Puskesmas merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat di Indonesia sehingga sudah seharusnya di puskesmas menerapkan
penggunaan antibiotika secara rasional berdasarkan pedoman yang ada. Kesalahan penggunaan antibiotika di puskesmas dapat menimbulkan akibat yang merugikan
bagi kalangan masyarakat luas karena masyarakat yang memilih untuk berobat ke puskesmas lebih banyak terutama masyarakat dari kalangan menengah ke bawah.
Berdasarkan uraian di atas maka, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian berkaitan dengan kuantitas penggunaan antibiotika pada pasien anak.
Penulis memilih Puskesmas Mlati II Sleman karena berdasarkan informasi yang diperoleh puskesmas tersebut merupakan puskesmas dengan jumlah pasien anak
rawat inap terbanyak dibandingkan dengan puskesmas lainnya yang berada di Kabupaten Sleman Yogyakarta.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu:
a. Seperti apa pola diagnosis penyakit dan gejala pasien anak rawat inap yang
menerima peresepan antibiotika di Puskesmas Mlati II Sleman periode Juli 2012
– Juni 2013? b.
Seperti apa pola peresepan antibiotika pasien anak rawat inap yang menerima peresepan antibiotika di Puskesmas Mlati II Sleman periode Juli
2012 – Juni 2013?
c. Berapakah nilai Prescribed Daily Dose PDD dari penggunaan antibiotika
pada pasien anak Puskesmas Mlati II Sleman periode Juli 2012 – Juni
2013 berdasarkan kategori berat badan?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat praktis
Dapat digunakan sebagai bahan referensi penggunaan
antibiotika yang menggunakan data kuantitatif berdasarkan metode Prescribed Daily Dose
PDD. b.
Manfaat teoritis Penelitian ini dapat menggambarkan penggunaan antibiotika
pada pasien anak rawat inap di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta periode Juli 2012
– Juni 2013 berdasarkan metode Prescribed Daily Dose
PDD.
3. Keaslian Penelitian
Tabel I. Penelitian yang berhubungan dengan evaluasi penggunaan antibiotika
Judul dan penulis Hasil penelitian
Perbedaan Studi
penggunaan Antibiotik Berdasarkan
Sistem ATCDDD dan Kriteria Gyssens di
Bangsal
Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang
Almahdy et al, 2011. Segi
kuantitas, seftriakson
adalah antibiotika yang paling banyak
digunakan sebesar
31,429 metode
DDD, sedangkan secara kualitatif
penggunaan antibiotika yang tepat atau rasional kategori 1
sebesar 43,18 dan yang tidak tepat atau tidak rasional
kategori II-VI sebesar 56,19 metode Gyssens.
Tempat penelitian : RSUP Dr. M.
Djamil Padang Metode : Metode
ATCDDD dan
Kriteria Gyssens
Lanjutan Tabel I.
Comparing Neonatal
and Paediatric
Antibiotic Prescribing Between Hospitalis : a
New Algorithm to Help International
Benchmarking
Porta, 2012
Terdapat 47 jenis antibiotika yang digunakan dari total
1217 antibiotika
yang ditemukan.
Proporsi penggunaan tertinggi yaitu
antibiotika golongan
beta laktam
penisilin da
sefalosporin. Total nilai PDD yang
diperoleh untuk
penisilin sebesar 17,16 dan untuk sefalosporin sebesar
12,10. Tempat penelitian :
4 RS di tiga negara yaitu UK, Italia,
dan Yunani. Metode : metode
DDD dan PDD Periode penelitian :
februari 2009 dan mei 2009.
Perbandingan Precsribed Daily Dose
dengan Defined Daily Dose
pada Peresepaan Antibiotika di Apotek
Wilayah Kabupaten
Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa
Yogyakarta Wardani, 2012.
Pada beberapa
jenis antibiotika, PDD memiliki
nilai lebih besar daripada DDD yang ditemukan pada
antitibiotika
tetrasiklin, levofloksasin, dan doksisiklin
100 , amoksiklaf 87 , amoksisilin
50 ,
sedangkan pada
beberapa jenis antibiotika lainnya PDD
memiliki nilai lebih kecil daripada DDD yaitu pada
antibiotika gramisidin 99,70 , kloramfenikol 66,6 ,
kotrimoksazol
52 ,
sefadroksil, sefiksim,
spiramisin dan metronidazol masing-masing
sebesaar 50,
ampisilin 25
, azitromosin
16,66 ,
linkomosin 16,66 . Tempat penelitian :
Apotek Wilayah
Kabupaten Sleman,
Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta
Metode : metode DDD
Defined Daily Dose
dan PDD Prescribed
Daily Dose
Evaluasi Penggunaan Antibiotika
dengan Metode Defined Daily
Dose DDD
pada Pasien Pediatrik Rawat
Inap di
Puskesmas Mlati II Kabupaten
Sleman periode Juli 2012
– Juni 2013 Riani, 2014
Ditemukan empat
jenis antibiotika yang digunakan
yaitu kotrimoksazol,
amoksisilin, kloramfenikol
dan metronidazol dan jenis antibiotika
yang paling
banyak digunakan
adalah kotrimoksazol dengan nilai
DDD 100
patient days
sebesar 24,1 gram. Tempat penelitian :
Puskesmas Mlati II Kabupaten Sleman
Metode : metode DDD
Defined Daily Dose
100 bed days
Periode penelitian : Juli 2012
– Juni 2013
Lanjutan Tabel I.
Gambaran Perbedaan Antara
Prescribed Daily Dose
dengan WHO Defined Daily
Dose Pada Peresepan
Antibiotik Untuk
Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Ngemplak
Sleman Yogyakarta
Selama Tahun 2009 Sari, 2011.
Nilai PDD dan DDD untuk antibiotika amoksisilin dan
kotrimoksazol tidak sama, PDD amoksisilin 50 lebih
besar dari DDD, serta PDD kotrimoksazol
10 lebih
kecil dari nilai DDD. Pada beberapa antibiotika seperti
siprofloksasin, metronidazol, dan eritromisin tidak terdapat
perbedaan antara PDD dan DDD. Amoksisilin adalah
jenis antibiotika yang paling banyak digunakan dengan
nilai DDD1000KPRJ 681,09 dan PDD1000KPRJ 454,06.
Tempat penelitian : Puskesmas
Ngemplak Sleman Yogyakarta
Metode : DDD Defined
Daily Dose
Periode penelitian : 2009
Penelitian ini berbeda dengan penelitian – penelitian sebelumnya.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah waktu pelaksanaan, subjek penelitian, desain dan metode penelitian yang digunakan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai penggunaan antibiotika pada pasien anak berdasarkan metode Prescribed Daily Dose PDD di
Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta masih belum pernah dilakukan, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan data penggunaan antibiotika
berdasarkan metode Prescribed Daily Dose PDD pada pasien anak rawat inap di Puskesmas Mlati II Sleman periode Juli 2012
– Juni 2013.
B. Tujuan Penelitian