E. Uji Daya Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Salah satu penyebab bau pada kaki yaitu bakeri Staphylococcus epidermidis
yang merupakan flora normal di kulit dan Bacillus subtilis. Minyak kemangi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan
Bacillus subtilis Khare, 2004. Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
dapat mengubah asam amino leusin di keringat menjadi asam isovalerat dengan bantuan enzim leucine dehydrogenase yang mampu menimbulkan bau tidak enak
di kaki. Untuk mengetahui daya antibakteri minyak kemangi digunakan metode difusi sumuran dengan membuat lubang sumuran pada media padat menggunakan
pelubang nomor 4 8mm. Kontrol yang digunakan pada metode ini adalah kontrol sterilitas media, kontrol pertumbuhan bakteri uji Staphylococcus
epidermidis dan Bacillus subtilis, kontrol negatif etanol 96 dan minyak atsiri
100 kontrol positif. Kontrol sterilitas media berfungsi untuk pengamatan keaseptisan langkah
penelitian dan mengetahui tingkat sterilitas media yang digunakan. Kontrol sterilitas media dibuat dengan menuang media MHA steril pada cawan petri
dengan metode double layer dan dibuat sumuran. Hasil pengamatan, tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri atau kontaminan pada media, sehingga
dapat disimpulkan bahwa media dalam keadaan steril dan pengerjaan juga steril. Kontrol pertumbuhan bakteri digunakan untuk mengetahui pertumbuhan normal
bakteri uji pada media yang dituang secara steril dengan pour plate. Hasil penelitian menunjukkan bakteri dapat tumbuh dengan baik.
Kontrol negatif berfungsi untuk melihat pelarut minyak atsiri yaitu etanol 96 mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri atau tidak.
Pelarut yang digunakan adalah etanol 96 karena minyak kemangi dapat larut sempurna. Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding untuk melihat
aktivitasnya sama atau tidak dengan berbagai variasi konsentrasi yang lain. Kontrol positif sebagai pembanding karena minyak atsiri dengan konsentrasi 100
tidak dimungkinkan menjadi dosis terapi karena dikhawatirkan dapat mengiritasi kulit di tempat pengaplikasian. Daya antibakteri ditunjukkan dengan diameter
zona hambat jernih yang sudah dikurangi dengan diameter sumuran. Zona hambat berupa zona jernih di sekitar sumuran yang menandakan tidak adanya
pertumbuhan bakteri. Hasil pengukuran rerata diameter zona hambat minyak atsiri daun
kemangi terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis secara berturut-turut Lampiran 6 dan 7 adalah sebagai berikut.
Tabel II. Hasil uji � ± SD diameter zona hambat
minyak atsiri daun kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Konsentrasi minyak atsiri
daun kemangi
Diameter zona hambat mm Staphylococcus
epidermidis Bacillus subtilis
2,5
4,0 ± 0,0 9,0 ± 1,0
5
7,7 ± 0,6 9,7 ± 1,6
10
11,7 ± 0,6 10,0 ± 1,0
15
13,7 ± 1,2 12,3 ± 1,0
20
12,0 ± 3,0 11,7 ± 1,5
50
11,7 ± 0,6 12,0 ± 0,0
100
10,3 ± 1,2 10,3 ± 0,6
Kontrol pelarut etanol 96
Gambar 5. Grafik konsentrasi vs diameter zona hambat minyak atsiri daun
kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Menurut Junior and Zanil cit., Gupta, Amar, Ramesh, Archana, 2008, tingkatan keaktifan suatu antibakteri dilihat dari diameter zona hambatnya adalah
golongan inaktif diameter zona hambat 9 mm; cukup aktif diameter zona hambat 9-12 mm; aktif diameter zona hambat 13-18 mm; dan sangat aktif
diameter zona hambat 18 mm. Hasil penelitian mengenai diameter zona hambat minyak atsiri daun
kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis, didapatkan kenaikan berkala dari variasi konsentrasi terendah 2,5 sampai pada konsentrasi 15, kemudian
mengalami penurunan kembali pada konsentrasi 20 - 100. Konsentrasi minyak kemangi 10, 15 dan 20 adalah konsentrasi yang dijadikan
pertimbangan untuk dapat dimasukkan ke dalam formula gel. Diameter zona hambat minyak atsiri daun kemangi antara konsentrasi 10 dan 15; dan
konsentrasi 15 dan 20 tidak mengalami perbedaan bermakna Tabel IV. Hal
2 4
6 8
10 12
14 16
Konsentrasi vs diameter zona hambat
Staphylococcus epidermidis
Bacillus subtilis
ini menandakan bahwa daya antibakteri minyak atsiri daun kemangi antara tiga konsentrasi tersebut hampir sama.
