Naskah Kabuki Unsur-Unsur Pelengkap Drama Kabuki

seorang aktor dengan pose yang mengagumkan yaitu sikap seperti patung dengan mata yang melotot, dengan kata lain, Mie juga merujuk kepada seorang aktor yang menghentikan aktivitasnya sejenak untuk mencapai klimak emosi di dalam akting yang diperankannya. Selain itu, dalam drama klasik kabuki dikenal juga adanya 2 jenis peran dasar yang terdiri dari 2 jenis Wagoto dan Aragoto. Wagoto adalah jenis dasar drama klasik kabuki yang mencerminkan realitas kehidupan masyarakat kota yang berkembang di daerah kansai. Karakter utamanya naturalisme dan pokok ceritanya berkisar tentang kisah cinta pria dan wanita, sedangkan Aragoto adalah jenis peran yang mencerminkan semangat masyarakat kota di daerah Edo yang berwatak sombong, kasar dan berideologi kuat. Peran Aragoto biasanya diimplementasikan ke dalam cerita-cerita kepahlawanan, kegagahan, semangat yang mengebu-gebu, sehingga hampir cenderung kasar tanpa adanya unsur yang lemah lembut seperti pada peran Wagoto.

3.2 Naskah Kabuki

Pada awal abad 19 urutan alur drama klasik kabuki dapat dikelompokkan ke dalam 2 jenis yaitu : 1. Jidaimono cerita tentang sejarah Cerita jenis ini paling populer dan superior, karena bersumber pada kisah- kisah pertempuran antara keluarga Minamoto dan Taira, shogun Ashikaga dan Hojo, Odanobunaga dan Toyotomi Hideyoshi, serta kisah pembayar pajak dan si pemberani serta keadaan masyarakat Jepang pada masa pemerintahan Tokugawa. Termasuk pula dalam jenis cerita tentang sejarah ini, adalah cerita mengenaii Universitas Sumatera Utara kehidupan kalangan bangsawan ataupun kalangan istana yabg disebut ochomono, serta cerita-cerita yang menceritakan tentang skandal disebut oie sodomono. 2. Sewamono cerita mengenai keadaan kehidupan sehari- hari Jenis cerita ini menggambarkan realitas kehidupan sehari-hari rakyat jelata, baik menyangkut tentang kesulitan hidup, profesi dan penjahat. misalnya kisah pembuat onar, penata rambut, pengemis bahkan seluk-beluk kehidupan para pencuri. Berkaitan dengan unsur cerita di atas, salah satu penunjang kepopuleran drama klasik Kabuki pada masa sekarang ini adalah adanya naskah asli kabuki yang dinamakan “kizewamono”. Naskah ini ditulis dalam bahasa Jepang klasik dan isinya menggambarkan ke-erotisan, siksaan, serta kehidupan suram masyarakat rendah pada zaman Tokugawa. dan bahasa yang digunakan dalam bakubi adalah Koten atau dikenal sebagai Bahasa Jepang Klasik. Kizewamono disebut sebagai naskah asli drama klasik kabuki karena Kizewamono tidak dipengaruhi oleh karya-karya sebelumnya seperti bunraku. Salah satu naskah yang di gunakan dalam drama Kabuki yang berjudul Shiranami Gonin Otoko, “Bercerita tentang sebuah geng bandit terkenal akan penipuan terbesar mereka. Di kota tua Edo, bahaya mengintai di tempat yang paling mengejutkan Kata shiranami berarti ombak putih dan merupakan sinonim tua untuk pencuri. Kejadiannya adalah, seorang gadis cantik dan kaya dengan hamba samurai nya tiba di sebuah toko kimono mahal untuk membeli bahan untuk pakaian pengantin pernikahannya. Sambil melihat tekstil yang berbeda, para asisten toko Universitas Sumatera Utara berpikir mereka melihat gadis itu mencuri sepotong crêpe, dan segera menuduh mereka adalah pasangan pencuri. Terjadilah perkelahian dan salah satu staf toko melukai gadis itu pada dahi dengan sempoa. Ini adalah pelanggaran serius terhadap pelanggan dan ketika hamba samurai membuktikan bahwa mereka benar-benar membeli crêpe di tempat lain toko lain adalah masalah besar bagi pemilik toko. Terkejut oleh kesalahan, tuan toko menyerahkan uang sebagai kompensasi, tapi kemudian, samurai lain muncul dari dalam. Pria ini memperkenalkan dirinya, melihat melalui trik dan dengan cepat memperlihatkan bahwa gadis dan pelayannya tadi adalah pencuri terkenal dari Benteng Kozo dan komplotannya. Gadis muda yang cantik tadi sebenarnya seorang pria yang menyamar. Gadis itu menurunkan lengan bajunya untuk mengungkapkan lengan bertato cerah, ia bangga menyatakan identitas aslinya dalam penampilan yang menarik dan ritmis pengenalan diri yang unik. Tapi itu tidak semua. Ini hanya awal dari sebuah rencana besar kecerdikan mereka untuk mendapatkan lebih banyak uang keluar dari pemilik toko yang kaya. Pada kenyataannya, baik Benten Kozo dan komplotannya adalah anggota geng dari lima bandit yang pemimpinnya adalah Nippon Daemon yang terkenal, seorang jenius dari neraka. Seperti bermain terus, kita akan mencari tahu siapa ini samurai lain, dan akhirnya lima pencuri akan mengungkapkan diri dalam segala kemegahan berwarna- warni.” Universitas Sumatera Utara

3.3 Konsep Panggung Kabuki