“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         29
Hasil  penelitian  tahap  I  menunjukkan  bahwa  daerah penelitian  memiliki  kandungan  bahan  organik  sangat  rendah,
kadar  kalium  yang  rendah  sedangkan  ketersediaan  kalsium dan  magnesium  sedang.  Karena  ketersediaannya  sebagai
pembatas  tidak  permanen  maka  ketiga  parameter  tersebut pada  penelitian  tahap  kedua  II  dijadikan  perlakuan  untuk
meningkatkan kadar gula buah melon di Kabupaten Nganjuk.
Berdasarkan hasil pengamatan percobaan lapangan dan data  analisa  laboratorium  dari  penelitian  tahap  I  dan
pengukuran paramaeter pada masing-masing perlakuan pada penelitian  tahap  II,  selanjutnya  dilakukan  pembahasan
pengaruh  perlakunan  pada  peningkatan  produksi,  kadar  gula dan  kualitas  buah.  Demikian  juga  faktor-faktor  yang
mempengaruhi produksi, kadar gula dan kualitas buah.
4.1.  Karakterstik Tanah
Pengamatan terhadap parameter tanah dalam penelitian ini  meliputi  parameter  fisik  dan  kimia  tanah  yang  dilakukan di
lapang  dan  di  laboratorium.  Parameter  fisik    tanah  hanya menekankan  pada  tekstur  tanah  karena  sifat  ini  sangat
mempengaruhi sifat-sifat fisik dan kimia yang lain. Selain sifat fisik tanah, untuk melihat pengaruh pemberian bahan organik,
pupuk  kalium  dan  dolomit  juga  dilakukan  analisa  kimia  tanah seperti  pH,  kadar  bahan  organik,  K,  Ca,  Mg  dan  Kapasitas
Tukar Kation pada pertengahan pertumbuhan tanaman melon 3 Minggu Setelah TanamMST.
30 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
4.1.1.  Karakteristik Fisik Tanah Sedangkan  pengukuran  parameter  kimia  tanaman
dilakukan  pada  saat  tanaman  mulai  berbunga  dengan menggambil  daun-daun  dewasa  batang  utama  pada  masa
pertumbuhan  awal  sebelum  terbentuk  buah  untuk  dianalisa kadar  kalium  tanaman, magnesium  tanaman  dan menghitung
tingkat  serapan  kedua  hara  tersebut  dari  dalam  tanah  ke tubuh tanaman Jacobs, 2008.
Pengukuran  parameter  fisik  dilakukan  pada  saat  se- belum tanam sebelum pengolahan tanah yang diikuti dengan
pengukuran parameter kimia sebagai analisa dasar Lampiran 1.  Analisa  dasar  dilakukan  untuk  melihat  potensi  lahan
sebelum  ada  perlakuan  bahan  organik,  pupuk  kalium  dan dolomit.    Disamping  dari  hasil  pengukuran  setempat  in  situ
data  potensi  lahan  juga  didasarkan  dari  hasil  pengukuran pada  penelitian  tahap  pertama  I  yaitu  tekstur  tanah.  Hasil
analisa  tekstur  tanah  daerah  penelitian  disajikan  pada  Tabel 4.1.
Tabel  4.1.    Hasil  Analisa  Tekstur  Tanah Lapisan  Atas  0  -  30 cm Daerah penelitian
Ulangan Pasir  Debu
Liat Tekstur
I 20.0
63.0 17.0  Lempung Berdebu
II 20.0
56.0 24.0  Lempung Berdebu
III 27.0
54.0 19.0  Lempung Berdebu
IV 16.0
58.0 26.0  Lempung Berdebu
V 26.0
57.0 17.0  Lempung Berdebu
Tabel  4.1.  menunjukkan  bahwa  tekstur  tanah  daerah penelitian  adalah  lempung  berdebu  dengan  persentase  fraksi
pasir,  debu  dan  liat  seimbang.    Tekstur  tanah  kelompok lempung  menggambarkan  bahwa  ruang  yang  diduduki  oleh
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         31
udara  dan  air  sekitar  40  sampai  50.    Ruang  ini  sangat bermanfaat untuk pertukaran gas dalam tanah dan pergerakan
air.  Selain  itu  akan  memudahkan  akar-akar  tanaman menembus tanah Utomo, 1985.
Tekstur  tanah  ditinjau  dari  bidang  pertanian  sangat penting  peranannya.  Tekstur  tanah  mempunyai  pengaruh
besar  terhadap  sifat  tanah  yang  lain  seperti  ketersediaan unsur  hara,  ruang  pori  tanah  dan  ketahanan  penetrasi.
Menurut  Indranada  1983,  tanah  bertekstur  lempung mempunyai  luas  permukaan  zarah  yang  sedang,  sehingga
kemampuan tanah menahan air dan menyediakan unsur hara cukup.    Namun  demikian  tanah  bertekstur  sedang  ini  juga
mempunyai  sistem  pergerakan  air  dan  udara  cukup  baik.  Hal ini disebabkan karena perbandingan antara pori mikro dengan
pori makro yang seimbang Soepardi, 1983.