Begitu pula dengan diameter zona hambat minyak atsiri daun kemangi terhadap Bacillus subtilis, terjadi kenaikan diameter zona hambat dari konsentrasi
2,5 sampai 15, mengalami penurunan pada konsentrasi 20 dan mengalami kenaikan kembali pada konsentrasi 50. Kenaikan yang dialami hampir sama
dengan diameter konsentrasi 15 yang mempunyai diameter paling besar. Berdasarkan perhitungan statistik Tabel V, diameter zona hambat pada
konsentrasi 10 dan 15 mengalami perdedaan bermakna, konsentrasi 15 dan 20 tidak mengalami perbedaan bermakna, begitu pula dengan konsentrasi 15
dan 50 tidak mengalami perbedaan bermakna. Perbedaan tidak bermakna ini dapat dikarenakan nilai diameter zona hambat yang dihasilkan tidak terlalu jauh
berbeda Lampiran 6 dan 7. Konsentrasi 2,5 tidak mengalami perbedaan bermakna dengan konsentrasi 10, 20, dan 100, dan tampak bahwa
konsentrasi 20 juga mengalami perbedaan tidak bermakna dengan konsentrasi yang lain kecuali dengan kontrol negatif Tabel V.
Pengaruh afinitas minyak atsiri daun kemangi dalam sediaan dapat mempengaruhi pelepasan minyak dari sediaan, sehingga konsentrasi yang akan
diformulasikan ke bentuk sediaan adalah konsentrasi 15. Hal ini dikarenakan konsentrasi 15 memiliki nilai zona hambat yang paling besar, baik terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis, serta tingkat keaktifan daya antibakterinya termasuk golongan cukup aktif sampai aktif, sehingga
diharapkan saat dibuat dalam bentuk sediaan memiliki daya hambat yang
maksmial. Minyak atsiri daun kemangi dengan konsentrasi yang kecil, yaitu 2,5 mampu memberikan aktivitas daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis dan Bacillus subtilis dengan rata-rata diameter secara berturut-turut
adalah 4 mm dan 9 mm. Kontrol negatif yaitu kontrol pelarut etanol 96 tidak ditemukan adanya zona hambat di sekitar sumuran, ini menandakan bahwa pelarut
minyak atsiri daun kemangi tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis
dan Bacillus subtilis, sehingga tidak mempengaruhi hasil daya hambat minyak kemangi.
Tabel III. Hasil uji distribusi normal data diameter zona daya hambat variasi konsentrasi minyak
atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Variasi Konsentrasi Staphylococcus epidermidis
Bacillus subtilis
2,5 -
N 5
TN N
10 TN
N 15
TN TN
20 N
N 50
TN -
100 TN
TN Kontrol -
- -
Keterangan: N: Data normal; TN: Data tidak normal
-: Not available
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa terdapat distribusi data yang tidak normal. Pengukuran analisis statistik kemudian dilakukan dengan menggunakan
uji Kruskal-Wallis untuk melihat terdapat perbedaan antar kelompok konsentrasi, dan didapatkan nilai p-value 0,05. Hal ini menandakan bahwa antara kelompok
konsentrasi terdapat kelompok yang berbeda. Untuk mengetahui kelompok yang
mengalami perbedaan analisis dilanjutkan dengan test post hoc menggunakan uji Wilcoxon
.
Tabel IV. Hasil post hoc test diameter zona daya hambat variasi konsentrasi
minyak atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis
Konsentrasi 2,5
5 10
15 20
50 100
K - 2,5
- BB
BB BB
BB BB
BB BB
5 BB
- BB
BB BB
BB BB
BB
10
BB BB
- BB
BTB BTB
BTB BB
15 BB
BB BB
- BTB
BB BB
BB
20
BB BB
BTB BTB
- BTB
BTB BB
50 BB
BB BTB
BB BTB
- BTB
BB
100
BB BB
BTB BB
BTB BTB
- BB
K - BB
BB BB
BB BB
BB BB
- Keterangan: BTB Berbeda Tidak Bermakna; BB Berbeda Bermakna; K- Kontrol negatif:
etanol 96.
