12
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
penyimapanan  yang  baik  adalah  diruang  dingin,  baik  berupa cold  storage  maupun  lemari  pendingin.  Suhu  pada  ruang
dingin  biasanya  mendekati  ±  0 C,  sehingga  dapat  memper-
tahankan  kesegaran  buah  melon  Rukmana,  1994.  Sumber vitamin  C  sebagian  besar  berasal  dari  sayuran  dan  buah-
buahan.  Buah  yang  masih  mentah  lebih  banyak  kandungan vitamin  C-nya,  semakin  tua  buah  semakin  berkurang  kan-
dungannya Winarno, 1997.
Salah  satu  faktor  penyebab  kerusakan  bahan  pangan adalah  suhu,  hal  ini  dikarenakan  suhu  dapat  mempengaruhi
kelayuan dan laju kehilangan air, laju respirasi dan kecepatan reaksi  biokimia  serta  laju  pertumbuhan  mikroba  Budaraga,
1998.  Penyimpanan  pada  suhu  rendah  atau  penyimpanan dingin  chilling  storage  pada  umumnya  menggunakan  suhu
dibawah  150C  dan  diatas  titik  beku.  Pada  suhu  tersebut penurunan  mutu  buah-buahan  akan  dapat  dihambat,  karena
terhambatnya  laju  respirasi,  laju  kehilangan  air  bahan  dan reaksi  biokimia  serta  laju  pertumbuhan  mikroba  pada  bahan
yang disimpan Paramawati, 2001.
2.3.   Edible Coating
Edible  coating  adalah  lapisan  tipis  yang  dapat dikonsumsi yang digunakan pada makanan dengan cara pem-
bungkusan,  pencelupan,  penyikatan,  atau  penyemprotan untuk memberikan penahan yang selektif terhadap perpindah-
an gas, uap air dan bahan terlarut serta perlindungan terhadap kerusakan mekanis Fitryani, et al., 2010.
Pelapis  edibel  adalah  lapisan  tipis  dan  kontinu  yang dibuat  dari  bahan  yang  dapat  dimakan,  dibentuk  di  atas
komponen  makanan  yang  berfungsi  sebagai  penghambat terhadap transfer massa misalnya kelembapan, oksigen, lipid
dan zat terlarut dan atau sebagai carrier bahan makanan atau
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
13 aditif  dan  atau  untuk  meningkatkan  penanganan  makanan
Krocha, et al.,1992. Komponen  pelapis  edibel  dapat  dibagi  menjadi  tiga
golongan,  yaitu:  hidrokoloid,  lipid  dan  komponen  campuran- nya.  Hidrokoloid  yang  cocok  diantaranya  adalah  protein,
derivat  sellulosa,  alginat,  pektin,  pati  dan  polisakaridanya. Lipid  yang  cocok  adalah  lilin,  asilgliserol  dan  asam  lemak.
Pelapis  campuran  dapat  berbentuk  bilayer,  di  mana  lapisan yang  satu  hidrokoloid  bercampur  dalam  lapisan  hidrofobik
Paramawati, 2001.
Berbagai  film  yang  mempunyai  sifat  larut  air  sangat cocok untuk jenis  makanan  yang  praktis  atau dikenal  dengan
convenience  foods.  Sebagai  contoh  adalah  polivinil  alkohol dan  beberapa  derivat  selulosa,  polisakarida  lain  amilosa
serta kolagen.  Amilosa  film  yang dibuat dari  pati  jagung  yang banyak  dimakan  banyak  digunakan  sebagai  pembungkus
permen.  Kemasan  yang  dapat  dimakan  ini  dikenal  dengan nama  edilpex  Syarief  dan  Irawati,  1988.  Pelapisan  atau
coating  tidak  hanya  melapisi  metal  dari  korosi,  tetapi  juga mencegah kontak antara makanan dengan logam yang dapat
menghasilkan  warna  atau  cita  rasa  yang  tidak  diinginkan. Sebagai  contoh  misalnya  warna  hitam  yang  dihasilkan  dari
reaksi  antara  besi  atau  timah  dengan  sulfida  pada  makanan yang  berasam  rendah  atau  pemucatan  pigmen  merah  pada
sayuran  atau  buah-buahan  misalnya  bit  atau  anggur  karena reaksi  dengan  baja,  timah  dan  aluminium.  Bahan  yang
digunakan  sebagai  pelapis  adalah  oleoresin,  zat  penolik, polibutadiena, epon, vinil dan malam honey wax. Yang paling
banyak digunakan adalah oleoresin dan hampir semua pelapis dibuat  dari  pelapis  buatan  sintetik  Winarno,  et  al.,  1980.
Aplikasi  dari  edible  film  atau  edible  coating  dapat  dikelom- pokkan atas :
1. Sebagai kemasan primer dari produk pangan.
14
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Contoh  dari  penggunaan  edible  film  sebagai  kemasan primer adalah pada permen, sayur-sayuran dan buah-buahan
segar, sosis, daging dan produk hasil laut. 2.
Sebagai barrier. Penggunaan edible film sebagai barrier dapat dilihat dari
contoh-contoh berikut : Gellan gum yang direaksikan dengan garam mono atau
bivalen  yang  membentuk  film,  diperdagangkan  dengan  nama minyak  pada  bahan  pangan  yang  digoreng,  sehingga  meng-
hasilkan  bahan  dengan  kandungan  minyak  yang  rendah.  Di Jepang  bahan  ini  digunakan  untuk  menggoreng  tempura.
Edible  coating  yang  terbuat dari  zein  protein  jagung dengan nama  dagang  Z`coat  TM  Cozean  dari  Zumbro  Inc.,  Hayfielf,
MN  terdiri  dari  zein,  minyak  sayuran,  BHA,  BHT  dan  eti lakohol,  digunakan  untuk  produk-produk  konfiksionari  seperti
permen  dan  cokelat.  Fry  Shield  yang  dipatenkan  oleh  Kerry Ingradient,  Beloit,  WI  dan  Hercules,  Wilmington,  DE,  terdiri
dari pektin, remah-remahan roti dan kalsium, digunakan untuk mengurangi  lemak  pada  saat  penggorengan,  seperti  pada
penggorengan  french  fries.  Film  Zein  dapat  bersifat  sebagai barrier  untuk  uap  air  dan  gas  pada  kacang-kacangan  atau
buah-buahan,  diaplikasikan  pada  kismis  untuk  sereal  dan sarapan siap santap ready to eat-breakfast cereal.
3. Sebagai pengikat Binding. Edible  film  juga  dapat  diaplikasikan  pada  snack  atau
crackers yang diberi bumbu yaitu sebagai pengikat atau adesif dari  bumbu  yang  diberikan  agar  dapat  lebih  merekat  pada
produk. Pelapisan ini bergunak untuk mengurangi lemak pada bahan yang dengan penambahan bumbu.
4. Sebagai Pelapis Glaze.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
15 Edible  film  dapat  bersifat  pelapis  untuk  meningkatkan
penampilan  dari  produk-produk  bakery,  yaitu  untuk  meng- gantikan palapisan dengan telur.
2.4.   Cara Uji Gula