol negatif etanol 96
+++ +++
+++ +++
+++ +++
Keterangan: +++: sangat keruh ++: keruh
+: agak keruh : jernih
Dari  hasil  pengamatan  Tabel  VI,  pada  bakteri  Staphylococcus epidermidis
dan  Bacillus  subtilis  tampak  memiliki  hasil  yang  sama,  yaitu  pada konsentrasi  1  dan  1,5  tampak  kekeruhan  media  yang  menandakan  masih
adanya  pertumbuhan  bakteri.  Sedangkan  pada  konsentrasi  2  -  4  media menunjukkan  kejernihan.  Kemudian  untuk  menentukan  nilai  KHM  dan  KBM,
dari  media  yang  mempunyai  kejernihan  dilakukan  streak  plate  pada  media  yang steril. Apabila hasil inkubasi dari streak plate pada konsentrasi 2; 2,5; 3; 3,5
dan  4  tersebut  pada  konsentrasi  terkecil  menunjukkan  masih  terdapat pertumbuhan  bakteri,  maka  konsentrasi  tersebut  ditentukan  sebagai  konsentrasi
KHM.  Sedangkan  bila  hasil  inkubasi  menunjukkan  tidak  terdapat  lagi pertumbuhan bakteri, maka konsentrasi tersebut adalah konsentrasi KBM.
Dari  hasil  penelitian,  nilai  KHM  dan  KBM  minyak  atsiri  daun  kemangi terhadap  bakteri  Staphylococcus  epidermidis  dan  Bacillus  subtilis  menunjukkan
kesamaan,  yaitu  dengan  nilai  KHM  adalah  2  vv  dan  nilai  KBM  adalah  2,5 vv  Tabel  VI.  Hasil  yang  menunjukkan  kesamaan  ini  dikarenakan  karakteristik
bakteri  Staphylococcus  epidermidis  dan  Bacillus  subtilis  yaitu  sama-sama merupakan  bakteri gram positif. Oleh karena  itu, minyak atsiri daun kemangi  ini
mampu  menghambat  pertumbuhan  bakteri  Staphylococcus  epidermidis  dan Bacillus subtilis
yang memegang peranan utama menyebabkan bau di kaki. Kontrol  pelarut  etanol  96  menunjukkan  media  tampak  keruh,  yang
menandakan  bahwa  terjadi  pertumbuhan  bakteri.  Hal  ini  menandakan  bahwa pelarut  etanol  tidak  memberikan  aktivitas  dalam  menghambat  bakteri
Staphylococcus  epidermidis dan  Bacillus  subtilis,  sama  seperti  pada  uji  difusi
sumuran. Bakteri  Staphylococcus  epidermidis  dan  Bacillus  subtilis  adalah  bakteri
gram positif yang mempunyai dinding sel lebih tebal dibandingkan dengan bakteri gram  negatif.  Tekanan  osmotik  yang  tinggi  dari  lingkungan  bakteri  dapat
menyebabkan  pecahnya  sel  apabila  dinding  sel  tidak  kuat  menahannya.  Dinding sel  bakteri  gram  positif  yang  90  terdiri  dari  peptidoglikan  cukup  kuat  untuk
menahan tekanan osmotik tersebut Maryati, Ratna, dan Triastuti, 2007. Mekanisme  antibakteri  dari  komponen  minyak  kemangi  belum  diketahui
secara pasti. Namun, eugenol yang menjadi senyawa antibakteri yang merupakan turunan  dari  golongan  senyawa  fenol  mempunyai  efek  dalam  merusak  membran
sel.  Ikatan  antara  fenol  dengan  dinding  sel  bakteri  akan  mengganggu permeabilitas  membran  sel  dan  proses  transportasi,  sehingga  sel  bakteri  akan
kehilangan  kation  dan  makromolekul  sehingga  mengakibatkan  pertumbuhan  sel terganggu  dan  mengalami  kematian.  Senyawa  fenol  dengan  konsentrasi  yang
rendah  akan  menyebabkan  denaturasi  protein  sel  bakteri,  sehingga  protein  akan menjadi  keras  dan  beku,  pori-pori  mengecil  sehingga  hanya  sedikit  senyawa
eugenol yang mampu menembus dinding sel, sedangkan dalam konsentrasi tinggi akan  menyebabkan  koagulasi  protein  sehingga  sel  bakteri  mengalami  kematian
Siswandono, cit., Maryati, Ratna, dan Triastuti, 2007.