Dari  tabel  4.1  di  atas  kelas  tekstur  lempung  berdebu mempunyai kandungan partikel liat sebesar 20.6.  Meskipun
hanya  20.6  partikel  liat  inilah  yang  memegang  peranan penting dalam komplek jerapan dan penyanggaan hara dan air
yang sangat dibutuhkan tanaman pada saat pertumbuhannya.
4.1.2.  Parameter Kimia Tanah Seperti  yang  dijelaskan  di  atas  bahwa  parameter  kimia
yang  analisa  adalah  yang  ada  hubungannya  dengan peningkatan  produksi  dan  kadar  gula  buah  melon  serta
menjadi  pembatas  pada  analisis  kesesuaian  lahan  untuk tanaman  melon  dalam  penelitian  tahap  I.    Parameter  kimia
tanah tersebut adalah:
4.1.2.1.  pH Tanah. pH  tanah  aktual  atau  sering  disebut  pHH
2
O  mengin- dikasikan  besarnya  konsentrasi  ion  H
+
dalam  larutan  tanah.
32 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tinggi rendahnya konsentrasi ion H
+
dalam larutan tanah akan mempengaruhi  keseimbangan  reaksi  kimia  tanah  Tan,  1982
dan  ketersediaan  unsur  hara  dan  kapasitas  tukar  kation  atau kapasitas  tukar  anion  Indranada,  1983  dan  Supardi,  1983.
Hasil  pengukuran  pH  tanah  pada  3  MST  minggu  setelah tanam di tiap-tiap plot disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2.  Nilai pH Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan pada 3 HST.
No Perlakuan
pH H
2
O No
Perlakuan pH H
2
O 1
B1K1CM1 6.0
19 B3K1CM1
6.8 2
B1K1CM2 6.4
20 B3K1CM2
6.4 3
B1K1CM3 6.1
21 B3K1CM3
7.0 4
B1K2CM1 6.4
22 B3K2CM1
6.6 5
B1K2CM2 6.2
23 B3K2CM2
7.0 6
B1K2CM3 6.2
24 B3K2CM3
6.2 7
B1K3CM1 6.2
25 B3K3CM1
7.0 8
B1K3CM2 6.7
26 B3K3CM2
6.7 9
B1K3CM3 6.0
27 B3K3CM3
7.0 10  B2K1CM1
6.1 28
B4K1CM1 6.9
11  B2K1CM2 6.9
29 B4K1CM2
7.2 12  B2K1CM3
7.1 30
B4K1CM3 6.9
13  B2K2CM1 6.5
31 B4K2CM1
6.8 14  B2K2CM2
6.7 32
B4K2CM2 7.1
15  B2K2CM3 6.6
33 B4K2CM3
6.6 16  B2K3CM1
6.6 34
B4K3CM1 7.2
17  B2K3CM2 7.4
35 B4K3CM2
7.0 18  B2K3CM3
6.4 36
B4K3CM3 7.2
Minimum 6.0
Maksimum 7.4
Rerata 6.6
Tabel  4.1.  di  atas  memperlihatkan  pengukuran  nilai  pH tanah  di  tiap-tiap  plot  percobaan  bervariasi  dengan  nilai  pH
tertinggi  7.4  dan  terendah  6.0.    Dari  tabel  tersebut  terlihat bahwa pH tanah daerah penelitian rata-rata 6.6 dengan variasi
0.15. Variasi nilai pH tanah yang kecil ini menunjukkan bahwa
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         33
kapasitas  menyangga  tanah  cukup  baik.    Tanah  tidak  hanya menyangga  perubahan  pH  tetapi  juga  menyangga  unsur-
unsur hara dalam tanah pada saat berlebihan di ikat dan pada kondisi kekurangan dilepaskan ke larutan tanah Tan, 1982.
Analisis  varian  pemberian  bahan  organik,  dosis  kalium dan  dosis  dolomit  sebagai  perlakuan  belum  menunjukkan
adanya  pengaruh  yang  signifikan  pada  perubahan  nilai  pH tanah pada taraf p = 0.05 Lampiran 3 Tabel 1.  Tetapi faktor
bahan  organik  secara  signifikan  pada  perubahan  nilai  pH tanah.  Hasil  uji  LSD  Least  Square  Different  pada  taraf  5
pada faktor dosis bahan organik disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel  4.3.    Pengaruh  Dosis  Bahan  Organik  pada  Nilai  pH H
2
O pada 3 MST Faktor
Dosistonha pH H2O
B1 6.22  a
B2 10
6.68  b B3
20 6.72  c
B4 30
6.96  d LSD 5 =
0.40
Gambar  4.1.    Histogram    pH  H
2
O  Masing-Masing  Plot Perlakuan
5.5 6.0
6.5 7.0
7.5
B1 C
M 1
B1 C
M 2
B1 C
M 3
B2 C
M 1
B2 C
M 2
B2 C
M 3
B3 C
M 1
B3 C
M 2
B3 C
M 3
B4 C
M 1
B4 C
M 2
B4 C
M 3
p H
H
2
O
Perlakuan
34 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel  4.1.  menunjukkan  bahwa  penambahan  dosis bahan  organik  sampai  30  tohha  nilai  pH  tanah  meningkat.
Sedangkan  gambar  4.1  menunjukkan  bahwa  perlakuan  kom- binasi dosis pupuk kandang dan dosis dolomit memperlihatkan
kecenderungan bertambahknya dosis pupuk kandang nilai pH naik,  keculai  pada  perlakuan  B2CM1  menunjukkan  penam-
bahan  pH  tanah  tertinggi  kedua  setelah  perlakuan  B4CM2. Tingginya  nilai  pH  pada  perlakuan  B2CM1  10  tonha  ini
dimungkinkan akibat pengambilan contoh tanah untuk analisa kimia  pada  plot  tersebut  tepat  pada  daerah  yang  proses
pencampuran  pupuk  kandang  tidak  merata  kesemua  bagian plot.
Bertambahnya  nilai  pH  yang  ditunjukkan  oleh  tabel  4.2 dan  gambar  3  ini  disebabkan  karena  pupuk  kandang  yang
diberikan  pada  saat  pengolahan  tanah  setelah  3  MST  telah mengalami  dekomposisi  akan  menghasilkan  bahan  stabil
berupa humus dan asam-asam organik Povoledo and Golter- man,  1975.    Humus  dan  asam-asam  organik  mempunyai
banyak  gugus  fungsional  yang  tidak  stabil  dalam  bentuk  ion karbonil,  ion  fenolik,  atau  ion  karboksil.  Adanya  ion-ion  dari
asam  organik  tersebut  akan  membentuk  kesetimbangan dengan ion H
+
dalam larutan tanah, akibatnya konsentrasi ion H
+
dalam larutan tanah berkurang dan pH tanah menjadi naik. Kebutuhan  suatu  jenis  tanaman  terhadap  pH  tanah
berbeda-beda  pada  beberapa  tingkat  kemasaman.  Keadaan ini  diduga  karena  toleransi  tanaman  terhadap  kepekatan  ion
H
+
dan  ion  beracun  lain  berbeda-beda  pula.  Pengaruh  pH dapat  di  tolerir  bila  unsur hara dalam kesetimbangan  optimal.
Demikian  pula  tanaman  melon,  untuk  pertumbuhan  optimal membutuhkan  kondisi  pH  tanah  antara  masam  hingga  agak
masam  5,8  -  6,8  Deptrans,  1984  dalam  Sitorus.  1989. Dengan demikian maka kondisi pH tanah di daerah penelitian
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         35
cenderung  lebih  tinggi  dari  kondisi  optimum  untuk  tanaman melon walaupun tidak terlalu ekstrim.
4.1.2.2.  Bahan Organik Tanah. Salah  satu  tolok  ukur  tingkat  kesuburan  kimia  tanah
adalah  tinggi  rendahnya  kadar  bahan  organik  tanah.    Tanah dikatakan  subur  jika  memiliki  kandungan  bahan  organik
minimal  ≥  2.00.    Sebagai  bahan  penyusun  tanah  dengan proposrional  kecil,  namun  peran  dan  fungsinya  sangat
penting.    Kadar  bahan  organik  yang  rendah  akan menyebab- kan  daya  sangga  tanah  pada  unsur  hara  dan  air  tersedia
menurun Supardi, 1983 dan Utomo, 1985.
C-organik  tanah  mencerminkan  jumlah  bahan  organik dan  mikroba  yang  ada  dalam  tanah  hasil  dari  pemberian  pu
masing-masing  plot  sebelum  tanam.    Meskipun  persentase dari  bahan  organik  dalam  tanah  kecil  bila  dibandingkan
dengan
bahan penyusun
tanah yang
lain, namun
keberadaanya  sangat  penting  dan  tidak  bisa  diabaikan. Bahan  organik  dalam  tanah  berfungsi  sebagai  penyangga
segala  aktifitas  dalam  tanah  Sulistijorini,  2006  dan  Supardi, 1983.
Hasil  pengukuran  kadar  bahan  organik  tanah  pada masing-masing  plot  perlakuan  pada  tanaman  umur  3  MST
disajikan dalam Tabel 4.3.
36 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.3.  Kadar Bahan Organik Tanah Tiap-Tiap Plot Perlakuan pada Tanaman Umur 3 MST.
No  Perlakuan C-
Org
Kriteria No  Perlakuan
C-
Org
Kriteria 1  B1K1CM1
1.24 R
19  B3K1CM1 1.11
R 2  B1K1CM2
1.25 R
20  B3K1CM2 1.13
R 3  B1K1CM3
1.26 R
21  B3K1CM3 1.10
R 4  B1K2CM1
1.11 R
22  B3K2CM1 0.88
SR 5  B1K2CM2
0.68 SR
23  B3K2CM2 1.10
R 6  B1K2CM3
1.10 R
24  B3K2CM3 1.12
R 7  B1K3CM1
1.05 R
25  B3K3CM1 1.14
R 8  B1K3CM2
1.13 R
26  B3K3CM2 1.10
R 9  B1K3CM3
1.23 R
27  B3K3CM3 0.99
SR 10  B2K1CM1
1.32 R
28  B4K1CM1 1.10
R 11  B2K1CM2
1.24 R
29  B4K1CM2 1.20
R 12  B2K1CM3
0.98 SR
30  B4K1CM3 1.51
R 13  B2K2CM1
0.99 SR
31  B4K2CM1 1.23
R 14  B2K2CM2
0.93 SR
32  B4K2CM2 1.13
R 15  B2K2CM3
1.14 R
33  B4K2CM3 1.26
R 16  B2K3CM1
1.10 R
34  B4K3CM1 1.13
R 17  B2K3CM2
1.11 R
35  B4K3CM2 1.51
R 18  B2K3CM3
1.30 R
36  B4K3CM3 0.04
SR Minimum
0.04 Maksimum
1.51 Rata-rata
1.11 R
Kandungan  C-organik  tanah  termasuk  kelas  sangat rendah  pada  perlakuan    B1K2CM2,  B2K1CM3,  B2K2CM1,
B2K2CM2,  B3K2CM1,  B3K3CM3,  B4K3CM3,  0.04  - 0.99,    dan  perlakuan  yang  lain  termasuk  rendah  1.05  -
1.51.
Tiga  minggu  setelah  tanam  MST  terlihat  bahwa kandungan  C-organik  tanah  rata-rata  termasuk  rendah
1.11  namun  masih  lebih  besar  bila  dibandingkan  hasil pengukuran  C-organik  pada  saat  sebelum  ada  perlakukan
bahan  organik  0.69  atau  meningkat  sebesar  0.42.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         37
Peningkatan  kadar  C-organik  ini  disebabkan  oleh  adanya perlakuan pupuk kandang sampai 30 tonha.
Analisis  varian  pada  perlakuan  serta  faktor-faktor penyusun  perlakuan  belum  memberikan  pengaruh  yang
signifikan  pada  kadar  C-organik  tanah  Lampiran  3  Tabel  2. Hal  ini  bisa  dilihat  dari  tabel  4.3    dan  gambar  4.2  yang
menunjukkan  bahwa  kadar  C-organik  tanah  dalam  kategori sangat  rendah dan  rendah. Rendahnya kandungan  C-organik
tanah ini disebabkan oleh karena tidak ada sumbangan bahan organik  kedalam  tanah  pada  sistim  usaha  tani  sebelumnya
dan  hasil  panen  pada  lahan  tersebut  semua  diangkut  keluar lahan  Sulistijorini,  2006.    Hal  ini  dikuatkan  oleh  sebagian
besar  petani  melon  enggan  menggunakan  bahan  organik dengan  alasan  bahan  organik  merupakan  sumber  hama  dan
penyakit yang sulit dikendalikan.
Gambar 4.2.  Histogram  C-Organik Tanah Masing- Masing Plot Perlakuan
4.1.2.3. Kalium Dapat Ditukar Kalium  merupakan  unsur  hara  makro  sekunder  yang
dubutuhkan  oleh  tanaman  untuk  proses  tranlokasi  gula  hasil fotosisntesis ke seluruh tubuh tanaman atau ke tempat-tempat
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1.0 1.1
1.2 1.3
1.4
B 1
C M
1 B
1 C
M 2
B 1
C M
3 B
2 C
M 1
B 2
C M
2 B
2 C
M 3
B 3
C M
1 B
3 C
M 2
B 3
C M
3 B
4 C
M 1
B 4
C M
2 B
4 C
M 3
C -O
rg a
n ik
T a
n a
h
Perlakuan
38 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
penyimpanan  Hari  Suseso,  1974.    Pada  tanaman  melon kekurangan  unsur  hara  ini  menyebabkan  buah  tidak  terasa
manis.
Hasil analisa Kalium tanah laboratorium tanah pada plot perlakuan  saat  tanaman  umur  3  minggu  3  MST  disajikan
dalam  Tabel  4.    Tabel  4  menunjukkan  bahwa  kandungan  K tersedia  seluruh  plot  perlakuan  beragam  dari  sedang  sampai
sangat  tinggi.  Takaran  sedang,  didapat  pada  perlakuan B1K1CM2,  B3K3CM1,  dan  B4K1CM3  0.25  dan  0.50
me100g,
sangat tinggi
pada perlakuan
B1K2CM1, B2K1CM1,  B2K1CM3,  B2K2CM2,  B2K2CM3,  B3K1CM1,
B3K1CM2, B3K1CM3, B3K3CM3, dan B4K3CM2 0.90 - 1.85 me100 g. Sedangkan pada perlakuan B1K1CM1, B1K1CM2,
B1K2CM2,  B1K2CM3,  B1K3CM1,  B1K3CM2,  B1K3CM3, B2K1CM2,  B2K2CM1,  B2K3CM1,  B2K3CM2,  B2K3CM3,
B3K2CM1,  B3K2CM2,  B3K2CM3,  B3K3CM2,  B4K1CM1, B4K1CM2,  B4K2CM1,  B4K2CM2,  B4K2CM3,  B4K3CM1,  dan
B4K3CM3 termasuk tinggi  0.55 - 0.90 me100 g.
