Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi pembelian impulsif adalah variabel personal, yang
meliputi segala urusan yang menyangkut kepribadian, seperti usia dan jenis kelamin. Sedangkan, faktor eksternal meliputi budaya,
pendidikan, lingkungan personal, keluarga dan gaya hidup.
4. Pembelian Impulsif Produk Fashion Pada Remaja
Fashion berasal dari istilah bahasa asing yang artinya adalah “busana” atau “pakaian” Wollen, 2003. Menurut KBBI diakses pada
15 September 2015, melalui www.kbbi.web.id, pakaian fashion merupakan kata benda yang berarti suatu barang yang dapat dipakai
atau digunakan oleh manusia, seperti baju, celana, dan barang-barang lainnya yang dapat menunjang penampilan. Jusuf 2001 juga
menjelaskan bahwa pakaian fashion dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi tingkatan sosial, ekonomi dan juga martabat
seseorang. Dengan demikian maka produk fashion dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang dipergunakan dan dikonsumsi oleh manusia,
berupa aneka barang seperti, baju, celana, sepatu, tas dan lain sebagainya sebagai sarana penunjang penampilan.
Berdasarkan penelitian dari Ditmar, et al 1995 mengungkapkan hasil bahwa remaja sebagai pelaku konsumen semakin cenderung
impulsif, terutama dalam hal pembelian produk fashion. Astari dan Widagda 2014 juga mengatakan bahwa kecenderungan pembelian
impulsif produk fashion pada jenis kelamin perempuan lebih tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
daripada laki-laki. Jika melihat fenomena yang terjadi saat ini remaja laki-laki juga mulai menyukai kegiatan belanja. Pada tahun 2011,
berdasarkan sensus nasional sex ratio diperoleh hasil bahwa konsumen laki-laki justru lebih impulsif daripada perempuan diakses pada 27
Februari 2016 melalui www.asmarie.blogdetik.com. Laki-laki sebagai pelaku konsumen juga mulai menunjukkan kecenderungan pembelian
impuslif terhadap produk fashion yang cukup tinggi. Penelitian dari Anastasia, et al, 2008 menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya
perbedaan antara remaja laki-laki dan perempuan dalam pembelian impuslif terhadap produk fashion.
B. Gaya Hidup Brand Minded
1. Pengertian Gaya Hidup Brand Minded
Blackwell, et al 1994 mengungkapkan bahwa gaya hidup merupakan pola yang digunakan seseorang untuk hidup. Definisi
tersebut sejalan dengan definisi dari Kotler 2005, yang mengatakan
bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dapat dilihat dari aktivitas, minat serta opininya dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Sumarwan 2011 juga menambahkan bahwa gaya hidup yang merupakan pola hidup sehari-hari ini juga dapat menggambarkan
“keseluruhan kepribadian” dari orang itu sendiri. Oleh karena itu, dengan mengetahui gaya hidup seseorang, maka dapat diketahui pula
keberadaan kelas sosial serta kepribadian orang tersebut Sumarwan, 2011.