G.
Formulasi Sediaan Gel Anti Bau Kaki Minyak Atsiri Daun Kemangi
Dasar  pemilihan  pembuatan  sediaan  gel  adalah  karena  sediaan  gel  untuk pemakaian di kaki masih sangat jarang. Selain itu, gel dapat memberikan sensasi
dingin sehingga dapat memberikan kenyamanan kepada pasien saat diaplikasikan di  kulit  kaki.  Sediaan  gel  mempunyai  aliran  tiksotropik  dan  pseudoplastik,  yaitu
gel  akan  berbentuk  padat  saat  penyimpanan  dan  akan  segera  mencair  bila diberikan shear stress yaitu pengocokan. Untuk membentuk suatu massa gel yang
baik  dibutuhkan  bahan  pembentuk  gel  yang  tidak  terlalu  banyak,  dan  tidak mengalami perubahan viskositas yang drastis saat penyimpanan, sehingga mudah
dioleskan dan dicuci Boesro, dkk, 2007 dan Christina, dkk, 2007. Penggunaan  sediaan  topikal  untuk  aplikasi  yang  meluas  pada  orang
dewasa  adalah  maksimum  terdiri  dari  25  minyak  atsiri  di  sediaan,  namun  bila minyak mengandung fenol atau aldehid yang kaya akan minyak, konsentrasi tidak
boleh melebihi 20. Konsentrasi dosis tinggi hanya dapat digunakan pada jangka pendek  tidak  pada  jangka  panjang,  karena  akan  menimbulkan  resistensi  dari
bakteri,  sehingga  yang  dapat  digunakan  adalah  konsentrasi  dengan  dosis  rendah pada  penggunaan  jangka  panjang  Bensouilah  and  Philippa,  2006.  Konsentrasi
minyak  kemangi  yang  dimasukkan  dalam  sediaan  adalah  15  terhadap  jumlah total sediaan. Dalam formula sediaan gel dipilih konsentrasi minyak kemangi 15
karena  berdasarkan  hasil  uji  difusi  sumuran  konsentrasi  minyak  atsiri  daun kemangi  15  memiliki  zona  hambat  yang  paling  besar  terhadap  bakteri
Staphylococcus  epidermidis dan  Bacillus  subtilis.  Selain  itu,  berdasarkan
karakteristik  tingkat  keaktifan  suatu  diameter  bakteri  dan  jumlah  maksimal
konsentrasi  minyak  atsiri  yang  dapat  diformulasikan  ke  dalam  sediaan,  maka dipilihlah konsentrasi 15 yang akan dimasukkan ke dalam formulasi gel anti bau
pada  kaki.  Berdasarkan  diameter  zona  hambat  minyak  atsiri  daun  kemangi  15 termasuk ke dalam golongan yang cukup aktif sampai aktif, dan gel anti bau pada
kaki  ini  bukan  untuk  membunuh  bakteri  penyebab  bau,  tetapi  hanya  untuk menghambat  pertumbuhan  bakteri,  mengingat  kedua  bakteri  ini  merupakan  flora
normal di kulit. Gelling  agent  yang  digunakan  adalah  Carbopol  940
®
untuk  membatasi pergerakan minyak daun kemangi sehingga pelepasan obat dapat secara perlahan-
lahan.  Carbomer  saat  didispersikan  ke  dalam  air  akan  membentuk  larutan  asam yang keruh dan dapat dinetralkan dengan basa kuat, contohnya trietanolamin atau
anorganik lemah,
contohnya ammonium
hidroksida. Kemudian
akan meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhan Barry, cit., Yuliani, 2005.
Netralisasi  berlebihan  pada  Carbopol
®
menyebabkan  turunnya  viskositas  dari karbomer Voigt, 1995.
