“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 29
Hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki kandungan bahan organik sangat rendah,
kadar kalium yang rendah sedangkan ketersediaan kalsium dan magnesium sedang. Karena ketersediaannya sebagai
pembatas tidak permanen maka ketiga parameter tersebut pada penelitian tahap kedua II dijadikan perlakuan untuk
meningkatkan kadar gula buah melon di Kabupaten Nganjuk.
Berdasarkan hasil pengamatan percobaan lapangan dan data analisa laboratorium dari penelitian tahap I dan
pengukuran paramaeter pada masing-masing perlakuan pada penelitian tahap II, selanjutnya dilakukan pembahasan
pengaruh perlakunan pada peningkatan produksi, kadar gula dan kualitas buah. Demikian juga faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi, kadar gula dan kualitas buah.
4.1. Karakterstik Tanah
Pengamatan terhadap parameter tanah dalam penelitian ini meliputi parameter fisik dan kimia tanah yang dilakukan di
lapang dan di laboratorium. Parameter fisik tanah hanya menekankan pada tekstur tanah karena sifat ini sangat
mempengaruhi sifat-sifat fisik dan kimia yang lain. Selain sifat fisik tanah, untuk melihat pengaruh pemberian bahan organik,
pupuk kalium dan dolomit juga dilakukan analisa kimia tanah seperti pH, kadar bahan organik, K, Ca, Mg dan Kapasitas
Tukar Kation pada pertengahan pertumbuhan tanaman melon 3 Minggu Setelah TanamMST.
30 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
4.1.1. Karakteristik Fisik Tanah Sedangkan pengukuran parameter kimia tanaman
dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga dengan menggambil daun-daun dewasa batang utama pada masa
pertumbuhan awal sebelum terbentuk buah untuk dianalisa kadar kalium tanaman, magnesium tanaman dan menghitung
tingkat serapan kedua hara tersebut dari dalam tanah ke tubuh tanaman Jacobs, 2008.
Pengukuran parameter fisik dilakukan pada saat se- belum tanam sebelum pengolahan tanah yang diikuti dengan
pengukuran parameter kimia sebagai analisa dasar Lampiran 1. Analisa dasar dilakukan untuk melihat potensi lahan
sebelum ada perlakuan bahan organik, pupuk kalium dan dolomit. Disamping dari hasil pengukuran setempat in situ
data potensi lahan juga didasarkan dari hasil pengukuran pada penelitian tahap pertama I yaitu tekstur tanah. Hasil
analisa tekstur tanah daerah penelitian disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Analisa Tekstur Tanah Lapisan Atas 0 - 30 cm Daerah penelitian
Ulangan Pasir Debu
Liat Tekstur
I 20.0
63.0 17.0 Lempung Berdebu
II 20.0
56.0 24.0 Lempung Berdebu
III 27.0
54.0 19.0 Lempung Berdebu
IV 16.0
58.0 26.0 Lempung Berdebu
V 26.0
57.0 17.0 Lempung Berdebu
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa tekstur tanah daerah penelitian adalah lempung berdebu dengan persentase fraksi
pasir, debu dan liat seimbang. Tekstur tanah kelompok lempung menggambarkan bahwa ruang yang diduduki oleh
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 31
udara dan air sekitar 40 sampai 50. Ruang ini sangat bermanfaat untuk pertukaran gas dalam tanah dan pergerakan
air. Selain itu akan memudahkan akar-akar tanaman menembus tanah Utomo, 1985.
Tekstur tanah ditinjau dari bidang pertanian sangat penting peranannya. Tekstur tanah mempunyai pengaruh
besar terhadap sifat tanah yang lain seperti ketersediaan unsur hara, ruang pori tanah dan ketahanan penetrasi.
Menurut Indranada 1983, tanah bertekstur lempung mempunyai luas permukaan zarah yang sedang, sehingga
kemampuan tanah menahan air dan menyediakan unsur hara cukup. Namun demikian tanah bertekstur sedang ini juga
mempunyai sistem pergerakan air dan udara cukup baik. Hal ini disebabkan karena perbandingan antara pori mikro dengan
pori makro yang seimbang Soepardi, 1983.
Dari tabel 4.1 di atas kelas tekstur lempung berdebu mempunyai kandungan partikel liat sebesar 20.6. Meskipun
hanya 20.6 partikel liat inilah yang memegang peranan penting dalam komplek jerapan dan penyanggaan hara dan air
yang sangat dibutuhkan tanaman pada saat pertumbuhannya.
4.1.2. Parameter Kimia Tanah Seperti yang dijelaskan di atas bahwa parameter kimia
yang analisa adalah yang ada hubungannya dengan peningkatan produksi dan kadar gula buah melon serta
menjadi pembatas pada analisis kesesuaian lahan untuk tanaman melon dalam penelitian tahap I. Parameter kimia
tanah tersebut adalah:
4.1.2.1. pH Tanah. pH tanah aktual atau sering disebut pHH
2
O mengin- dikasikan besarnya konsentrasi ion H
+
dalam larutan tanah.
32 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tinggi rendahnya konsentrasi ion H
+
dalam larutan tanah akan mempengaruhi keseimbangan reaksi kimia tanah Tan, 1982
dan ketersediaan unsur hara dan kapasitas tukar kation atau kapasitas tukar anion Indranada, 1983 dan Supardi, 1983.
Hasil pengukuran pH tanah pada 3 MST minggu setelah tanam di tiap-tiap plot disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Nilai pH Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan pada 3 HST.
No Perlakuan
pH H
2
O No
Perlakuan pH H
2
O 1
B1K1CM1 6.0
19 B3K1CM1
6.8 2
B1K1CM2 6.4
20 B3K1CM2
6.4 3
B1K1CM3 6.1
21 B3K1CM3
7.0 4
B1K2CM1 6.4
22 B3K2CM1
6.6 5
B1K2CM2 6.2
23 B3K2CM2
7.0 6
B1K2CM3 6.2
24 B3K2CM3
6.2 7
B1K3CM1 6.2
25 B3K3CM1
7.0 8
B1K3CM2 6.7
26 B3K3CM2
6.7 9
B1K3CM3 6.0
27 B3K3CM3
7.0 10 B2K1CM1
6.1 28
B4K1CM1 6.9
11 B2K1CM2 6.9
29 B4K1CM2
7.2 12 B2K1CM3
7.1 30
B4K1CM3 6.9
13 B2K2CM1 6.5
31 B4K2CM1
6.8 14 B2K2CM2
6.7 32
B4K2CM2 7.1
15 B2K2CM3 6.6
33 B4K2CM3
6.6 16 B2K3CM1
6.6 34
B4K3CM1 7.2
17 B2K3CM2 7.4
35 B4K3CM2
7.0 18 B2K3CM3
6.4 36
B4K3CM3 7.2
Minimum 6.0
Maksimum 7.4
Rerata 6.6
Tabel 4.1. di atas memperlihatkan pengukuran nilai pH tanah di tiap-tiap plot percobaan bervariasi dengan nilai pH
tertinggi 7.4 dan terendah 6.0. Dari tabel tersebut terlihat bahwa pH tanah daerah penelitian rata-rata 6.6 dengan variasi
0.15. Variasi nilai pH tanah yang kecil ini menunjukkan bahwa
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 33
kapasitas menyangga tanah cukup baik. Tanah tidak hanya menyangga perubahan pH tetapi juga menyangga unsur-
unsur hara dalam tanah pada saat berlebihan di ikat dan pada kondisi kekurangan dilepaskan ke larutan tanah Tan, 1982.
Analisis varian pemberian bahan organik, dosis kalium dan dosis dolomit sebagai perlakuan belum menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan pada perubahan nilai pH tanah pada taraf p = 0.05 Lampiran 3 Tabel 1. Tetapi faktor
bahan organik secara signifikan pada perubahan nilai pH tanah. Hasil uji LSD Least Square Different pada taraf 5
pada faktor dosis bahan organik disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Pengaruh Dosis Bahan Organik pada Nilai pH H
2
O pada 3 MST Faktor
Dosistonha pH H2O
B1 6.22 a
B2 10
6.68 b B3
20 6.72 c
B4 30
6.96 d LSD 5 =
0.40
Gambar 4.1. Histogram pH H
2
O Masing-Masing Plot Perlakuan
5.5 6.0
6.5 7.0
7.5
B1 C
M 1
B1 C
M 2
B1 C
M 3
B2 C
M 1
B2 C
M 2
B2 C
M 3
B3 C
M 1
B3 C
M 2
B3 C
M 3
B4 C
M 1
B4 C
M 2
B4 C
M 3
p H
H
2
O
Perlakuan
34 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa penambahan dosis bahan organik sampai 30 tohha nilai pH tanah meningkat.
Sedangkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa perlakuan kom- binasi dosis pupuk kandang dan dosis dolomit memperlihatkan
kecenderungan bertambahknya dosis pupuk kandang nilai pH naik, keculai pada perlakuan B2CM1 menunjukkan penam-
bahan pH tanah tertinggi kedua setelah perlakuan B4CM2. Tingginya nilai pH pada perlakuan B2CM1 10 tonha ini
dimungkinkan akibat pengambilan contoh tanah untuk analisa kimia pada plot tersebut tepat pada daerah yang proses
pencampuran pupuk kandang tidak merata kesemua bagian plot.
Bertambahnya nilai pH yang ditunjukkan oleh tabel 4.2 dan gambar 3 ini disebabkan karena pupuk kandang yang
diberikan pada saat pengolahan tanah setelah 3 MST telah mengalami dekomposisi akan menghasilkan bahan stabil
berupa humus dan asam-asam organik Povoledo and Golter- man, 1975. Humus dan asam-asam organik mempunyai
banyak gugus fungsional yang tidak stabil dalam bentuk ion karbonil, ion fenolik, atau ion karboksil. Adanya ion-ion dari
asam organik tersebut akan membentuk kesetimbangan dengan ion H
+
dalam larutan tanah, akibatnya konsentrasi ion H
+
dalam larutan tanah berkurang dan pH tanah menjadi naik. Kebutuhan suatu jenis tanaman terhadap pH tanah
berbeda-beda pada beberapa tingkat kemasaman. Keadaan ini diduga karena toleransi tanaman terhadap kepekatan ion
H
+
dan ion beracun lain berbeda-beda pula. Pengaruh pH dapat di tolerir bila unsur hara dalam kesetimbangan optimal.
Demikian pula tanaman melon, untuk pertumbuhan optimal membutuhkan kondisi pH tanah antara masam hingga agak
masam 5,8 - 6,8 Deptrans, 1984 dalam Sitorus. 1989. Dengan demikian maka kondisi pH tanah di daerah penelitian
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 35
cenderung lebih tinggi dari kondisi optimum untuk tanaman melon walaupun tidak terlalu ekstrim.
4.1.2.2. Bahan Organik Tanah. Salah satu tolok ukur tingkat kesuburan kimia tanah
adalah tinggi rendahnya kadar bahan organik tanah. Tanah dikatakan subur jika memiliki kandungan bahan organik
minimal ≥ 2.00. Sebagai bahan penyusun tanah dengan proposrional kecil, namun peran dan fungsinya sangat
penting. Kadar bahan organik yang rendah akan menyebab- kan daya sangga tanah pada unsur hara dan air tersedia
menurun Supardi, 1983 dan Utomo, 1985.
C-organik tanah mencerminkan jumlah bahan organik dan mikroba yang ada dalam tanah hasil dari pemberian pu
masing-masing plot sebelum tanam. Meskipun persentase dari bahan organik dalam tanah kecil bila dibandingkan
dengan
bahan penyusun
tanah yang
lain, namun
keberadaanya sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Bahan organik dalam tanah berfungsi sebagai penyangga
segala aktifitas dalam tanah Sulistijorini, 2006 dan Supardi, 1983.
Hasil pengukuran kadar bahan organik tanah pada masing-masing plot perlakuan pada tanaman umur 3 MST
disajikan dalam Tabel 4.3.
36 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.3. Kadar Bahan Organik Tanah Tiap-Tiap Plot Perlakuan pada Tanaman Umur 3 MST.
No Perlakuan C-
Org
Kriteria No Perlakuan
C-
Org
Kriteria 1 B1K1CM1
1.24 R
19 B3K1CM1 1.11
R 2 B1K1CM2
1.25 R
20 B3K1CM2 1.13
R 3 B1K1CM3
1.26 R
21 B3K1CM3 1.10
R 4 B1K2CM1
1.11 R
22 B3K2CM1 0.88
SR 5 B1K2CM2
0.68 SR
23 B3K2CM2 1.10
R 6 B1K2CM3
1.10 R
24 B3K2CM3 1.12
R 7 B1K3CM1
1.05 R
25 B3K3CM1 1.14
R 8 B1K3CM2
1.13 R
26 B3K3CM2 1.10
R 9 B1K3CM3
1.23 R
27 B3K3CM3 0.99
SR 10 B2K1CM1
1.32 R
28 B4K1CM1 1.10
R 11 B2K1CM2
1.24 R
29 B4K1CM2 1.20
R 12 B2K1CM3
0.98 SR
30 B4K1CM3 1.51
R 13 B2K2CM1
0.99 SR
31 B4K2CM1 1.23
R 14 B2K2CM2
0.93 SR
32 B4K2CM2 1.13
R 15 B2K2CM3
1.14 R
33 B4K2CM3 1.26
R 16 B2K3CM1
1.10 R
34 B4K3CM1 1.13
R 17 B2K3CM2
1.11 R
35 B4K3CM2 1.51
R 18 B2K3CM3
1.30 R
36 B4K3CM3 0.04
SR Minimum
0.04 Maksimum
1.51 Rata-rata
1.11 R
Kandungan C-organik tanah termasuk kelas sangat rendah pada perlakuan B1K2CM2, B2K1CM3, B2K2CM1,
B2K2CM2, B3K2CM1, B3K3CM3, B4K3CM3, 0.04 - 0.99, dan perlakuan yang lain termasuk rendah 1.05 -
1.51.
Tiga minggu setelah tanam MST terlihat bahwa kandungan C-organik tanah rata-rata termasuk rendah
1.11 namun masih lebih besar bila dibandingkan hasil pengukuran C-organik pada saat sebelum ada perlakukan
bahan organik 0.69 atau meningkat sebesar 0.42.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 37
Peningkatan kadar C-organik ini disebabkan oleh adanya perlakuan pupuk kandang sampai 30 tonha.
Analisis varian pada perlakuan serta faktor-faktor penyusun perlakuan belum memberikan pengaruh yang
signifikan pada kadar C-organik tanah Lampiran 3 Tabel 2. Hal ini bisa dilihat dari tabel 4.3 dan gambar 4.2 yang
menunjukkan bahwa kadar C-organik tanah dalam kategori sangat rendah dan rendah. Rendahnya kandungan C-organik
tanah ini disebabkan oleh karena tidak ada sumbangan bahan organik kedalam tanah pada sistim usaha tani sebelumnya
dan hasil panen pada lahan tersebut semua diangkut keluar lahan Sulistijorini, 2006. Hal ini dikuatkan oleh sebagian
besar petani melon enggan menggunakan bahan organik dengan alasan bahan organik merupakan sumber hama dan
penyakit yang sulit dikendalikan.
Gambar 4.2. Histogram C-Organik Tanah Masing- Masing Plot Perlakuan
4.1.2.3. Kalium Dapat Ditukar Kalium merupakan unsur hara makro sekunder yang
dubutuhkan oleh tanaman untuk proses tranlokasi gula hasil fotosisntesis ke seluruh tubuh tanaman atau ke tempat-tempat
0.0 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8 0.9
1.0 1.1
1.2 1.3
1.4
B 1
C M
1 B
1 C
M 2
B 1
C M
3 B
2 C
M 1
B 2
C M
2 B
2 C
M 3
B 3
C M
1 B
3 C
M 2
B 3
C M
3 B
4 C
M 1
B 4
C M
2 B
4 C
M 3
C -O
rg a
n ik
T a
n a
h
Perlakuan
38 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
penyimpanan Hari Suseso, 1974. Pada tanaman melon kekurangan unsur hara ini menyebabkan buah tidak terasa
manis.
Hasil analisa Kalium tanah laboratorium tanah pada plot perlakuan saat tanaman umur 3 minggu 3 MST disajikan
dalam Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa kandungan K tersedia seluruh plot perlakuan beragam dari sedang sampai
sangat tinggi. Takaran sedang, didapat pada perlakuan B1K1CM2, B3K3CM1, dan B4K1CM3 0.25 dan 0.50
me100g,
sangat tinggi
pada perlakuan
B1K2CM1, B2K1CM1, B2K1CM3, B2K2CM2, B2K2CM3, B3K1CM1,
B3K1CM2, B3K1CM3, B3K3CM3, dan B4K3CM2 0.90 - 1.85 me100 g. Sedangkan pada perlakuan B1K1CM1, B1K1CM2,
B1K2CM2, B1K2CM3, B1K3CM1, B1K3CM2, B1K3CM3, B2K1CM2, B2K2CM1, B2K3CM1, B2K3CM2, B2K3CM3,
B3K2CM1, B3K2CM2, B3K2CM3, B3K3CM2, B4K1CM1, B4K1CM2, B4K2CM1, B4K2CM2, B4K2CM3, B4K3CM1, dan
B4K3CM3 termasuk tinggi 0.55 - 0.90 me100 g.
Tabel 4.4 juga memperlihatkan bahwa rata-rata kalium dapat ditukar seluruh plot penelitian sebesar 0.82 me100g
dengan variasi sebaran kalium dapat ditukar sebesar 0.12 me100 g.
Tabel 4.4. Kadar Kalium Dapat Ditukar Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.
No Perlakuan K
dd
me100g Kriteria
No Perlakuan K
dd
me100g Kriteria
1 B1K1CM1 0.70
T 19 B3K1CM1
1.25 ST
2 B1K1CM2 0.60
T 20 B3K1CM2
1.00 ST
3 B1K1CM3 0.35
S 21 B3K1CM3
1.00 ST
4 B1K2CM1 1.05
ST 22 B3K2CM1
0.55 T
5 B1K2CM2 0.60
T 23 B3K2CM2
0.65 T
6 B1K2CM3 0.85
T 24 B3K2CM3
0.80 T
7 B1K3CM1 0.55
T 25 B3K3CM1
0.50 S
8 B1K3CM2 0.65
T 26 B3K3CM2
0.75 T
9 B1K3CM3 0.65
T 27 B3K3CM3
1.35 ST
10 B2K1CM1 1.85
ST 28 B4K1CM1
0.70 T
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 39
11 B2K1CM2 0.65
T 29 B4K1CM2
0.70 T
12 B2K1CM3 1.85
ST 30 B4K1CM3
0.25 S
13 B2K2CM1 0.90
T 31 B4K2CM1
0.85 T
14 B2K2CM2 1.05
ST 32 B4K2CM2
0.60 T
15 B2K2CM3 0.90
ST 33 B4K2CM3
0.55 T
16 B2K3CM1 0.65
T 34 B4K3CM1
0.55 T
17 B2K3CM2 0.90
T 35 B4K3CM2
1.05 ST
18 B2K3CM3 0.75
T 36 B4K3CM3
0.85 T
K
dd
= Kalium dapat ditukar Maksimum
1.85 Minimum
0.25 Rata-rata
0.82 T
Analisis varian pada perlakuan dan faktor-faktor pe- nyusun perlakuan memperlihatkan bahwa pemberian pupuk
kandang, kalium dan dolomit belum berpengaruh secara signifikan pada peningkatan kadar kalium dapat ditukar dalam
tanah pada 3 MST. Tetapi bila dibandingkan dengan hasil pengukuran Kdd awal menunjukkan adanya peningkatan
sebesar 71.95.
Pupuk kandang yang ditambahkan pada saat pengolah- an tanah sampai 30 tonha ternyata memberikan pengaruh
yang signifikan pada peningkatan kadar kalium tanah Lampiran 3 Tabel 3. Uji LSD 5 pada faktor dosis pupuk
kandang terhadap nilai K
dd
disajikan dalam Tabel 4.5. Sedangkan status K
dd
masing-masing perlakuan disajikan dalam gambar 4.3.
Tabel 4.5 dan gambar 4.3 menunjukkan bahwa perlakuan B2K1 menunjukkan kadar Kdd paling tinggi diikuti
oleh perlakuan B4K2 dan yang paling rendah adalah perlakuan B4K1. Perlakuan B2K1 yang tinggi ini diduga
karena adanya penambahan pupuk kalium pada plot perlakuan pada saat tanaman umur 2 MST dan kalium dalam
tanah belum seluruhnya terserap oleh tanaman sehingga pada saat pengukuran 3 MST kadar K
dd
menjadi tinggi.
40 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.5. Uji Least Square Different Taraf 5 K
dd
me100g Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang pada
Tanaman Melon Umur 3 MST.
Faktor Dosis
tonha Kdd me100g
B1 0.67 a
B4 10
0.68 a B3
20 0.87 a
B2 30
1.06 b LSD 5
0.27
Gambar 4.3. Histogram K
dd
Tanah Masing-Masing Plot Perlakuan
Ditinjau dari kebutuhan tanaman melon, kandungan unsur K diseluruh plot perlakuan pada 3 MST merupakan
takaran tinggi. Dengan takaran ini menunjukkan bahwa pada saat pertumbuhan dan pengisian buah ketersediaan K tidak
menjadi kendala, sehingga proses tranlokasi gula dari daun ke seluruh tubuh tanaman dan ke bagian penyimpanan tidak
terhambat Hari Suseno, 1974.
4.1.2.4. Magmesium Dapat Ditukar Magnesium merupakan unsur hara makro tersier yang
dubutuhkan oleh tanaman untuk menyusun inti klorofil yang
0.00 0.50
1.00 1.50
B1K1 B1K2
B1K3 B2K1
B2K2 B2K3
B3K1 B3K2
B3K3 B4K1
B4K2 B4K3
K
dd
m e
10 0g
Perlakuan
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 41
sangat berperan penting dalam fotosisntesis Hari Suseso, 1974.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium, kandungan Mg tersedia di plot perlakuan pada 3 MST menunjukkan takaran
tinggi sampai sangat tinggi. Ketersediaan Mg sangat tinggi pada perlakuan B1K3CM3, B2K1CM2, dan B4K1CM3 8.50 -
9.50 me Mg
2+
100g dan tinggi pada perlakuan lainnya 3.00 - 7.95 me Mg
2+
100g. Sedangkan rata-rata takaran Mg
dd
untuk seluruh perlakuan sebesar 6.35 me Mg
2+
100g dengan variasi kadar Mg
dd
sebesar 1.98. Kadar Mg
dd
terendah pada Perlakuan B2K2CM1 sebesar 3.00 me Mg
2+
100g dan tertinggi pada perlakuan B4K1CM3 sebesar 9.50 me Mg
2+
100g. Tabel 4.6. Kadar Magnesium Dapat Ditukar Masing-Masing
Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.
No Perlakuan Mg
dd
me100g Kriteria
No Perlakuan Mg
dd
me100g Kriteria
1 B1K1CM1 6.20
T 19 B3K1CM1
6.40 T
2 B1K1CM2 7.55
T 20 B3K1CM2
4.50 T
3 B1K1CM3 5.90
T 21 B3K1CM3
6.80 T
4 B1K2CM1 3.05
T 22 B3K2CM1
5.90 T
5 B1K2CM2 6.30
T 23 B3K2CM2
6.50 T
6 B1K2CM3 4.40
T 24 B3K2CM3
6.80 T
7 B1K3CM1 5.95
T 25 B3K3CM1
5.35 T
8 B1K3CM2 6.20
T 26 B3K3CM2
6.50 T
9 B1K3CM3 9.10
ST 27 B3K3CM3
6.60 T
10 B2K1CM1 7.95
T 28 B4K1CM1
5.10 T
11 B2K1CM2 8.50
ST 29 B4K1CM2
7.25 T
12 B2K1CM3 5.80
T 30 B4K1CM3
9.50 ST
13 B2K2CM1 3.00
T 31 B4K2CM1
7.00 T
14 B2K2CM2 6.30
T 32 B4K2CM2
7.00 T
15 B2K2CM3 7.60
T 33 B4K2CM3
7.30 T
16 B2K3CM1 6.65
T 34 B4K3CM1
6.20 T
17 B2K3CM2 6.55
T 35 B4K3CM2
7.20 T
18 B2K3CM3 4.80
T 36 B4K3CM3
4.80 T
Mg
dd
= Kalium dapat ditukar Maksimum
9.50 Minimum
3.00 Rata-rata
6.35 T
42 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa kadar Mg
dd
pada 3 MST terlihat lebih tinggi bila dibandingkan pada awal
penelitian 0.63 me Mg
2+
100g, ini menunjukkan bahwa magnesium yang ditambahkan dari dolomit menambah
ketersediaan Mg
2+
dalam tanah sebesar 5.73 me Mg
2+
100g setara 90.08. Meningkatnya ketersediaan Mg
2+
dalam tanah akan memberikan harapan serapan kedua ion tersebut
oleh tanaman atau terjerap oleh komplek jerapan pada 3 MST akan meningkat Tan, 1982.
Analisis varian pada perlakuan pupuk kandang, dosis kalium dan dosis dolomit menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pada taraf p = 0.05 Lampiran 3 Tabel 5. Demikian juga ketiga faktor penyusun perlakuan memberikan pengaruh
yang signifikan. Uji LSD 5 pada faktor pupuk kandang B, dosis kalium K dan dosis dolomit C disajikan dalam Tabel
4.7. Sedangkan status Mgdd untuk masing-masing perlakuan disajikan dalam gambar 4.
Tabel 4.7. Uji Least Square Different Taraf 5 Mg
dd
me Mg
2+
100g Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada 3 MST.
Faktor Dosis tonha
Mg
dd
me100g B1
6.07 a B3
20 6.15 a
B2 10
6.35 ab B4
30 6.82 c
LSD 5 0.26
K2 200
47.43 a K3
225 50.60 b
K1 175
54.30 c LSD 5
0.20 C1
100 5.73 a
C3 150
6.62 b C2
125 6.70 bc
LSD 5 0.20
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 43
Gambar 4.4. Histogram Mg
dd
me Mg
2+
100g Tanah Masing- Masing Plot Perlakuan
Ditinjau dari kebutuhan tanaman melon, maka kadar Mg
2+
diseluruh plot perlakuan merupakan takaran tinggi dan sangat tinggi. Kedua ion makro tersier ini dalam tanah
berperilaku saling antagonis dengan ion Ca
2+
. Apabila keberadaan salah satu dari ion tersebut berlebihan akan
menekan ion yang lain Tan, 1982. Dari analisis menunjukkan bahwa jumlah ion Mg
2+
yang tinggi sampai sangat tinggi di larutan tanah akan menekan inhibitor jumlah Ca
2+
atau kation lain yang ada di larutan tanah sehingga ketersediaanya
menjadi rendah Tan, 1982. Tinggi Rendahnya ketersediaan Ca atau Mg tanah akan berpengaruh pada serapan Ca atau
Mg yang sangat dibutuhkan tanaman sebagai bahan penyusun diding sel dan atau inti klorofil tanaman.
Tabel 4.7 dan gambar 4.4 menunjukkan bahwa faktor bahan organik dengan dosis pupuk kandang 30 tonha
memberikan kontribusi terbasar pada Mg
dd
. Hal ini disebab- kan humus, asam-asam organik yang dihasilkan lebih banyak
dibandingkan tiga perlakuan dosis yang lain. Selain itu dekomposisi pupuk kandang akan melepaskan ion Mg
2+
ke
0.0 2.0
4.0 6.0
8.0
B 1
C M
1 B
1 C
M 2
B 1
C M
3 B
2 C
M 1
B 2
CM 2
B 2
C M
3 B
3 C
M 1
B 3
C M
2 B
3 C
M 3
B 4
CM 1
B 4
C M
2 B
4 C
M 3
M g
d d
m e
M g
2 +
1 g
Perlakuan
44 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
larutan tanah, sehingga menambah jumlah Mg
dd
larutan tanah Povoledo and Golterman, 1975.
Selain faktor bahan organik terlihat juga faktor penam- bahan pupuk K KCl bahkan terjadi sebaliknya. Penambahan
pupuk kalium sampai 225 kgha menyebabkan penurunan ketersediaan Mg
dd
tanah. Hal ini disebakan karena bertam- bahnya senyawa KCl dalam tanah akan menyebabkan
meningkatnya kation K yang pada akhirnya akan menjadi kompetitor bagi kation Mg Setijono, 1986.
Demikian juga dengan bertambahnya dosis dolomit dalam tanah, akan menambah jumlah kation Mg dan kation
Ca. Kedua kation tersebut mempunyai valensi yang sama, sehingga dimungkinkan satu sama lain akan menekan
keberadaanya.
4.1.2.5. Kapasitas Tukar Kation KTK
menunjukkan jumlah
kation yang
dapat dipertukarkan dalam tanah, baik tanah mineral maupun tanah
organik. KTK keberadaannya dapat dipengaruhi oleh pH tanah dan tekstur tanah. Pada koloid organik, dengan semakin
meningkatnya pH tanah, KTK menunjukkan kenaikan pula dan semakin halus tekstur tanah, makin tinggi KTK.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium dan Tabel 8 di bawah, nilai KTK tiap-tiap plot percobaan pada 3 minggu
setelah tanah MST termasuk rendah pada perlakukan B1K1CM1, B2K2CM2, B3K1CM2 12.70, 15.55, 13.50 me100
g, sedang pada perlakuan B1K1CM2
23.00 me100 g, sangat tinggi pada perlakuan
B1K2CM2, B2K1CM1,
B2K1CM2, B2K2CM3, B3K3CM1, B4K1CM3, B4K2CM3 41.50 , 44.75, 45.45, 40.4, 42.4, 40.4, 45.8 me100 g, dan
perlakuan yang lain termasuk tinggi Deptrans 1984 dalam Sitorus, 1989.
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 45
Sedangkan rata-rata takaran KTK untuk seluruh perla- kuan sebesar 32.92 me 100g dengan variasi nilai KTK
sebesar 75.48. Nilai KTK terendah pada Perlakuan B1K1CM1 sebesar 12.70 me100g dan tertinggi pada perlakuan
B4K2CM3 sebesar 45.80 me100g. Nilai KTK pada 3 MST ini menunjukkan ada peningkatan bila dibandingkan dengan nilai
KTK tanah pada awal percobaan yaitu sebesar 30.71 me100g. Peningkatan ini diduga akibat adanya penambahan
pupuk kandang, dan dolomit ke dalam tanah Setijono, 1986.
Tabel 4.8. Nilai Kapasitas Tukar Kation Masing-Masing Plot Perlakuan pada Saat 3 MST.
No Perlakuan KTK
me100g Kriteria
No Perlakuan KTK
me100g Kriteria
1 B1K1CM1 12.70
R 19 B3K1CM1
31.80 T
2 B1K1CM2 23.00
S 20 B3K1CM2
13.50 R
3 B1K1CM3 32.85
T 21 B3K1CM3
34.10 T
4 B1K2CM1 31.55
T 22 B3K2CM1
38.30 T
5 B1K2CM2 41.50
ST 23 B3K2CM2
33.15 T
6 B1K2CM3 36.20
T 24 B3K2CM3
34.30 T
7 B1K3CM1 38.00
T 25 B3K3CM1
42.40 ST
8 B1K3CM2 36.45
T 26 B3K3CM2
33.55 T
9 B1K3CM3 32.25
T 27 B3K3CM3
38.00 T
10 B2K1CM1 44.75
ST 28 B4K1CM1
32.80 T
11 B2K1CM2 45.45
ST 29 B4K1CM2
35.55 T
12 B2K1CM3 24.70
T 30 B4K1CM3
40.40 ST
13 B2K2CM1 32.85
T 31 B4K2CM1
34.30 T
14 B2K2CM2 15.55
R 32 B4K2CM2
34.20 T
15 B2K2CM3 40.40
ST 33 B4K2CM3
45.80 ST
16 B2K3CM1 34.10
T 34 B4K3CM1
32.50 T
17 B2K3CM2 19.20
T 35 B4K3CM2
34.05 T
18 B2K3CM3 15.70
T 36 B4K3CM3
39.30 T
KTK = Kapasitas Tukar Kation
Maksimum 45.80
Minimum 12.70
Rata-rata 32.92
T
Penambahan bahan organik, kalium dan dolomit sebagai perlakuan akan mempengaruhi kemampuan tanah memper-
tukarkan kation dalam larutan tanah. Hasil analisa varian
46 “Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon”
pada parameter KTK tanah menunjukkan bahwa penambahan bahan organik, kalium dan dolomit berpengaruh secara
signifikan p =0.05 pada peningkatan nilai kapasitas tukar kation tanah.
Gambar 4.5. Perlakuan Bahan Organik, Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada KTK Tanah me100 g
Analisis varian pada perlakuan pupuk kandang, dosis kalium dan dosis dolomit menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pada taraf p = 0.05 Lampiran 3 Tabel 6. Demikian juga ketiga faktor penyusun perlakuan memberikan pengaruh
yang signifikan. Uji LSD 5 pada faktor pupuk kandang B, dosis kalium K dan dosis dolomit CM pada peningkatan
nilai KTK tanah disajikan dalam Tabel 4.8. Sedangkan nilai KTK untuk masing-masing perlakuan disajikan dalam gambar
4.5.
Tabel 4.9 dan gambar 4.5 menunjukkan bahwa faktor bahan organik dengan dosis pupuk kandang 30 tonha
memberikan kontribusi terbasar pada nilai KTK tanag. Hal ini disebabkan humus, asam-asam organik yang dihasilkan lebih
banyak dibandingkan tiga perlakuan dosis yang lain. Bertam- bahnya bahan-bahan tersebut akan menambah muatan
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
B1C M
1 B1C
M 2
B1C M
3 B2C
M 1
B2C M
2 B2C
M 3
B3C M
1 B3
C M
2 B3C
M 3
B4C M
1 B4C
M 2
B4C M
3
K T
K m
e 1
g
Perlakuan
“Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon” 47
negatif liat dari proses ionisasi gugus fungsionalnya, akibatnya kemampuan tanah menukarkan kation makin besar Povoledo
and Golterman, 1975 dan Tan, 1982.
Tabel 4.9. Uji Least Square Different Taraf 5 KTK me100g Akibat Faktor Dosis Pupuk Kandang,
Dosis Kalium dan Dosis Dolomit pada 3 MST.
Faktor Bahan Organik
KTK me100 g B2
30.20 a B1
10 31.53 a
B3 20
33.14 b B4
30 36.45 c
LSD 5 2.40
K1 175
30.88 a K3
225 32.86 b
K2 200
34.75 c LSD 5
1.77 C2
125 22.65 a
C3 150
23.64 a C1
100 33.81 b
LSD 5 1.77
Selain faktor bahan organik terlihat juga faktor penambahan pupuk K KCl sampai 200 kgha dan dolomit
sampai 150 kgha akan menambah KTK tanah. Hal ini disebakan karena bertambahknya senyawa KCl dan dolomit
dalam tanah akan menambah tingkat kejenuhan kation K, Ca dan Mg dalam larutan tanah dan akan menggeser kation-
kation valensi satu dan dua yang ada di komplek jerapan Setijono, 1986.
4.2. Karakteristik Kimia Tanaman