Tabel  4.4  juga  memperlihatkan  bahwa  rata-rata  kalium dapat  ditukar  seluruh  plot  penelitian  sebesar  0.82  me100g
dengan  variasi  sebaran  kalium  dapat  ditukar  sebesar    0.12 me100 g.
Tabel  4.4.    Kadar  Kalium  Dapat  Ditukar  Masing-Masing  Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.
No  Perlakuan K
dd
me100g Kriteria
No  Perlakuan K
dd
me100g Kriteria
1  B1K1CM1 0.70
T 19  B3K1CM1
1.25 ST
2  B1K1CM2 0.60
T 20  B3K1CM2
1.00 ST
3  B1K1CM3 0.35
S 21  B3K1CM3
1.00 ST
4  B1K2CM1 1.05
ST 22  B3K2CM1
0.55 T
5  B1K2CM2 0.60
T 23  B3K2CM2
0.65 T
6  B1K2CM3 0.85
T 24  B3K2CM3
0.80 T
7  B1K3CM1 0.55
T 25  B3K3CM1
0.50 S
8  B1K3CM2 0.65
T 26  B3K3CM2
0.75 T
9  B1K3CM3 0.65
T 27  B3K3CM3
1.35 ST
10  B2K1CM1 1.85
ST 28  B4K1CM1
0.70 T
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         39
11  B2K1CM2 0.65
T 29  B4K1CM2
0.70 T
12  B2K1CM3 1.85
ST 30  B4K1CM3
0.25 S
13  B2K2CM1 0.90
T 31  B4K2CM1
0.85 T
14  B2K2CM2 1.05
ST 32  B4K2CM2
0.60 T
15  B2K2CM3 0.90
ST 33  B4K2CM3
0.55 T
16  B2K3CM1 0.65
T 34  B4K3CM1
0.55 T
17  B2K3CM2 0.90
T 35  B4K3CM2
1.05 ST
18  B2K3CM3 0.75
T 36  B4K3CM3
0.85 T
K
dd
= Kalium dapat ditukar Maksimum
1.85 Minimum
0.25 Rata-rata
0.82 T
Analisis  varian  pada  perlakuan  dan  faktor-faktor  pe- nyusun  perlakuan  memperlihatkan  bahwa  pemberian  pupuk
kandang,  kalium  dan  dolomit  belum  berpengaruh  secara signifikan pada peningkatan kadar kalium dapat ditukar dalam
tanah  pada  3  MST.    Tetapi  bila  dibandingkan  dengan  hasil pengukuran  Kdd  awal  menunjukkan  adanya  peningkatan
sebesar 71.95.
Pupuk kandang yang ditambahkan pada saat pengolah- an  tanah  sampai  30  tonha  ternyata  memberikan  pengaruh
yang  signifikan  pada  peningkatan  kadar  kalium  tanah Lampiran  3  Tabel  3.  Uji  LSD  5  pada  faktor  dosis  pupuk
kandang  terhadap  nilai  K
dd
disajikan  dalam  Tabel  4.5. Sedangkan  status  K
dd
masing-masing  perlakuan  disajikan dalam gambar 4.3.
Tabel  4.5  dan  gambar  4.3  menunjukkan  bahwa perlakuan  B2K1  menunjukkan  kadar  Kdd  paling  tinggi  diikuti
oleh  perlakuan  B4K2  dan  yang  paling  rendah  adalah perlakuan  B4K1.    Perlakuan  B2K1  yang  tinggi  ini  diduga
karena  adanya  penambahan  pupuk  kalium  pada  plot perlakuan pada saat tanaman umur 2 MST dan kalium dalam
tanah belum seluruhnya terserap oleh tanaman sehingga pada saat pengukuran 3 MST  kadar K
dd
menjadi tinggi.
40 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.5.  Uji Least Square Different Taraf 5 K
dd
me100g Akibat  Faktor  Dosis  Pupuk  Kandang  pada
Tanaman Melon Umur 3 MST.
Faktor Dosis
tonha Kdd me100g
B1 0.67  a
B4 10
0.68  a B3
20 0.87  a
B2 30
1.06  b LSD 5
0.27
Gambar 4.3.  Histogram  K
dd
Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan
Ditinjau  dari  kebutuhan  tanaman  melon,  kandungan unsur  K  diseluruh  plot  perlakuan  pada  3  MST  merupakan
takaran  tinggi.  Dengan  takaran  ini  menunjukkan  bahwa  pada saat  pertumbuhan  dan  pengisian  buah  ketersediaan  K  tidak
menjadi kendala, sehingga proses tranlokasi gula dari daun ke seluruh  tubuh  tanaman  dan  ke  bagian  penyimpanan  tidak
terhambat Hari Suseno, 1974.
4.1.2.4.  Magmesium Dapat Ditukar Magnesium  merupakan  unsur  hara  makro  tersier  yang
dubutuhkan  oleh  tanaman  untuk  menyusun  inti  klorofil  yang
0.00 0.50
1.00 1.50
B1K1 B1K2
B1K3 B2K1
B2K2 B2K3
B3K1 B3K2
B3K3 B4K1
B4K2 B4K3
K
dd
m e
10 0g
Perlakuan
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         41
sangat  berperan  penting  dalam  fotosisntesis  Hari  Suseso, 1974.