Propilenglikol  merupakan  suatu  humektan  yang  berfungsi  untuk mempertahankan kandungan air di sediaan sehingga selama penyimpanan sediaan
dapat  stabil  dan  tidak  terjadi  perubahan  sifat  fisik  Allen,  2002.  Makin  banyak propilenglikol  dalam  suatu  formula  gel  maka  sediaan  gel  viskositasnya  tinggi
Yuliani, 2005. Trietanolamin  berfungsi  sebagai  penetral  Carbopol  940
®
yang  bersifat asam dengan mengionisasi gugus karboksil dari Carbopol
®
ketika terpapar cahaya dan terjadi oksidasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas dispersi
Carbopol
®
.  Trietanolamin  juga  berfungsi  sebagai  bahan  penstabil  dan pengembang  Carbopol
®
serta  mencegah  rusaknya  dispersi  Carbopol
®
yang menyebabkan  gel  menjadi  keruh  karena  terpapar cahaya  Hasyim,  Faradiba,  dan
Gina, 2011. Minyak  kemangi  yang  terjebak  di  dalam  matriks  tidak  mengalami
pergerakan  di  dalam  matriks.  Pelepasan  minyak  ke  luar  dari  sediaan  adalah dengan berdifusi keluar seperti polimer yang  mengembang. Pelepasan minyak ini
bergantung pada dua proses simultan,  yaitu perpindahan air ke  matriks atau obat yang  berdifusi  keluar  dari  gel  karena  adanya  pengembangan  dari  gel.  Gel  yang
mengembang  terus-menerus  akan  meningkatkan  berdifusinya  minyak  keluar mencapai tempat terapi Ratner, 2004, sehingga gel  yang viskositasnya semakin
tinggi, susunan matriksnya juga akan semakin rigid sehingga pelepasan obat dapat perlahan-lahan dan lama tinggal di tempat aplikasi.
Gel  minyak  kemangi  ini  agak  berminyak,  berbeda  dengan  gel  pada umumnya.  Berikut  ini  adalah  hasil  formulasi  sediaan  gel  anti  bau  pada  kaki
Lampiran 9:
Gambar 6. Sediaan gel anti bau kaki minyak atsiri daun kemangi
Penetapan pH sediaan gel penting dilakukan untuk menghindari terjadinya iritasi di kulit saat pengaplikasian. pH yang diharapkan adalah berada pada range
4,5 –  6,5  yang  merupakan  pH  normal  kulit.  Pengukuran  pH  dilakukan  dengan
menggunakan pH stick, dengan mencocokkan pada warna indikator pH. Berdasarkan  hasil  pengukuran  pH  Lampiran  11,  diketahui  bahwa  rerata
pH  gel  anti  bau  kaki,  yaitu  6  dan  berada  pada  rentang  pH  kulit  sehingga  dapat meminimalkan iritasi pada kulit.
H.
Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Anti Bau Kaki
Sifat  fisik  yang  diuji  pada  penelitian  ini  meliputi  uji  viskositas  dan  daya sebar. Pengukuran sifat fisik viskositas dan daya sebar sediaan gel dilakukan pada
48  jam  setelah  pembuatan.  Dipilih  waktu  48  jam  karena  diharapkan  gel  sudah dapat  membentuk  sistem  dengan  sempurna  tanpa  adanya  pengaruh  energi  geser
akibat pencampuran. Viskositas  adalah  suatu  sifat  cairan  yang  berhubungan  dengan  hambatan
untuk  mengalir,  semakin  besar  viskositas  maka  semakin  besar  pula  hambatan untuk  mengalir.  Viskositas  mempengaruhi  pelepasan  zat  aktif  dalam  sediaan.
Viskositas yang terlalu tinggi akan menghambat minyak untuk terlepas ke tempat aksi, sedangkan bila viskositas terlalu rendah akan susah saat pengaplikasian dan
obat tidak akan bertahan lama di kulit. Oleh karena itu, diperlukan viskositas yang sesuai  sehingga  minyak  dapat  bergerak  dan  berdifusi  ke  luar  sistem  matriks
menuju  tempat  aksi,  namun  dapat  tinggal  lama  di  kulit  sehingga  pelepasan  obat dapat  secara  berkala  dan  terpenetrasi  dengan  baik.  Viskositas  dapat  dipengaruhi
oleh Carbopol
®
dan propilenglikol dengan pengaruh berbanding lurus. Viskositas yang dapat digunakan berada di range 240-300 d.Pa.s.
Pengukuran  daya  sebar  berpengaruh  pada  pengaplikasian  gel  di  kulit. Daya  sebar  dan  viskositas  berpengaruh  pada  penetrasi  zat  aktif  ke  kulit.
Pengukuran daya sebar diambil berdasarkan diameter terbesar pada double plate. Daya  sebar  yang  diharapkan  adalah  3-6  cm.  Hasil  pengukuran  uji  sifat  fisik  gel
anti bau pada kaki adalah sebagai berikut.
