Habutae  pada  dahi  juga  ditutupi  dengan  makeup,  dan  memperluasnya  cukup tinggi  untuk  ditutupi  oleh  mahkota  wig.  sentuhan  bedak  warna  pink  dapat
diterapkan untuk memberikan blush on ke pipi. Dasar  putih  obliterates  fitur  aktor,  khususnya  di  bibir  dan  alis.  alis  yang
dicat  pada  wajah  dibuat  agak  lebih  tinggi  dari  pada  warna  cokelat  mata  yang sebenarnya,  dan  mata  yang  halus  dilapisi  warna  hitam  untuk  pria,  dan  merah
untuk  wanita.  Sebuah  lipstick  berwarna  hitam  digunakan  untuk  menghasilkan bentuk  ke  bawah  yang  diberikan  pada  bibir  pria.  Mulut  perempuan  juga  dibuat
berwarna  merah,  yang  dibuat  lebih  kecil,  dengan  membuat  ramping  bibir  bawah yang  tebal.  Ini  adalah  kecantikan  feminin  yang  ideal.  ada  banyak  garis  mata,
pewarna mata, dan gaya bibir  yang telah digayakan dan diberlakukan untuk men- sugesti karakter dan status sosial pemain.
Dalam  kabuki,  make-up  juga  sebagai  suatu  peran  penting  terhadap  para aktor,  seperti  karakter  Aragoto  yang  mencerminkan  karakter  seorang  aktor  yang
sombong,  kasar,  dan  berideologi  kuat,  sehingga  menyebabkan  make  up  Aragoto berwarna  merah  terang,  biru  dan  hitam.  Warna-warna  make  up  tersebut  disebut
kumadori yang melambangkan kekuatan dahsyat dan kekuatan manusia yang luar biasa.
3.6 Musik Pengiring Drama Kabuki
Musik  adalah  salah  satu  unsur  yang  memiliki  peran  penting  dalam  suatu pertunjukan,  begitu  juga  di  dalam  Kabuki.  di  Kabuki,  musik  dibagi  dua  yaitu
Shosa-Ongaku  dan  Geza-  Ongaku.  Shosa-Ongaku  adalah  musik  Shamisen  yang mengiringi  adegan  dan  menambah  jelasnya  pelaku  dalam  aktingnya,  sedangkan
Universitas Sumatera Utara
Geza-Ongaku  ialah  musik  pengiring  Kabuki,  yang  dibagi  berdasarkan  arah sumber  suara,  yaitu:  musik  yang  dimainkan  di  sisi  kiri  panggung  dari  arah
penonton  disebut  Geza-Ongaku,  dan  musik  yang  dimainkan  diatas  panggung disebut Debayashi.
Ada cukup banyak item  dalam bermain musik metode Geza ini, sehingga digolongkan ke dalam tiga kategori sesuai dengan alat-alat musik yang dimainkan.
Adapun jenis-jenis Geza yaitu : a
Geza-Ongaku  yang pertama adalah  Uta  lagu dinyanyikan untuk iringan  Shamisen.  Biasanya,  Uta  dinyanyikan  oleh  beberapa
Utakata  penyanyi  dari  Nagata,  namun  dalam  beberapa  kasus, Dokugin penyanyi solo dalam geza digantikan oleh Utakata untuk
menyampaikan perasaan yang sangat halus secara efektif. b
Geza-Ongaku  yang  kedua  adalah  Aikata,  musik  Shamisen  tanpa nyanyian.  Aikata  kadang-kadang  dinyanyikan  dengan  lirik  dan
disebut Uta-iri. c
Geza-Ongkau  yang ketiga adalah Narimono, yaitu alat-alat musik yang diimainkan selain shamisen. Narimono berisi beberapa musik
dan berbagai efek suara. Geza  Ongaku  menciptakan  berbagai  efek  yang  bergantung  pada  waktu.  Musik
pelengkapanya terdiri dari alat-alat musik untuk meniru suara binatang, air hujan, angin, kilat dan lain sebagainya.
Instrumen  utama  lainnya  dari  Geza  adalah  noh  seruling  nohkan;  seruling bambu take-bue; Drum-Bahu kotsuzumi, yang dipukul dengan 1 sampai 4 jari;
Universitas Sumatera Utara
yang Side-Drums o-tsuzumi, yang diletakkan pada pinggul dan juga dimainkan dengan  ujung  jari,  untuk  memberikan  nada  tajam;  Drum  tongkat  taiko;  Drum
yang sangat besar o-daiko; dan berbagai instrumen perkusi lainnya seperti gong, balok kayu, sebuah lonceng dari berbagai kayu.
Dalam  Kabuki,  Ada  juga  istilah  yang  disebut  dengan  Gidayu.  Gidayu merupakan  narasi  dasar  untuk  memainkan  Bunraku  Drama  Boneka.  Bentuk  ini
adalah  bentuk  meneriakkan  narasi,  yang  berasal  dari  Takemoto  Gidayu  1651- 1741. Hal ini sangat sulit, dan aktor-aktornya pun mempelajarinya sejak usia dini
untuk  mengembangkan  suara  mereka.  Dalam  Bunraku,  pelantun  menggunakan berbagai  warna  nada  vokal  saat  berbicara  kepada  boneka.  Nyanyian  ini  sangat
dramatis,  dan  jumlah  pelantunnya  hampir  sebanyak  jumlah  aktor  yg  berperan sebagai musisi.
Selain  Geza,  Shamisen,  dan  Gidayu,  ada  juga  alat  musik  yang  tidak  kalah pentingnya,  alat  ini  disebut  KI  clappers.  Ki  adalah  alat  musik  yang  berbentuk
dua  balok  kayu  kembar  yang  dimainkan  dengan  cara  menyentakankan  kedua balok  kayu  itu  satu  sama  lain.  Ki  merupakan  efek  suara  yang  digunakan  untuk
memberitahukan  aktor  akan  waktu  dan  membuat  agar  aktor  bertindak.  Ki memiliki pola sifat isyarat yang digunakan sebelum pertunjukan dimulai, sebagai
isyarat  keluar  masuknya  aktor.  Ki  dimainkan  sebelum  aktor  memulai  dan mengakhiri  dialog  atau  gerakannya.  Jika  terdengar  bunyi  isyarat  dari  Ki  ketika
tirai dibuka ini disebut naoshi dan makugire,  dan jika terdengar bunyi sebagai isyarat  dari  Ki  ketika  tirai  tertutup  ini  disebut  Ki  Kigashira.  Orang  yang
bertanggung  jawab  atas  Ki  haruslah  yakin,  khususnya  untuk  memperhatikan  apa
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan aktor di  atas panggung, dan harus memunculkan  Kigashira pada saat  yang  pas.  Letak  posisi  Ki  ini  sendiri  berada  tempat  yang  tidak  terlihat  dari
kursi penonton. Musik  Kabuki  dimainkan  oleh  Gidayu  yang  bermain  disayap  kiri  panggung
dan  Shimoza-Ongaku  yang  bermain  di  sayap  kanan  panggung,  serta  Debayashi atau Degatari yang bermain di atas panggung.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan