itu. Kita mengetahui kunci karena bahasa yang kita hubungkan dengannya: ”menutup”, ”membuka”, ”besi”, ”berat” dan sebagainya.
2.4.1 Keragaman dalam Tradisi Fenomenologis
Fenomenologis sebagai sebuah tradisi yang berfokus pada internal dari pengalaman sadar dari seseorang. Tradisi ini melihat pada cara-cara seseorang
memahami dan memberi makna pada kejadian-kejadian dalam hidupnya seperti pada pemahaman akan dirinya. Menurut Littlejhon dan Karen 2009:58 ada tiga
kajian pemikiran umum membuat beberapa tradisi fenomenologis yaitu: a.
Fenomenologis klasik. Fenomenologis klasik biasanya dihubungkan dengan Edmund Husserl, menulis fenomenologis modern. Husserl yang
menulis selama pertengahan abad ke-20, berusaha mengembangkan metode yang meyakinkan kebenaran melalui kesadaran yang terfokus.
Baginya, kebenaran dapat diyakinkan melalui pengalaman langsung dengan catatan kita harus disiplin dalam mengalami segala sesuatu. Hanya
dengan perhatian sadarlah kebenaran dapat diketahui. Agar dapat mencapai kebenaran melalui perhatian sadar, bagaimanapun juga, kita
harus mengesampingkan atau mengurangkan kebiasaan kita. Kita harus menyingkirkan kategori-kotegori pemikiran dan kebiasaan-kebiasaan
dalam melihat segala sesuatu agar dapat mengalami sesuatu dengan sebenar-benarnya. Dalam hal ini, benda-benda di dunia menghadirkan
dirinya pada kesadaran kita. Pendekatan Husserl dalam fenomelogis sangat
objektif, dunia dapat di alami tanpa harus membawa kategori pribadi seseorang agar terpusat pada proses.
b. Fenomenologis persepsi. Fenomenologis persepsi merupakan sebuah
reaksi yang menentang objektivitas sempit miliki Husserl. Baginya manusia merupakan sosok gabungan antara fisik dan mental yang
menciptakan makna di dunia. Kita mengetahui sesuatu hanya melalui hubungan pribadi kita dengan benda tersebut. Sebagai manusia, kita
dipengaruhi oleh dunia, tetapi kita juga mempengaruhi dunia dengan bagaimana kita mengalaminya. Baginya lagi, segala sesuatu tidak ada
dengan sendirinya dan terpisah dari bagaimana semuanya diketahui. Agaknya, manusia memberikan makna pada benda-benda di dunia,
sehingga pengalaman fenomenologis apa pun tentunya subjektif. Jadi, terdapat dialog antara manusia sebagai penafsir dan benda yang mereka
tafsirkan. c.
Fenomenologis hermeneutik. Fenomenoligis hermeneutik dianggap mirip dengan yang kedua, tetapi tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan
yang lengkap dalam komunikasi. Fenomenologis hermeneutik dihubungkan dengan Martin Heidegger, utamanya dikenal karena
karyanya dalam philosophical hermeneutic nama alternative bagi pergerakannya. Filosofinya juga dikenal dengan Hermeneutic of dasein
yang berarti “interpretasi keberadaan”. Hal yang paling penting bagi Heidegger adalah pengalaman alami yang tidak terelakkan terjadi dengan
hanya tinggal di dunia. Baginya, realitas sesuatu itu tidak diketahui dengan
analisis yang cermat atau pengurangan, melainkan oleh pengalaman alami yang diciptakan oleh pengguna bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Sesuatu yang nyata adalah apa yang dialami melalui pengalaman alami yang diciptakan oleh pengguna bahasa bukanlah bungkusan yang di
dalamnya segala sesuatu dimasukkan demi keuntungan bagi yang menulis dan berbicara. Akan tetapi, dalam kata dan bahasa, segala sesuatunya ada.
Teori-teori fenomenologis melihat interpretasi sebagai sebuah proses pemahaman yang sadar dan hati-hati. Fenomenologis secara harfiah berarti
penelitian tentang pengalaman sadar, dimana interpretasi mengambil peranan yang penting. Hermeneutika, diartikan sebagai penafsiran naskah yang sengaja
dan hati-hati, merupakan dasar bagi tradisi fenomenologis dalam penelitian pesan. Banyak peneliti yang merasakan hal serupa dan memilih untuk
mempelajari budaya melalui interaksi intrapersonal dari pada menggunakan tes, percobaan dan kuisioner. Pengetahuan inilah yang menggambarkan
fenomenologis sebagai sebuah tradisi Littlejhon dan Karen, 2009:457. Proses penafsiran disebut hermeneutika. Penafsiran budaya umumnya disebut dengan
etnografi. Penafsiran budaya merupakan usaha untuk memahami tindakan sebuah kelompok atau budaya. Clifford Geertz merupakan seorang penafsir budaya atau
etnografi yang besar. Geertz menggambarkan penafisran budaya sebagai deskripsi padat thick description dimana penafsiran menggambarkan kegiatan-kegiatan
budaya dari sudut pandang penduduk asli. Tingkat penafsiran ini berbeda dengan deskripsi tipis this description, dimana orang-orang hanya menggambarkan
tentang apa maksudnya bagi para pelaku itu sendiri. Donal Carbaugh dan Sally
Hastings menjelaskan perumusan teori etnografi sebagai sebuah proses empat bagian yaitu:
a. Mengembangkan sebuah orientasi dasar pada subjeknya. Disini para
etnografi menilai asumsi mereka sendiri tentang budaya dan manifestasinya.
b. Perumusan etnografi menetapkan kelas-kelas atau jenis-jenis kegiatan
yang akan diamati. Para etnografi komunikasi, dapat memutuskan untuk melihat pada cara-cara pakaian yang dipakai.
c. Etnografi merumuskan teori tentang budaya tertentu yang sedang diteliti.
Disini kegiatan-kegiatan tertentu akan ditafsirkan dalam konteks budaya itu sendiri.
d. Etnografi kembali untuk melihat lagi teori umum tentang budaya dimana
mereka bekerja dan mengujinya dengan beberapa kasus tertentu. Oleh karena mengandalkan pada pengalaman pribadi etnograf sendiri,
penafsiran budaya seluruhnya bersifat fenomenologis.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Deskriptif Lokasi Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Studio Foto
Nama C11E diambil dari nama jalan di kota padang, Ciliwung 11E
merupakan tempat kos-kosan anak muda kreatif di zamannya.
C11E dalam bahasa padang ciek artinya satu, C11E selalu menjadi nomor Satu
C11E bacanya selalu ciyee…..Jika photo selalu say cis di c11e selalu
ciyee….expresi jauh lebih ikhlas Secara keseluruhan, struktur organisasi C11E adalah sebagai berikut:
OWNER
DIRECTOR
VIDEOGRAFER DIV
MARKETING DIVISION
FOTOGRAFI DIVISI
KA. DIVISI
KA. DEVISI
KA. DEVISI
EDITOR DIV VIDEOGRAFI
MARKETING OFFCER
EDITOR FOTOGRAFI