Berdasarkan  hasil  analisa  laboratorium,  kandungan  Mg tersedia  di  plot  perlakuan  pada  3  MST  menunjukkan  takaran
tinggi  sampai  sangat  tinggi.  Ketersediaan  Mg  sangat  tinggi pada perlakuan B1K3CM3, B2K1CM2, dan B4K1CM3  8.50  -
9.50 me Mg
2+
100g dan tinggi pada perlakuan lainnya 3.00 - 7.95 me Mg
2+
100g.  Sedangkan rata-rata takaran Mg
dd
untuk seluruh perlakuan sebesar 6.35 me Mg
2+
100g dengan variasi kadar  Mg
dd
sebesar  1.98.    Kadar  Mg
dd
terendah  pada Perlakuan B2K2CM1 sebesar 3.00 me Mg
2+
100g dan tertinggi pada perlakuan B4K1CM3 sebesar 9.50 me Mg
2+
100g. Tabel  4.6.    Kadar  Magnesium  Dapat  Ditukar  Masing-Masing
Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.
No  Perlakuan Mg
dd
me100g Kriteria
No  Perlakuan Mg
dd
me100g Kriteria
1  B1K1CM1 6.20
T 19  B3K1CM1
6.40 T
2  B1K1CM2 7.55
T 20  B3K1CM2
4.50 T
3  B1K1CM3 5.90
T 21  B3K1CM3
6.80 T
4  B1K2CM1 3.05
T 22  B3K2CM1
5.90 T
5  B1K2CM2 6.30
T 23  B3K2CM2
6.50 T
6  B1K2CM3 4.40
T 24  B3K2CM3
6.80 T
7  B1K3CM1 5.95
T 25  B3K3CM1
5.35 T
8  B1K3CM2 6.20
T 26  B3K3CM2
6.50 T
9  B1K3CM3 9.10
ST 27  B3K3CM3
6.60 T
10  B2K1CM1 7.95
T 28  B4K1CM1
5.10 T
11  B2K1CM2 8.50
ST 29  B4K1CM2
7.25 T
12  B2K1CM3 5.80
T 30  B4K1CM3
9.50 ST
13  B2K2CM1 3.00
T 31  B4K2CM1
7.00 T
14  B2K2CM2 6.30
T 32  B4K2CM2
7.00 T
15  B2K2CM3 7.60
T 33  B4K2CM3
7.30 T
16  B2K3CM1 6.65
T 34  B4K3CM1
6.20 T
17  B2K3CM2 6.55
T 35  B4K3CM2
7.20 T
18  B2K3CM3 4.80
T 36  B4K3CM3
4.80 T
Mg
dd
= Kalium dapat ditukar Maksimum
9.50 Minimum
3.00 Rata-rata
6.35 T
42 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel  4.6  memperlihatkan  bahwa  kadar  Mg
dd
pada  3 MST  terlihat  lebih  tinggi  bila  dibandingkan  pada  awal
penelitian  0.63  me  Mg
2+
100g,  ini  menunjukkan  bahwa magnesium  yang  ditambahkan  dari  dolomit  menambah
ketersediaan  Mg
2+
dalam  tanah  sebesar  5.73    me  Mg
2+
100g setara  90.08.  Meningkatnya  ketersediaan  Mg
2+
dalam tanah akan memberikan  harapan  serapan  kedua  ion  tersebut
oleh tanaman atau terjerap oleh komplek jerapan pada 3 MST akan meningkat Tan, 1982.
Analisis  varian  pada  perlakuan  pupuk  kandang,  dosis kalium dan dosis dolomit menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pada taraf p = 0.05 Lampiran 3 Tabel 5. Demikian juga  ketiga  faktor  penyusun perlakuan  memberikan  pengaruh
yang  signifikan.  Uji  LSD  5  pada  faktor  pupuk  kandang  B, dosis  kalium  K  dan  dosis  dolomit  C  disajikan  dalam  Tabel
4.7.  Sedangkan status Mgdd untuk masing-masing perlakuan disajikan dalam gambar 4.
Tabel  4.7.    Uji  Least  Square  Different  Taraf  5  Mg
dd
me Mg
2+
100g Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada 3 MST.
Faktor Dosis tonha
Mg
dd
me100g B1
6.07  a B3
20 6.15  a
B2 10
6.35  ab B4
30 6.82  c
LSD 5 0.26
K2 200
47.43  a K3
225 50.60  b
K1 175
54.30  c LSD 5
0.20 C1
100 5.73  a
C3 150
6.62  b C2
125 6.70  bc
LSD 5 0.20
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         43
Gambar 4.4.  Histogram  Mg
dd
me Mg
2+
100g Tanah Masing- Masing Plot Perlakuan
Ditinjau  dari  kebutuhan  tanaman  melon,  maka  kadar Mg
2+
diseluruh  plot  perlakuan  merupakan  takaran  tinggi  dan sangat  tinggi.  Kedua  ion  makro  tersier  ini  dalam  tanah
berperilaku  saling  antagonis  dengan  ion  Ca
2+
.  Apabila keberadaan  salah  satu  dari  ion  tersebut  berlebihan  akan
menekan ion yang lain Tan, 1982. Dari analisis menunjukkan bahwa  jumlah  ion  Mg
2+
yang  tinggi  sampai  sangat  tinggi  di larutan tanah akan menekan inhibitor jumlah Ca
2+
atau kation lain  yang  ada  di  larutan  tanah  sehingga  ketersediaanya
menjadi  rendah  Tan,  1982.  Tinggi  Rendahnya  ketersediaan Ca  atau  Mg  tanah  akan  berpengaruh  pada  serapan  Ca  atau
Mg  yang  sangat  dibutuhkan  tanaman  sebagai  bahan penyusun diding sel dan atau inti klorofil tanaman.
Tabel  4.7  dan  gambar  4.4  menunjukkan  bahwa  faktor bahan  organik  dengan  dosis  pupuk  kandang  30  tonha
memberikan  kontribusi  terbasar  pada  Mg
dd
.    Hal  ini  disebab- kan humus, asam-asam organik yang dihasilkan lebih banyak
dibandingkan  tiga  perlakuan  dosis  yang  lain.  Selain  itu dekomposisi  pupuk  kandang  akan  melepaskan  ion  Mg
2+
ke
0.0 2.0
4.0 6.0
8.0
B 1
C M
1 B
1 C
M 2
B 1
C M
3 B
2 C
M 1
B 2
CM 2
B 2
C M
3 B
3 C
M 1
B 3
C M
2 B
3 C
M 3
B 4
CM 1
B 4
C M
2 B
4 C
M 3
M g
d d
m e
M g
2 +
1 g
Perlakuan
44 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
larutan tanah, sehingga menambah jumlah Mg
dd
larutan tanah Povoledo and Golterman,  1975.
Selain  faktor  bahan  organik  terlihat  juga  faktor  penam- bahan pupuk K KCl bahkan terjadi  sebaliknya. Penambahan
pupuk  kalium  sampai  225  kgha  menyebabkan  penurunan ketersediaan  Mg
dd
tanah.  Hal  ini  disebakan  karena  bertam- bahnya  senyawa  KCl  dalam  tanah  akan  menyebabkan
meningkatnya  kation  K  yang  pada  akhirnya  akan  menjadi kompetitor bagi kation Mg Setijono, 1986.
Demikian  juga  dengan  bertambahnya  dosis  dolomit dalam  tanah,  akan  menambah  jumlah  kation  Mg  dan  kation
Ca.    Kedua  kation  tersebut  mempunyai  valensi  yang  sama, sehingga  dimungkinkan  satu  sama  lain  akan  menekan
keberadaanya.
4.1.2.5.  Kapasitas Tukar Kation KTK
menunjukkan jumlah
kation yang
dapat dipertukarkan dalam tanah, baik tanah mineral maupun tanah
organik. KTK keberadaannya dapat dipengaruhi oleh pH tanah dan  tekstur  tanah.  Pada  koloid  organik,  dengan  semakin
meningkatnya pH tanah, KTK menunjukkan kenaikan pula dan semakin halus tekstur tanah, makin tinggi KTK.
Berdasarkan  hasil  analisa  laboratorium  dan  Tabel  8  di bawah,  nilai  KTK  tiap-tiap  plot  percobaan  pada  3  minggu
setelah  tanah  MST  termasuk  rendah  pada  perlakukan B1K1CM1, B2K2CM2, B3K1CM2 12.70, 15.55, 13.50 me100
g,  sedang  pada  perlakuan  B1K1CM2
23.00  me100  g, sangat  tinggi  pada  perlakuan
B1K2CM2, B2K1CM1,
B2K1CM2,  B2K2CM3,  B3K3CM1,  B4K1CM3,  B4K2CM3 41.50  ,  44.75,  45.45,  40.4,  42.4,  40.4,  45.8  me100  g,  dan
perlakuan  yang  lain  termasuk  tinggi  Deptrans  1984  dalam Sitorus, 1989.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         45
Sedangkan  rata-rata  takaran  KTK  untuk  seluruh  perla- kuan  sebesar  32.92  me  100g  dengan  variasi  nilai  KTK
sebesar 75.48.  Nilai KTK terendah pada Perlakuan B1K1CM1 sebesar  12.70  me100g  dan  tertinggi  pada  perlakuan
B4K2CM3 sebesar 45.80 me100g. Nilai  KTK pada 3 MST ini menunjukkan ada peningkatan bila dibandingkan dengan nilai
KTK  tanah  pada  awal  percobaan  yaitu  sebesar  30.71 me100g.  Peningkatan ini diduga akibat adanya penambahan
pupuk kandang, dan dolomit ke dalam tanah Setijono, 1986.
Tabel  4.8.    Nilai  Kapasitas  Tukar  Kation  Masing-Masing  Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.
No  Perlakuan KTK
me100g Kriteria
No  Perlakuan KTK
me100g Kriteria
1  B1K1CM1 12.70
R 19  B3K1CM1
31.80 T
2  B1K1CM2 23.00
S 20  B3K1CM2
13.50 R
3  B1K1CM3 32.85
T 21  B3K1CM3
34.10 T
4  B1K2CM1 31.55
T 22  B3K2CM1
38.30 T
5  B1K2CM2 41.50
ST 23  B3K2CM2
33.15 T
6  B1K2CM3 36.20
T 24  B3K2CM3
34.30 T
7  B1K3CM1 38.00
T 25  B3K3CM1
42.40 ST
8  B1K3CM2 36.45
T 26  B3K3CM2
33.55 T
9  B1K3CM3 32.25
T 27  B3K3CM3
38.00 T
10  B2K1CM1 44.75
ST 28  B4K1CM1
32.80 T
11  B2K1CM2 45.45
ST 29  B4K1CM2
35.55 T
12  B2K1CM3 24.70
T 30  B4K1CM3
40.40 ST
13  B2K2CM1 32.85
T 31  B4K2CM1
34.30 T
14  B2K2CM2 15.55
R 32  B4K2CM2
34.20 T
15  B2K2CM3 40.40
ST 33  B4K2CM3
45.80 ST
16  B2K3CM1 34.10
T 34  B4K3CM1
32.50 T
17  B2K3CM2 19.20
T 35  B4K3CM2
34.05 T
18  B2K3CM3 15.70
T 36  B4K3CM3
39.30 T
KTK = Kapasitas Tukar Kation
Maksimum 45.80
Minimum 12.70
Rata-rata 32.92
T
Penambahan bahan organik, kalium dan dolomit sebagai perlakuan  akan  mempengaruhi  kemampuan  tanah  memper-
tukarkan  kation  dalam  larutan  tanah.    Hasil  analisa  varian
46 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
pada parameter KTK tanah menunjukkan bahwa penambahan bahan  organik,  kalium  dan  dolomit  berpengaruh  secara
signifikan  p  =0.05  pada  peningkatan  nilai  kapasitas  tukar kation tanah.
Gambar  4.5.    Perlakuan  Bahan  Organik,  Dosis  Kalium  dan Dosis Dolomit pada KTK Tanah me100 g
Analisis  varian  pada  perlakuan  pupuk  kandang,  dosis kalium dan dosis dolomit menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pada taraf p = 0.05 Lampiran 3 Tabel 6.  Demikian juga  ketiga  faktor  penyusun perlakuan  memberikan  pengaruh
yang  signifikan.  Uji  LSD  5  pada  faktor  pupuk  kandang  B, dosis  kalium  K  dan  dosis  dolomit  CM  pada  peningkatan
nilai  KTK  tanah  disajikan  dalam  Tabel  4.8.    Sedangkan  nilai KTK  untuk masing-masing perlakuan  disajikan  dalam  gambar
4.5.
Tabel  4.9  dan  gambar  4.5  menunjukkan  bahwa  faktor bahan  organik  dengan  dosis  pupuk  kandang  30  tonha
memberikan kontribusi terbasar pada nilai KTK tanag.  Hal ini disebabkan humus, asam-asam organik yang dihasilkan  lebih
banyak  dibandingkan  tiga  perlakuan  dosis  yang  lain.  Bertam- bahnya  bahan-bahan  tersebut  akan  menambah  muatan
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
B1C M
1 B1C
M 2
B1C M
3 B2C
M 1
B2C M
2 B2C
M 3
B3C M
1 B3
C M
2 B3C
M 3
B4C M
1 B4C
M 2
B4C M
3
K T
K m
e 1
g
Perlakuan
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”                                         47
negatif liat dari proses ionisasi gugus fungsionalnya, akibatnya kemampuan tanah menukarkan kation makin besar Povoledo
and Golterman,  1975 dan Tan, 1982.
Tabel  4.9.  Uji  Least  Square  Different  Taraf  5  KTK me100g  Akibat  Faktor  Dosis  Pupuk Kandang,
Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada 3 MST.
Faktor Bahan Organik
KTK me100 g B2
30.20  a B1
10 31.53  a
B3 20
33.14  b B4
30 36.45  c
LSD 5 2.40
K1 175
30.88  a K3
225 32.86  b
K2 200
34.75  c LSD 5
1.77 C2
125 22.65  a
C3 150
23.64  a C1
100 33.81  b
LSD 5 1.77
Selain  faktor  bahan  organik  terlihat  juga  faktor penambahan  pupuk  K  KCl  sampai  200  kgha  dan  dolomit
sampai  150  kgha  akan  menambah  KTK  tanah.  Hal  ini disebakan  karena  bertambahknya  senyawa  KCl  dan  dolomit
dalam  tanah  akan  menambah  tingkat kejenuhan  kation  K,  Ca dan  Mg  dalam  larutan  tanah  dan  akan  menggeser  kation-
kation  valensi  satu  dan  dua  yang  ada  di  komplek  jerapan Setijono, 1986.
4.2.   Karakteristik Kimia Tanaman