Pemilihan item berdasarkan korelasi dari item total memiliki
batasan r
ix
≥ 0,3. Dengan demikian, jika item mencapi r
ix
minimal 0,3, maka item tersebut memiliki daya beda yang tinggi. Sebaliknya, jika
item mencapi r
ix
0,3, maka item tersebut memiliki daya beda yang rendah. Pada penelitian ini, pengujian tersebut dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 16 for windows pada Skala Gaya Hidup Brand Minded dan juga Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
pada Produk Fashion. Pada Skala Gaya Hidup Brand Minded yang terdiri dari 24 item,
diperoleh hasil bahwa hanya terdapat 1 item yang memiliki nilai r
ix
0,3, sehingga item tersebut dinyatakan gugur. Jadi, jumlah item yang lolos melewati uji seleksi item adalah 23 item.
Tabel. 7. Sebaran Item Skala Gaya Hidup Brand Minded setelah seleksi item
Aspek Item
Jumlah Bobot
Favorable Unfavorable
Aktivitas 2, 3, 14, 20
5, 8, 10, 11 7
30,4 Minat
4, 7, 16, 21 6, 9, 13, 23
8 34,7
Opini 12, 15, 19, 22 1, 17, 18, 24
8 34,7
Total 12
11 23
100
Keterangan: Angka yang dicetak tebal adalah item yang gugur dalam penelitian.
Sedangkan, pada Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Produk Fashion, terdiri dari 24 item dan diperoleh hasil bahwa
terdapat 2 item yang gugur, karena memiliki nilai r
ix
0,3. Dengan demikian dan jumlah item pada Skala Kecenderungan Pembelian
Impulsif pada Produk Fashion adalah 22 item. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel. 8. Sebaran Item Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Produk
Fashion setelah seleksi item
Aspek Item
Jumlah Bobot
Favorable Unfavorable Kognitf
7, 12, 14, 15, 20, 24
1, 3, 4, 11, 21, 22
12 54,5
Afektif 2, 6, 9, 10,
13, 16 5, 8, 17, 18,
19, 23
10 45,4
Total 10
12 22
100
Keterangan: Angka yang dicetak tebal adalah item yang gugur dalam penelitian.
Pada Skala Gaya Hidup Brand Minded dan Skala Kecenderungan
Pembelian Impulsif pada Produk Fashion tidak dilakukan penyetaraan jumlah item setelah lolos pada proses seleksi item. Hal ini dikarenakan
item yang gugur dari kedua skala tidak berasal dari satu aspek yang sama. Dengan kata lain, item yang gugur tersebut tidak berdampak
pada aspek-aspek yang digunakan dalam pengukuran dari kedua skala Selain itu, jika penyetaraan jumlah item dilakukan justru akan
membuat nilai koefisien alpha cronbach α dari kedua skala turun.
Berdasarkan pertimbangan berikut, maka dalam penelitian ini penyetaraan jumlah item tidak dilakukan.
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan sejauh mana tingkat kepercayaan suatu instrumen Kasmadi Sunariah,
2013. Azwar 2009, juga mengatakan bahwa reliabilitas mengacu pada keterpercayaan hasil ukur dan kecermatan pengukuran.
Reliabilitas tes penting dilakukan, karena jika pengukuran tidak reliabel, maka skor yang dihasilkan juga tidak dapat dipercaya.
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan konsistensi internal, yaitu pendekatan yang bertujuan untuk melihat konsistensi antara item
ataupun konsistensi antara bagian dalam tes Azwar, 2010. Pada penelitian ini, reliabilitas konsistensi internal dicari dengan
menggunakan alpha cronbach α melalui program SPSS 16 for
windows. Koefisien reliabilitas bergerak mulai dari angka 0 sampai dengan
1,00 Azwar, 2009. Jika skor yang diperoleh semakin mendekati angka 1,00, maka skala tersebut dapat dikatakan memiliki koefisien
reliabilitas yang baik. Sebaliknya, jika skor mendekati 0, maka maka skala tersebut dapat dikatakan memiliki koefisien reliabilitas yang
kurang baik. Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukannya seleksi
item, maka Skala Gaya Hidup Brand Minded dalam penelitian ini memiliki koefisien
alpha cronbach α sebesar 0,915. Hal ini menunjukkan bahwa Skala Gaya Hidup Brand Minded memiliki
koefisien reliabilitas yang baik Azwar, 2009 atau sangat reliabel Sarwono, 2006. Sedangkan, Skala Kecenderungan Pembelian
Impulsif pada Produk Fashion memiliki koefisien alpha cronbach α
sebesar 0,919. Hal ini menunjukkan bahwa Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif pada Produk Fashion juga memiliki koefisien
reliabilitas yang baik Azwar, 2009 ataupun sangat reliabel Sarwono, 2006.
G. Metode Analisis Data