Tabel V. Hasil post hoc test diameter zona daya hambat variasi konsentrasi
minyak atsiri daun kemangi terhadap Bacillus subtilis
Konsentrasi 2,5
5 10
15 20
50 100
K - 2,5
- BTB
BTB BB
BTB BB
BB BB
5 BTB
- BTB
BB BTB
BB BTB
BB
10
BTB BTB
- BB
BTB BB
BTB BB
15 BB
BB BB
- BTB
BTB BB
BB
20
BTB BTB
BTB BTB
- BTB
BTB BB
50 BB
BB BB
BTB BTB
- BB
BB
100
BB BTB
BTB BB
BTB BB
- BB
K - BB
BB BB
BB BB
BB BB
- Keterangan: BTB Berbeda Tidak Bermakna; BB Berbeda Bermakna; K- Kontrol negatif:
etanol 96.
F.
Penentuan nilai KHM dan KBM Minyak Atsiri Daun Kemangi
Berdasarkan hasil zona hambat yang sudah diperoleh dari uji difusi sumuran, dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai KHM dan
KBM dari minyak kemangi. Langkah awal untuk melakukan uji KHM dan KBM adalah dengan menentukan variasi konsentrasi minyak atsiri daun kemangi yang
akan digunakan. Hal ini dilihat dari konsentrasi terkecil pada uji difusi sumuran yang menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap Staphylococcus epidermidis
dan Bacillus subtilis. Berdasarkan hasil uji difusi sumuran, konsentrasi terkecil yang menunjukkan aktivitas penghambatan adalah 2,5, baik dalam menghambat
Staphylococcus epidermidis maupun Bacillus subtilis. Oleh karena itu, variasi
konsentrasi yang digunakan adalah 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5 dan 4. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan melihat tingkat kekeruhan media yang
telah diberi bakteri uji dan variasi konsentrasi.
Tabel VI. Hasil uji KHM dan KBM minyak atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Konsentrasi Kekeruhan Staphylococcus
epidermidis Kekeruhan Bacillus subtilis
Replikasi I Replikasi
II Replikasi
III Replikasi
I Replikasi
II Replikasi
III 1
++ +
++ +
+ +
1,5 +
- +
+ +
+ 2
- -
- -
- -
2,5 -
- -
- -
- 3
- -
- -
- -
3,5 -
- -
- -
- 4
- -
- -
- -
Kontrol negatif etanol 96
+++ +++
+++ +++
+++ +++
Keterangan: +++: sangat keruh ++: keruh
+: agak keruh : jernih
Dari hasil pengamatan Tabel VI, pada bakteri Staphylococcus epidermidis
dan Bacillus subtilis tampak memiliki hasil yang sama, yaitu pada konsentrasi 1 dan 1,5 tampak kekeruhan media yang menandakan masih
adanya pertumbuhan bakteri. Sedangkan pada konsentrasi 2 - 4 media menunjukkan kejernihan. Kemudian untuk menentukan nilai KHM dan KBM,
dari media yang mempunyai kejernihan dilakukan streak plate pada media yang steril. Apabila hasil inkubasi dari streak plate pada konsentrasi 2; 2,5; 3; 3,5
dan 4 tersebut pada konsentrasi terkecil menunjukkan masih terdapat pertumbuhan bakteri, maka konsentrasi tersebut ditentukan sebagai konsentrasi
KHM. Sedangkan bila hasil inkubasi menunjukkan tidak terdapat lagi pertumbuhan bakteri, maka konsentrasi tersebut adalah konsentrasi KBM.
Dari hasil penelitian, nilai KHM dan KBM minyak atsiri daun kemangi terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis menunjukkan
kesamaan, yaitu dengan nilai KHM adalah 2 vv dan nilai KBM adalah 2,5 vv Tabel VI. Hasil yang menunjukkan kesamaan ini dikarenakan karakteristik
bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis yaitu sama-sama merupakan bakteri gram positif. Oleh karena itu, minyak atsiri daun kemangi ini
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
yang memegang peranan utama menyebabkan bau di kaki. Kontrol pelarut etanol 96 menunjukkan media tampak keruh, yang
menandakan bahwa terjadi pertumbuhan bakteri. Hal ini menandakan bahwa pelarut etanol tidak memberikan aktivitas dalam menghambat bakteri
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis, sama seperti pada uji difusi
sumuran. Bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis adalah bakteri
gram positif yang mempunyai dinding sel lebih tebal dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Tekanan osmotik yang tinggi dari lingkungan bakteri dapat
menyebabkan pecahnya sel apabila dinding sel tidak kuat menahannya. Dinding sel bakteri gram positif yang 90 terdiri dari peptidoglikan cukup kuat untuk
menahan tekanan osmotik tersebut Maryati, Ratna, dan Triastuti, 2007. Mekanisme antibakteri dari komponen minyak kemangi belum diketahui
secara pasti. Namun, eugenol yang menjadi senyawa antibakteri yang merupakan turunan dari golongan senyawa fenol mempunyai efek dalam merusak membran
sel. Ikatan antara fenol dengan dinding sel bakteri akan mengganggu permeabilitas membran sel dan proses transportasi, sehingga sel bakteri akan
kehilangan kation dan makromolekul sehingga mengakibatkan pertumbuhan sel terganggu dan mengalami kematian. Senyawa fenol dengan konsentrasi yang
rendah akan menyebabkan denaturasi protein sel bakteri, sehingga protein akan menjadi keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga hanya sedikit senyawa
eugenol yang mampu menembus dinding sel, sedangkan dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan koagulasi protein sehingga sel bakteri mengalami kematian
Siswandono, cit., Maryati, Ratna, dan Triastuti, 2007.
G.
Formulasi Sediaan Gel Anti Bau Kaki Minyak Atsiri Daun Kemangi
Dasar pemilihan pembuatan sediaan gel adalah karena sediaan gel untuk pemakaian di kaki masih sangat jarang. Selain itu, gel dapat memberikan sensasi
dingin sehingga dapat memberikan kenyamanan kepada pasien saat diaplikasikan di kulit kaki. Sediaan gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik, yaitu
gel akan berbentuk padat saat penyimpanan dan akan segera mencair bila diberikan shear stress yaitu pengocokan. Untuk membentuk suatu massa gel yang
baik dibutuhkan bahan pembentuk gel yang tidak terlalu banyak, dan tidak mengalami perubahan viskositas yang drastis saat penyimpanan, sehingga mudah
dioleskan dan dicuci Boesro, dkk, 2007 dan Christina, dkk, 2007. Penggunaan sediaan topikal untuk aplikasi yang meluas pada orang
dewasa adalah maksimum terdiri dari 25 minyak atsiri di sediaan, namun bila minyak mengandung fenol atau aldehid yang kaya akan minyak, konsentrasi tidak
boleh melebihi 20. Konsentrasi dosis tinggi hanya dapat digunakan pada jangka pendek tidak pada jangka panjang, karena akan menimbulkan resistensi dari
bakteri, sehingga yang dapat digunakan adalah konsentrasi dengan dosis rendah pada penggunaan jangka panjang Bensouilah and Philippa, 2006. Konsentrasi
minyak kemangi yang dimasukkan dalam sediaan adalah 15 terhadap jumlah total sediaan. Dalam formula sediaan gel dipilih konsentrasi minyak kemangi 15
karena berdasarkan hasil uji difusi sumuran konsentrasi minyak atsiri daun kemangi 15 memiliki zona hambat yang paling besar terhadap bakteri
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis. Selain itu, berdasarkan
karakteristik tingkat keaktifan suatu diameter bakteri dan jumlah maksimal
konsentrasi minyak atsiri yang dapat diformulasikan ke dalam sediaan, maka dipilihlah konsentrasi 15 yang akan dimasukkan ke dalam formulasi gel anti bau
pada kaki. Berdasarkan diameter zona hambat minyak atsiri daun kemangi 15 termasuk ke dalam golongan yang cukup aktif sampai aktif, dan gel anti bau pada
kaki ini bukan untuk membunuh bakteri penyebab bau, tetapi hanya untuk menghambat pertumbuhan bakteri, mengingat kedua bakteri ini merupakan flora
normal di kulit. Gelling agent yang digunakan adalah Carbopol 940
®
untuk membatasi pergerakan minyak daun kemangi sehingga pelepasan obat dapat secara perlahan-
lahan. Carbomer saat didispersikan ke dalam air akan membentuk larutan asam yang keruh dan dapat dinetralkan dengan basa kuat, contohnya trietanolamin atau
anorganik lemah,
contohnya ammonium
hidroksida. Kemudian
akan meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhan Barry, cit., Yuliani, 2005.
Netralisasi berlebihan pada Carbopol
®
menyebabkan turunnya viskositas dari karbomer Voigt, 1995.
Propilenglikol merupakan suatu humektan yang berfungsi untuk mempertahankan kandungan air di sediaan sehingga selama penyimpanan sediaan
dapat stabil dan tidak terjadi perubahan sifat fisik Allen, 2002. Makin banyak propilenglikol dalam suatu formula gel maka sediaan gel viskositasnya tinggi
Yuliani, 2005. Trietanolamin berfungsi sebagai penetral Carbopol 940
®
yang bersifat asam dengan mengionisasi gugus karboksil dari Carbopol
®
ketika terpapar cahaya dan terjadi oksidasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas dispersi
Carbopol
®
. Trietanolamin juga berfungsi sebagai bahan penstabil dan pengembang Carbopol
®
serta mencegah rusaknya dispersi Carbopol
®
yang menyebabkan gel menjadi keruh karena terpapar cahaya Hasyim, Faradiba, dan
Gina, 2011. Minyak kemangi yang terjebak di dalam matriks tidak mengalami
pergerakan di dalam matriks. Pelepasan minyak ke luar dari sediaan adalah dengan berdifusi keluar seperti polimer yang mengembang. Pelepasan minyak ini
bergantung pada dua proses simultan, yaitu perpindahan air ke matriks atau obat yang berdifusi keluar dari gel karena adanya pengembangan dari gel. Gel yang
mengembang terus-menerus akan meningkatkan berdifusinya minyak keluar mencapai tempat terapi Ratner, 2004, sehingga gel yang viskositasnya semakin
tinggi, susunan matriksnya juga akan semakin rigid sehingga pelepasan obat dapat perlahan-lahan dan lama tinggal di tempat aplikasi.
Gel minyak kemangi ini agak berminyak, berbeda dengan gel pada umumnya. Berikut ini adalah hasil formulasi sediaan gel anti bau pada kaki
Lampiran 9:
Gambar 6. Sediaan gel anti bau kaki minyak atsiri daun kemangi
Penetapan pH sediaan gel penting dilakukan untuk menghindari terjadinya iritasi di kulit saat pengaplikasian. pH yang diharapkan adalah berada pada range
4,5 – 6,5 yang merupakan pH normal kulit. Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan pH stick, dengan mencocokkan pada warna indikator pH. Berdasarkan hasil pengukuran pH Lampiran 11, diketahui bahwa rerata
pH gel anti bau kaki, yaitu 6 dan berada pada rentang pH kulit sehingga dapat meminimalkan iritasi pada kulit.
H.
Uji Sifat Fisik Sediaan Gel Anti Bau Kaki
Sifat fisik yang diuji pada penelitian ini meliputi uji viskositas dan daya sebar. Pengukuran sifat fisik viskositas dan daya sebar sediaan gel dilakukan pada
48 jam setelah pembuatan. Dipilih waktu 48 jam karena diharapkan gel sudah dapat membentuk sistem dengan sempurna tanpa adanya pengaruh energi geser
akibat pencampuran. Viskositas adalah suatu sifat cairan yang berhubungan dengan hambatan
untuk mengalir, semakin besar viskositas maka semakin besar pula hambatan untuk mengalir. Viskositas mempengaruhi pelepasan zat aktif dalam sediaan.
Viskositas yang terlalu tinggi akan menghambat minyak untuk terlepas ke tempat aksi, sedangkan bila viskositas terlalu rendah akan susah saat pengaplikasian dan
obat tidak akan bertahan lama di kulit. Oleh karena itu, diperlukan viskositas yang sesuai sehingga minyak dapat bergerak dan berdifusi ke luar sistem matriks
menuju tempat aksi, namun dapat tinggal lama di kulit sehingga pelepasan obat dapat secara berkala dan terpenetrasi dengan baik. Viskositas dapat dipengaruhi
oleh Carbopol
®
dan propilenglikol dengan pengaruh berbanding lurus. Viskositas yang dapat digunakan berada di range 240-300 d.Pa.s.
Pengukuran daya sebar berpengaruh pada pengaplikasian gel di kulit. Daya sebar dan viskositas berpengaruh pada penetrasi zat aktif ke kulit.
Pengukuran daya sebar diambil berdasarkan diameter terbesar pada double plate. Daya sebar yang diharapkan adalah 3-6 cm. Hasil pengukuran uji sifat fisik gel
anti bau pada kaki adalah sebagai berikut.
Tabel VII. Data hasil pengukuran viskositas dan daya sebar
Parameter Fisik Sediaan Gel
Nilai parameter
� ± SD
Replikasi I Replikasi II Replikasi III Viskositas d.Pa.S
250 245
250 248,330 ± 2,887
Daya sebar cm 5,2
4,8 4,3
4,767 ± 0,451 Dari hasil analisis statistik, data viskositas tidak terdistribusi normal
dengan nilai p-value 0,05; sedangkan hasil analisis statistik untuk uji daya sebar data terdistribusi secara normal, nilai p-value 0,05.
I.
Uji Daya Antibakteri Sediaan Gel Anti Bau Kaki Minyak Atsiri Daun Kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Pengujian daya antibakteri gel anti bau kaki ini bertujuan untuk mengetahui apakah minyak atsiri daun kemangi yang diformulasikan ke dalam
sediaan mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis penyebab bau pada kaki, sehingga dapat menjadi alternatif
pembuatan sediaan obat yang baru.
Pengujian daya antibakteri menggunakan metode difusi sumuran karena merupakan sediaan semisolid dan tidak memungkinkan menggunakan paper disc
karena tidak akan bercampur. Suatu sediaan dikatakan mempunyai potensi daya antibakteri apabila mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
suatu bakteri dibandingkan dengan kontrol negatifnya. Pada penelitian ini sediaan gel anti bau kaki mempunyai daya antibakteri dibandingkan dengan kontrol
negatif etanol 96 dan juga kontrol basis. Kontrol minyak 15 sebagai perbandingan apakah terjadi perbedaan diameter zona hambat antara minyak atsiri
daun kemangi dibuat dalam bentuk sediaan atau tidak. Kontrol positif yang digunakan adalah Medi-Klin
®
Clindamycin phosphate dalam bentuk gel. Dilakukan inkubasi selama 24 jam karena pada 24 jam adalah waktu log
phase dimana bakteri dalam siklus pertumbuhan, sehingga dapat dilihat aktivitas
gel antibakteri dapat menghambat pertumbuhan sel bakteri atau tidak. Berikut ini adalah hasil pengamatan pengukuran rerata diameter zona hambat sediaan gel
terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis Lampiran 10 dan Tabel VII:
Tabel VIII. Hasil � ± SD pengukuran diameter zona hambat sediaan gel anti bau kaki
terhadap Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Bahan � ± SD diameter zona hambat
Staphylococcus epidermidis Bacillus subtilis
Kontrol - etanol 96 Sediaan
gel dengan
kandungan minyak atsiri 15
12,7 ± 0,6 mm 11,3 ± 1,2 mm
Minyak atsiri 15 11,0 ± 2,0 mm
11,0 ± 2,0 mm Kontrol basis gel
1,0 ± 1,7 mm Kontrol + gel Clindamycin
27,7 ± 2,3 mm 17,3 ± 0,6 mm
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa kontrol negatif dan kontrol basis gel tidak memberikan zona hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus
epidermidis dan Bacillus subtilis. Hal ini menandakan bahwa etanol dan material
formula gel tidak mempunyai daya antibakteri. Kontrol positif memberikan diameter yang lebih besar dari gel minyak kemangi, hal ini menandakan
Clindamycin phosphate memberikan kemampuan yang lebih baik daripada
minyak kemangi.
Tabel IX. Hasil uji distribusi normal data diameter zona hambat gel minyak atsiri daun kemangi terhadap
Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis
Bahan Staphylococcus epidermidis
Bacillus subtilis Kontrol -
- -
Sediaan gel dengan kandungan minyak
atsiri 15 TN
TN
Minyak atsiri 15 TN
TN
Kontrol basis gel
TN -
Kontrol + TN
TN Keterangan: N: Data normal;
TN: Data tidak normal -: Not available
Tabel X. Hasil post hoc test diameter zona daya hambat gel minyak atsiri
daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis
Bahan Kontrol
- Sediaan
gel Minyak
atsiri 15 Kontrol
basis gel Kontrol
+ Kontrol -
- BB
BB BTB
BB
Sediaan gel dengan kandungan minyak
atsiri 15 BB
- BTB
BB BB
Minyak atsiri 15 BB
BTB -
BB BB
Kontrol basis gel
BTB BB
BB -
BB
Kontrol + BB
BB BB
BB -
Keterangan: BB Berbeda Bermakna BTB Berbeda Tidak Bermakna
Daya hambat gel minyak atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus epidermidis
bila dibandingkan dengan minyak atsiri daun kemangi konsentrasi 15 tidak berbeda bermakna, dengan nilai p-value 0,05 Tabel X. Begitu pula
dengan daya hambat terhadap Bacillus subtilis, gel minyak atsiri daun kemangi dan minyak atsiri daun kemangi konsentrasi 15 tidak mengalami perbedaan
bermakna dengan nilai p-value 0,05 Tabel XI. Hal ini menandakan bahwa minyak atsiri daun kemangi yang diformulasikan dalam sediaan gel memiliki daya
hambat yang sama dengan minyak atsiri yang tidak dibuat sediaan.
Tabel XI. Hasil post hoc test diameter zona daya hambat gel minyak
atsiri daun kemangi terhadap Bacillus subtilis
Bahan Kontrol
- Sediaan
gel Minyak
atsiri 15 Kontrol
basis gel Kontrol
+ Kontrol -
- BB
BB BB
Sediaan gel dengan kandungan minyak
atsiri 15 BB
- BTB
BB BB
Minyak atsiri 15 BB
BTB -
BB BB
Kontrol basis gel BB
BB -
BB
Kontrol +
BB BB
BB BB
- Keterangan: BB Berbeda Bermakna
BTB Berbeda Tidak Bermakna Not available
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dirangkum bahwa uji difusi sumuran minyak atsiri daun kemangi terhadap Staphylococcus
epidermidis dan Bacillus subtilis didapatkan konsentrasi yang menghasilkan
diameter zona hambat terbesar adalah 15. Konsentrasi inilah yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan gel anti bau kaki. Nilai KHM dan KBM
yang didapatkan untuk Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis adalah
sama, yaitu 2 vv dan 2,5 vv. Sediaan gel anti bau kaki minyak atsiri daun kemangi memiliki perbedaan tidak bermakna dengan minyak kemangi 15,
karena nilai p-value 0,05. Hal ini menandakan bahwa aktivitas minyak atsiri daun kemangi dengan atau tanpa diformulasikan ke dalam sediaan memiliki
khasiat penghambatan terhadap Staphylococcus epidermidis dan Bacillus subtilis yang sama.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah minyak atsiri daun kemangi yang didapatkan belum murni dengan menggunakan natrium sulfat anhidrat, karena air
belum sepenuhnya terpisah dari minyak atsiri. Memperoleh minyak atsiri dari daun kemangi ini membutuhkan waktu yang sangat lama dan biaya yang cukup
besar, karena jumlah daun segar yang dibutuhkan sangat banyak. Pada pengujian daya antibakteri minyak kemangi secara difusi sumuran, kontrol positif yang
digunakan adalah minyak kemangi konsentrasi 100, seharusnya sebagai perbandingan digunakan contoh antibakteri yang sudah digunakan di pasaran.
Kontrol positif yang digunakan dalam uji daya antibakteri gel minyak atsiri daun kemangi yang digunakan adalah antibiotik sintetis, sebaiknya menggunakan
senyawa alam yang juga mempunyai daya antibakteri, seperti timol dan citral.
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN