Panggung ini di set dua menjadi satu, memiliki mesin untuk mengubah atau menggerakkan panggung menjadi set yang berbeda, untuk mengubah latar
belakang suatu adegan pertunjukan. Pada pertunjukan Kabuki diatas panggung, ada satu unsur yang memiliki
peran penting sebagai bagian untuk mengganti sebuah adegan, yaitu Tirai. Tirai utama yang digunakan di panggung adalah tirai Hanamichi. Tetapi, disamping itu
ada sejumlah tirai-tirai kecil yang memiliki berbagai kegunaan. Seperti tirai bercahaya biru Asagi Maku yang berfungsi sebagai tirai penutup sementara. Ada
juga tirai Joshiki Maku, tirai yang ditarik kesamping. Untuk meningkatkan tontonan yang dramatis, Asagi Maku dijatuhkan dari atas dan dibawa dari
panggung. Ada juga Keshi Maku yaitu tirai hitam yang dipegan oleh asisten yang berpakain hitam untuk menyembunyikan diri, dan mengeluarkan aktor dari
panggung, jika ada adegan aktor yang tewas, dan versi berwarna merah digunakan untuk menutupi sebuah pintu masuk atau menutupi aktor melakukan perubahan
kostum. Selain itu ada Kasumi Maku yang digunakan dalam drma tertentu untuk menyembunyikan pelantun dan pemain Shamisen sebelum mereka diminta untuk
bermain. Lainnya adalah Anten Maku berwarna hitam, yang berfungsi untuk menyembunyikan seluruh set panggung.
3.4 Kostum Pemain Kabuki
Salah satu ciri khas dari teater Kabuki ialah, ciri khas kostum para aktor yang mecolok. Seorang aktor adalah fokus utama dari teater Kabuki, dan untuk
alasan itulah kostum di Kabuki menunjukkan kinerja seorang aktor dan untuk meningkatkan perhatian penonton. Kaya dan boros adalah sifat dari kostum di
Universitas Sumatera Utara
Kabuki. sementara Kabuki dikenal karenan kekayaan kain dan desainnya yang kaya dan boros, ternyata tidak semua kostum pada teater ini boros. Berbagai
kostum di teater Kabuki menambah simbolisme cerita yang kaya akan kualitas emosional. Sebuah kostum Kabuki mengarah pada pemahaan yang lebih jelas
tentang karakter yang dimainkan sehingga menambah kenikmatan penonton. Kostum Kabuki dibagi ke dalam empat kategori: Kostum untuk drama
yang ditulis pada 100 tahun terakhir yang berfokus pada keakuratan sejarah; dan The Jidaimono atau Genroku yang ditulis pada tahun 1673-1735, yang
menggunakan kostum kontemporer pada saat itu, tapi sekarang hanya tinggal sejarah; yang lainnya ialah Sewamono dan Kizewamono, drama yang ditulis pada
tahun 1600-1800-an, yang menggunakan pakaian sehari-hari kontemporer pada saat itu, kontras degan pakaian pengadilan yang elegan; dan yang terakhir Kostum
untuk kebutuhan tarian khusus. Karena Kabuki adalah bentuk teater yang populer, fashion sehari-hari
pemainnya sering mempengaruhi kostum panggung. Bagi penonton, penggunaaan kostum pengadilan yang elegan adalah kebanggan tersendiri bagi masyarakat
umum yang memadati teater Kabuki selama masa kejayaan abad ke-19, karena sebagian besar masyarakat tidak bisa menggunakan kain sutra yang kaya akan
bordiran. Jenis kostum yang dikenakan oleh karakter wanita dan pria berubah pada
periode sejarah Heian. Pada periode Heian, kimono adalah pakaian standar untuk pria dan wanita. Pada periode ini pula lah yang memberikan gelar pada Hakama
celana panjang sebagai celana yang menciptakan kehadiran yang lebih dramatis
Universitas Sumatera Utara
bagi aktor, serta memberikan penekanan untuk memerangi sebuah adegan. Hakama celana panjang dianggap lebih gagah dan menunjukkan keuatan prajurit
samurai.
3.5 Tata Rias Pemain Kabuki