Identifikasi Masalah Hasil Penelitian

60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini memaparkanhasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut.

4.1 Hasil Penelitian

Subbab ini berisi uraian proses penelitian dari persiapan sampai dengan pelaksanaan. Uraian tersebut meliputi potensi dan masalah, analisis kebutuhan, data analisis kebutuhan, proses pengembangan LKS, dan kualitas LKS.

4.1.1 Deskripsi Potensi dan Masalah

Padadeskripsi potensi dan masalah, peneliti membahas mengenai identifikasi potensi dan identifikasi masalah yang diuraikan di bawah ini. 4.1.1.1Identifikasi Potensi Potensi yang ada adalah sekolah sudah menggunakan kurikulum 2013. Sekolah juga sudah menggunakan LKS dalam proses pembelajaran .

4.1.1.2 Identifikasi Masalah

Identivikasi masalah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Hasil observasi dan wawancara tesebut kemudian dikaji dengan menggunakan triangulasi. 1. Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengamati pembelajaran IPA kelas IV dan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran di SDN Perumnas Condongcatur. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 3.1. Pedoman observasi telah divalidasi sebelum digunakan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa. Guru menjelaskan dengan menuliskan materi di papan tulis dan siswa mencatat. Guru kurang menumbuhkan semangat dan keaktifan siswa dalam melakukan pembelajaran. LKS yang digunakan guru dan siswa berupa LKS yang biasa digunakan pada umumnya, di dalam LKS masih terdapat materi dan soal-soal latihan sehingga mempermudah siswa mengerjakan selain itu LKS masih kurang melibatkan siswa untuk aktif.Guru belum sepenuhnya paham tentang lima tahapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 pendekatan saintifik dan hanya beberapa langkah saja yang dilaksanakan. Kemudian, fasilitas pembelajaran yang kurang memadai juga menjadi salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik. 2. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran IPA. Kegiatan wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, guru kelas IV, dan siswa kelas IV. Sebelum melakukan wawancara, pedoman wawancara terlebih dahulu divalidasi oleh ahli expert judgment dan guru kelas IV SD. Wawancara pertama dilakukan kepada kepala sekolah. Rencana wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2. Pedoman wawancara kepala sekolah telah divalidasi oleh ahli expert judgment. Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli, didapatkan rerata skor sebesar 3,6. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak untuk digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli dapat dilihat pada lampiran. Wawancara yang kedua dilakukan kepada guru. Rencana wawancara dengan guru kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.3, Sama halnya dengan pedoman wawancara Kepala sekolah, pedoman wawancara guru telah divalidasi oleh ahli dengan hasil rerata skor sebesar 3,71. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 rerata tersebut memiliki nilai kurang dari 2,50 dan termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli dapat dilihat pada lampiran. Wawancara yang ketiga ditujukkan kepada siswa. Rencana wawancara dengan siswa kelas IV dapat dilihat pada tabel 3.4. Pedoman wawancara siswa telah divalidasi oleh ahli dan Guru SD, dengan hasil rerata skor sebesar 3,25. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan 62 valid dan layak digunakan. Lembar hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan penggunaan LKS IPA berbasis pendekatan saintifik masih terbatas. Hal tersebut terlihat dari jawaban narasumber yang ditampilkan pada gambar 4.1 di bawah ini. ggg Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara Berdasarkan gambar 4.1 mengenai triangulasi sumber wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti lima langkah pendekatan saintifik saat proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut Guru Guru menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran tetapi hanya beberapa langkah saja yang dilaksanakan. Guru kesulitan dalam melaksanakan lima langkah pendekatan saintifik, karena kemampuan setiap siswa berbeda-beda dan siswapun kesulitan dalam menerapkannya. Kepala sekolah Sekolah sudah menyediakan LKS tetapi LKS tersebut tidak digunakan secara maksimal. Kemudian, LKS yang digunakan tidak memuat kegiatan-kegiatan siswa melainkan hanya berisi soal-soal saja. Selain itu, LKS yang digunakan tidak mengacu lima tahapan pendekatan saintifik . Kemudian fasilitas pembelajaran kurang memadai juga menghambat pelaksanaan lima tahapan pendekatan saintifik. Siswa Guru tidak menggunakan LKS dalam proses pembelajaran di kelas, melainkan guru lebih fokus menggunakan buku siswa dan BSE. Selain itu, siswa lebih menyukai LKS yang berisi kegiatan-kegiatan yang mengacu lima tahapan pendekatan saintifik bukan soal-soal saja. Kemudian, LKS dapat membantu dalam pemahaman materi. Ketersediaan LKS di sekolah terkait LKS IPA materi daur hidup jenis makhluk hidup masih terbatas dan sekolah masih mengandalkan LKS dari pemerintah. Selain itu LKS hanya berisi soal- soal saja dan tidak memuat kegiatan-kegiatan siswa. Kemudian guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan, karena hanya mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan guru. Meskipun demikian minat guru untuk membuat LKS IPA 63 menjadi permasalahan karena ketersediaan dan penggunaan LKS khususnya mata pelajaran IPA di SDN Perumnas Condongcatur masih terbatas.Sekolah masih mengandalkan pembuatan LKS dari pemerintah. Selain itu, LKS tersebut hanya berisi soal-soal saja tidak mengacu kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa aktif membangun konsepnya sendiri. Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti lima langkah pendekatan saintifik. Pada saat wawancara, siswa mengatakan bahwa mereka jarang sekali diajak untuk melakukan suatu kegiatan dan percobaan tentang materi yang sedang dijelaskan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi, bahwa siswa ketika diberi pertanyaan kepada guru cenderung tidak bisa menjawab. Selain itu, jika guru meminta pendapat kepada siswa, tidak ada siswa yang aktif untuk mengemukakan pendapatnya melainkan siswa cenderung berbicara sendiri kepada teman sebangkunya.Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan dari guru saat wawancara. Guru mengatakan bahwa siswa ketika diminta untuk menjawab soal hanya beberapa soal saja yang dikerjakan, apabila dikerjakan secara keseluruhan, jawaban yang ditulis kurang tepat. Permasalahan lain yang ditemukan adalah kurangnya penggunaan LKS yang digunakan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa guru tidak menggunakan LKS dalam mendukung proses pembelajaran di kelas guna mengaktifkan siswa untuk melakukan suatu kegiatan. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan lebih fokus menggunakan buku siswa yang diberikan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, karena guru hanya menjelaskan materi secara monoton dan siswa hanya diminta untuk mendengarkan, mencatat, dan menghafal apa yang disampaikan oleh guru tanpa ada keaktifan yang dilakukan siswa. Meskipun demikian, sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013 berbasis pendekatan saintifik, namun sekolah belum optimal dalam melaksanakan limatahapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan, 64 guru kelas sepenuhnya belum paham tentang pendekatan saintifik dan guru hanya menerapkan beberapa langkah saja, misalnya mengamati dan mengomunikasikan. Hal ini, juga didukung dengan kemampuan masing-masing siswa yang berbeda dalam memahami suatu materi atau kegiatan yang sedang dilakukan, sehingga guru perlu menerapkanlima tahapan pendekatan saintifik tahap demi tahap. 3. Kuesioner Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner terbuka dan tertutup.Kuesioner terbuka pada analisis kebutuhan dapat dijawab secara bebas oleh responden. Responden pada kuesioner analisis kebutuhan ini adalah guru kelas IV di SDN Perumnas Condongcatur. Sedangkan kuesioner tertutup, responden menjawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan alternatif jawaban yang sudah ditentukan. Kuesioner terbuka berjumlah delapan pertanyaan dan kuesioner tertutup berjumlah tujuh pertanyaan. Kuesioner siswa berjumlah 15 pertanyaan. Hasil kuesioner tersebut digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang produk LKS IPA berbasis pendekatan saintifik. Selain itu, kuesioner tersebut dirancang berdasarkan lima karakteristik LKS yang dikembangkan. Kuesioner analisis kebutuhan guru disajikan dalam tabel 3.5 kuesioner terbuka, tabel 3.6 kuesioner tertutup, tabel 3.7 Kuesioner siswa terbuka, dan tabel 3.8 Kuesioner siswa tertutup. Hal tersebut terlihat dari jawaban narasumber yang ditampilkan pada gambar 4.2 di bawah ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 Gambar4.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan bagan triangulasi teknik pengumpulan data pada gambar 4.2 terdapat tiga teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan kuesioner. Data yang diperoleh dari wawancara yaitu sekolah telah menggunakan LKS namun, LKS yang digunakanmasih berisi materi dan soal-soal. Guru masih kesulitan dalam menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA di sekolah dasar. Data yang diperoleh melalui teknik observasi yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa, guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru menuliskan materi di papan tulis dan siswa mencatat. Sekolah tersebut sudah menggunakan Kurikulum 2013 namun, kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh guru yang menjelaskan materi kepada siswa. Ketika guru bertanya kepada siswa, sebagian besar siswa diam dan tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat. Wawancara Sekolah telah menggunakan LKS.LKS yang digunakan adalah LKS yang berisi materi dan soal-soal . Guru sudah menggunakan kurikulum 2013 dan menggunakan pendekatan Saintifik, tetapi guru belum menerapkan sesuai dengan 5 tahapan pendekatan saintifik. Kuesioner Guru dan siswa memiliki penilaian yang baik mengenai LKS dengan 5 tahapan pendekatan saiktifik yang ditawarkan dalam kuesioner . Saran dari guru dan siswa menjadi pertimbangan dalam pengembangan LKS. Siswa membutuhkan LKS untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran dan menuntun siswa melakukan kegiatan secara mandiri sesuai dengan karakteristik yang mengaktifkan siswa, mencari sumber informasi, mengarahkan siswa untuk mandiri, mengarahkan siswa melakukan lima tahapan pendekatan saintifik Observasi Guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru menuliskan materi di papan tulis dan siswa mencatat. Sudah menggunakan Kurikulum 2013 namun, kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh guru yang menjelaskan materi kepada siswa . Ketika guru bertanya kepada siswa, sebagian besar siswa diam dan tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat. 66 Teknik yang terakhir adalah kuesioner. Data yang diperoleh melalui kuesioner adalah guru dan siswa memiliki penilaian yang baik mengenai LKS dengan lima tahapan pendekatan saiktifik yang ditawarkan dalam kuesioner. Saran dari guru dan siswa menjadi pertimbangan dalam pengembangan LKS. Berdasarkan triangulasi teknik, dapat disimpulkan bahwa guru belum maksimal dalam menerapkan lima tahapan pendekatan saintifik. LKS yang digunakan adalah LKS yang berisi materi dan soal-soal. Dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab kepada siswa, guru menjelaskan materi dan menuliskannya di papan tulis dan siswa mencatat. Pada tahap ini, peneliti telah memperoleh data analisis kebutuhan mengenai LKS yang diinginkan oleh siswa dan guru. Data hasil analisis kebutuhan tersebut digunakan untuk pertimbangan dalam pembuatan desain LKS. 4.1.2Proses Pengembangan LKS Proses pengembangan LKS tidak harus skuensial tidak kembali ke awal tetapi secara simultant. Maka yang dituliskan di bawah ini tidak harus urut, melainkan lebih menjelaskan bagian-bagiannya.

4.1.2.1 Analisis Kebutuhan 1. Analisis Pembelajaran