Tabel VII. Data hasil pengukuran viskositas dan daya sebar
Parameter Fisik Sediaan Gel
Nilai parameter
�  ± SD
Replikasi I  Replikasi II  Replikasi III Viskositas d.Pa.S
250 245
250 248,330  ± 2,887
Daya sebar cm 5,2
4,8 4,3
4,767 ± 0,451 Dari  hasil  analisis  statistik,  data  viskositas  tidak  terdistribusi  normal
dengan nilai p-value 0,05; sedangkan hasil analisis statistik untuk uji daya sebar data terdistribusi secara normal, nilai p-value 0,05.
I.
Uji Daya Antibakteri Sediaan Gel Anti Bau Kaki Minyak Atsiri Daun Kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Pengujian  daya  antibakteri  gel  anti  bau  kaki  ini  bertujuan  untuk mengetahui  apakah  minyak  atsiri  daun  kemangi  yang  diformulasikan  ke  dalam
sediaan  mampu  menghambat  pertumbuhan  bakteri  Staphylococcus  epidermidis dan  Bacillus  subtilis  penyebab  bau  pada  kaki,  sehingga  dapat  menjadi  alternatif
pembuatan sediaan obat yang baru.
Pengujian  daya  antibakteri  menggunakan  metode  difusi  sumuran  karena merupakan sediaan semisolid dan tidak  memungkinkan  menggunakan  paper disc
karena  tidak  akan  bercampur.  Suatu  sediaan  dikatakan  mempunyai  potensi  daya antibakteri  apabila  mempunyai  kemampuan  untuk  menghambat  pertumbuhan
suatu bakteri dibandingkan dengan kontrol negatifnya. Pada penelitian ini sediaan gel  anti  bau  kaki  mempunyai  daya  antibakteri  dibandingkan  dengan  kontrol
negatif  etanol  96  dan  juga  kontrol  basis.  Kontrol  minyak  15  sebagai perbandingan apakah terjadi perbedaan diameter zona hambat antara minyak atsiri
daun  kemangi  dibuat  dalam  bentuk  sediaan  atau  tidak.  Kontrol  positif  yang digunakan adalah Medi-Klin
®
Clindamycin phosphate dalam bentuk gel. Dilakukan  inkubasi  selama  24  jam  karena  pada  24  jam  adalah  waktu  log
phase dimana  bakteri dalam  siklus pertumbuhan, sehingga dapat dilihat aktivitas
gel antibakteri dapat menghambat pertumbuhan sel bakteri atau tidak. Berikut ini adalah  hasil  pengamatan  pengukuran  rerata  diameter  zona  hambat  sediaan  gel
terhadap  bakteri  Staphylococcus  epidermidis  dan  Bacillus  subtilis  Lampiran  10 dan Tabel VII:
Tabel VIII. Hasil �  ± SD pengukuran diameter zona hambat sediaan gel anti bau kaki
terhadap Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Bahan �  ± SD diameter zona hambat
Staphylococcus epidermidis Bacillus subtilis
Kontrol - etanol 96 Sediaan
gel dengan
kandungan  minyak  atsiri 15
12,7 ± 0,6 mm 11,3 ± 1,2 mm
Minyak atsiri 15 11,0 ± 2,0 mm
11,0 ± 2,0 mm Kontrol basis gel
1,0 ± 1,7 mm Kontrol + gel Clindamycin
27,7 ± 2,3 mm 17,3 ± 0,6 mm
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa kontrol negatif dan kontrol basis  gel  tidak  memberikan  zona  hambat  terhadap  pertumbuhan  Staphylococcus
epidermidis dan Bacillus subtilis. Hal ini menandakan bahwa etanol dan material
formula  gel  tidak  mempunyai  daya  antibakteri.  Kontrol  positif  memberikan diameter  yang  lebih  besar  dari  gel  minyak  kemangi,  hal  ini  menandakan
Clindamycin  phosphate memberikan  kemampuan  yang  lebih  baik  daripada
minyak kemangi.
Tabel IX. Hasil uji distribusi normal data diameter zona hambat gel minyak atsiri daun kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Bahan Staphylococcus epidermidis
Bacillus subtilis Kontrol -
- -
Sediaan gel dengan kandungan minyak
atsiri 15 TN
TN
Minyak atsiri 15 TN
TN
Kontrol basis gel
TN -
Kontrol + TN
TN Keterangan: N: Data normal;
TN: Data tidak normal -: Not available
Tabel X. Hasil post hoc test diameter zona daya hambat gel minyak atsiri
daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis
Bahan Kontrol
- Sediaan
gel Minyak
atsiri 15 Kontrol
basis gel Kontrol
+ Kontrol -
- BB
BB BTB
BB
Sediaan gel dengan kandungan minyak
atsiri 15 BB
- BTB
BB BB
Minyak atsiri 15 BB
BTB -
BB BB
Kontrol basis gel
BTB BB
BB -
BB
Kontrol + BB
BB BB
BB -
Keterangan: BB Berbeda Bermakna BTB Berbeda Tidak Bermakna
Daya  hambat  gel  minyak  atsiri  daun  kemangi  terhadap  Staphylococcus epidermidis
bila dibandingkan dengan minyak atsiri daun kemangi konsentrasi 15 tidak  berbeda  bermakna,  dengan  nilai  p-value  0,05  Tabel  X.  Begitu  pula
dengan  daya  hambat  terhadap  Bacillus  subtilis,  gel  minyak  atsiri  daun  kemangi dan  minyak  atsiri  daun  kemangi  konsentrasi  15  tidak  mengalami  perbedaan
bermakna  dengan  nilai  p-value  0,05  Tabel  XI.  Hal  ini  menandakan  bahwa minyak atsiri daun kemangi yang diformulasikan dalam sediaan gel memiliki daya
hambat yang sama dengan minyak atsiri yang tidak dibuat sediaan.
Tabel XI. Hasil post hoc test diameter zona daya hambat gel minyak
atsiri daun kemangi terhadap Bacillus subtilis
Bahan Kontrol
- Sediaan
gel Minyak
atsiri 15 Kontrol
basis gel Kontrol
+ Kontrol -
- BB
BB BB
Sediaan gel dengan kandungan minyak
atsiri 15 BB
- BTB
BB BB
Minyak atsiri 15 BB
BTB -
BB BB
Kontrol basis gel BB
BB -
BB
Kontrol +
BB BB
BB BB
- Keterangan: BB Berbeda Bermakna
BTB Berbeda Tidak Bermakna Not available
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dirangkum bahwa uji  difusi  sumuran  minyak  atsiri  daun  kemangi  terhadap  Staphylococcus
epidermidis dan  Bacillus  subtilis  didapatkan  konsentrasi  yang  menghasilkan
diameter  zona  hambat  terbesar  adalah  15.  Konsentrasi  inilah  yang  akan digunakan  dalam  pembuatan  sediaan  gel  anti  bau  kaki.  Nilai  KHM  dan  KBM
yang  didapatkan  untuk  Staphylococcus  epidermidis  dan  Bacillus  subtilis  adalah
sama,  yaitu  2  vv  dan  2,5  vv.  Sediaan  gel  anti  bau  kaki  minyak  atsiri  daun kemangi  memiliki  perbedaan  tidak  bermakna  dengan  minyak  kemangi  15,
karena  nilai  p-value  0,05.  Hal  ini  menandakan  bahwa  aktivitas  minyak  atsiri daun  kemangi  dengan  atau  tanpa  diformulasikan  ke  dalam  sediaan  memiliki
khasiat  penghambatan  terhadap  Staphylococcus  epidermidis  dan  Bacillus  subtilis yang sama.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah minyak atsiri daun kemangi yang didapatkan belum murni dengan menggunakan natrium sulfat anhidrat, karena air
belum  sepenuhnya  terpisah  dari  minyak  atsiri.  Memperoleh  minyak  atsiri  dari daun  kemangi  ini  membutuhkan  waktu  yang  sangat  lama  dan  biaya  yang  cukup
besar, karena jumlah daun segar yang dibutuhkan sangat banyak. Pada pengujian daya  antibakteri  minyak  kemangi  secara  difusi  sumuran,  kontrol  positif  yang
digunakan  adalah  minyak  kemangi  konsentrasi  100,  seharusnya  sebagai perbandingan  digunakan  contoh  antibakteri  yang  sudah  digunakan  di  pasaran.
Kontrol positif yang digunakan dalam uji daya antibakteri gel minyak atsiri daun kemangi  yang  digunakan  adalah  antibiotik  sintetis,  sebaiknya  menggunakan
senyawa alam yang juga mempunyai daya antibakteri, seperti timol dan citral.
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN