“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
7
2.1. Kesesuaian Lahan Melon
Wilayah sentra produksi melon di Jawa Timur terutama Nganjuk, Madiun dan Ngawi akhir-akhir ini mengalami
penurunan kadar gula yang berdampak pada kurang laku jual dan tidak tahan simpan. Mengingat hal tersebut dipandang
sangat perlu untuk diadakannya penelitian karakteriatik lahan dalam kaitannya dengan karakteristik kimia buah melon di tiga
wilayah sentra produksi melon tersebut.
1. Faktor lingkungan iklim dan geomorfologi sangat ber-
pengaruh pada
tingkat kesesuaian
lahan dan
pertumbuhan serta produksi buah melon. 2.
Karakteristik lahan geomorfologi, fisik, kimia dan biologi menentukan kualitas lahan dan tingkat kesuburan tanah
yang berhubungan dengan produksi dan karakteristik kimia buah melon.
3. Karakteristik lingkungan dan lahan akan mempengaruhi
perbedaan karakteristik kimia buah di tiga wilayah sentra produksi melon.
Setelah diketahui karaktersitik lingkungan dan lahan yang berpengaruh pada karakteriatik kimia buah dapat
dimanipulasi untuk peningkatan kualitas buah sehingga penampilan, kadar gula dan daya tahan buah dapat
ditingkatkan.
Pada mulanya tanaman melon Cucumis melo L. di Kabupaten Nganjuk, Madiun dan Ngawi disekitar tahun 1998
dibudidayakan disamping memang mempunyai nilai ekonomis tinggi namun juga mempunyai tujuan sebagai tanaman
alternatif untuk dirotasikan dengan tanaman bawang merah,
8
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
karena pada saat itu usaha tani Bawang Merah dihadapkan pada masalah gangguan OPT yang sulit dikendalikan.
Pada umumnya melon ditanam pada awal musim kemarau, karena kondisi iklim pada musim kemarau lebih
menguntungkan dibanding musim hujan Rukmana, 1994. Untuk pertumbuhan optimal, melon membutuhkan kondisi
iklim yang sesuai, yakni suhu udara yang tinggi dan relatif kering, dan sinar matahari penuh Work and Carew,1970.
Kondisi optimal tersebut lebih mudah dipenuhi pada musim kemarau. Namun, melon juga sering ditanam pada musim
hujan. Hal ini dapat diamati di daerahdaerah sentra produksi melon di Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Jawa Barat
Pada tahun 2002 di desa Kutorejo, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk mendapat program SIBERMAS untuk
T.A.20022003-T.A.20042005 yang
bertujuan menggali
potensi guna memberdayakan masyarakat di wilayah tersebut, dimana potensi unngulan dibidang pertanian adalah
tanaman melon dan bawang merah.
Dalam perkembangannya tanaman melon ternyata mempunyai nilai keuntungan yang lebih tinggi dibanding
tanaman bawang merah, kemudian budidayanya berkembang di kecamatan Bagor dan Tanjunganom, dan sekarang
komoditi ini sedang menjadi incaran petani. Akan tetapi muncul permasalahan kualitas tanaman melon yang berkadar
gula yang terlalu rendah dan tidak tahan simpan Purwadi, 2002.
Petani sering membudidayakan Melon sepanjang tahun, baik musim kemarau maupun musim hujan. Hal ini didorong
oleh karena adanya permintaan pasar akan buah Melon secara terus menerus sepanjang tahun dan keinginan petani
untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Dibanding musim kemarau, pada musim hujan suhu udara menurun,
kelembaban udara relatif meningkat lebih basah, radiasi
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
9 matahari dan panjang penyinaran berkurang karena cuaca
sering berawan. Dengan demikian kondisi iklim pada musim hujan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan Melon dan
dapat menurunkan hasil, baik kuantitas maupun kualitas. Selain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman Melon juga ditentukan oleh faktor genetik, yakni varietas yang ditanam.
Berdasarkan kenyataan diatas maka perlu dikaji faktor- faktor yang menyebabkan kadar gula melon tersebut rendah.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar gula menjadi rendah adalah status unsur hara yang tersedia
didalam tanah. Apakah unsur hara yang menjadi persyaratan tumbuh melon tersebut dalam keadaan rendah, sedang atau
tinggi dan faktor-faktor lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas tanaman melon. Dengan melihat dan
mempelajari semua sifat-sifat tanah sifat geomorfologi, Fisika tanah, biologi dan sifat kimia dan faktor agroekologi wilayah
tersebut, diharapkan dapat menjawab permasalahan tersebut diatas.
Hasil Penelitian Wijayani, Siswanto, dan Purwadi, 2007 membuktikan bahwa kualitas buah melon sangat dipengaruhi
oleh kandungan Kalium dan Magnesium di dalam tanah, terutama kadar gula buah melon. Lebih lanjut hasil penelitian
Rohmawati, dkk. 2007, menunjukkan bahwa 1 teknik uji cepat analisis jaringan tanaman dengan menggunakan daun
segar dapat dijadikan salah satu alternatif untuk pengujian status unsur hara fosfor dan kalium, tetapi tidak untuk
pengujian status unsur hara nitrogen pada tanaman melon Cucumis melo L., 2 pemberian dosis pupuk urea, TSP, dan
KCl meningkatkan diameter batang, tingkat kehijauan daun, kandungan nitrogen, bobot buah, volume buah, kandungan
asam bebas, vitamin C, dan tingkat kemanisan buah, dan 3 perlakuan ½ x dosis anjuran P1 menunjukkan hasil yang
10
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
cenderung lebih baik pada bobot buah, diameter dan ketebalan buah, kandungan vit. C.
2.1. Kandungan Gizi Buah Melon