Pemaknaan Hasil Karya Foto Prewedding Luar Ruangan Dalam Wacana Fenomenologis

(1)

PEMAKNAAN HASIL KARYA FOTO PREWEDDING LUAR

RUANGAN DALAM WACANA FENOMENOLOGIS

O L E H

ISDA AGUSTINA

070922009

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Gambar ... iiv

Daftar Lampiran ... iiiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Pembatasan Masalah ... 5

1.4Tujuan Penelitian ... 6

1.5Manfaat Penelitian ... 6

1.6Kerangka Teori ... 7

1.6.1 Komunikasi ... 7

1.6.2 Komunikasi Intrapribadi ... 9

1.6.3 Foto Prewedding ... 9


(3)

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Komunikasi ... 14

2.1.1 Tujuan Komunikasi ... 20

2.1.2 Konsep Komunikasi ... 21

2.1.3 Fungsi Komunikasi ... 24

2.2 Komunikasi Intrapersonal ... 27

2.2.1 Tahapan Komunikasi Intrapersonal ... 28

2.2.2 Bentuk Komunikasi Intrapersonal ... 31

2.3 Foto Prewedding ... ... 34

2.4 Teori Fenomelogis ... 41

2.4.1 Keragaman dalam Tradisi Fenomelogis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskriptif Lokasi Penelitian ... 50

3.1.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Studio Foto ... 50

3.1.2 Uraian Tugas C11E ... 51

3.1.3 Ruang Lingkup Bisnis C11E ... 52

3.1.4 Nilai Plus C11E Production ... 52

3.1.5 Point Terpenting di C11E ... 53

3. 2 Metode Penelitian ... 54

3.3 Spradley (Social Situation) ... 56

3.4 Teknik Penarikan Sampel ... 58


(4)

3.5.1 Penelitian Kepustakaan (Library Research) ... 58

3.5.2 Penelitian Lapangan ... 58

3. 6 Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengumpulan Data di Lapangan ... 65

4.1.1Langkah-langkah Pengumpulan Data ... 66

4.2 Pemaknaan Hasil Karya Foto Prewedding di Luar Ruangan ... 67

4.2.1 Hasil Karya Foto Prewedding di Luar Ruangan Pertama ... 67

4.2.2 Hasil Karya Foto Prewedding di Luar Ruangan Kedua ... 73

4.2.3 Hasil Karya Foto Prewedding di Luar Ruangan Ketiga ... 78

4.2.4 Hasil Karya Foto Prewedding di Luar Ruangan Keempat ... 83

4.2.5 Hasil Karya Foto Prewedding di Luar Ruangan Kelima .. ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

Daftar Pustaka Lampiran


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hasil Karya Foto Prewedding Luar Ruangan Pertama ... 67

Gambar 1.2 Hasil Karya Foto Prewedding Luar Ruangan Kedua ... 73

Gambar 1.3 Hasil Karya Foto Prewedding Luar Ruangan Ketiga ... 78

Gambar 1.4 Hasil Karya Foto Prewedding Luar Ruangan Keempat ... 83


(6)

ABTRAKSI

Skripsi ini mengambil judul ”Pemaknaan Hasil Karya Foto Prewedding Luar Ruang dalam Persepsi Wacana Fenomenologis”. Dan yang menjadi permasalah dalam penelitian ini adalah Makna apa saja yang terkandung dari hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang dihasilkan fotografer di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan. Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna apa saja yang terkandung dari hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang dihasilkan oleh fotografer dan untuk mengetahui pemaknaan hasil karya foto prewedding dalam perspektif wacana fenomenologis.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi intrapribadi, foto prewedding dan teori fenomenologis. Social situation atau situasi sosial dalam penelitian ini terdiri atas tiga elemen yaitu tempat, pelaku dan aktivitas. Penarikan sampel silakukan dengan purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teori fenomenologis. Berdasarkan teori fenomenologis diketahui bahwa hasil karya foto prewedding merupakan suatu pengalaman-pengalaman. Hal ini berarti menggambarkan fenomenologi sebuah tradisi budaya, hasil karya foto prewedding merupakan suatu sejarah yang tidak bisa dipisahkan dari masa kini, kita semua merupakan bagian dari sejarah masa lalu, berada dimasa kini dan merasa masa depan, hasil karya foto prewedding merupakan fenomelogi sebuah tradisi yang berfokus pada internal dan pengalaman sadar seseorang dan fenomenologi hasil karya foto prewedding dapat mengacu pada kemunculan kondisi yang dilihat.


(7)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Fotografi merupakan sebuah karya seni, kata fotografi berasal dari kata Yunani yakni ”photo” yang berarti cahaya dan ”graphein” yang berarti menggambar (Edi, 2008:5). Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film. Artinya, fotografi adalah teknik melukis menggunakan cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat. Dalam fotografi, untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat dalam menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter.

Foto preweddingadalah cuplikan masa-masa indah calon kedua pengantin sebelum memasuki jenjang pernikahan. Kelak, hasil karya dari foto-foto prewedding ini akan bermakna sekali untuk kedua calon pasangan. Dimana hasil karya foto prewedding ini akan menjadi kisah masa lalu yang indah untuk diceritakan kepada anak dan cucu. Hasil karya foto prewedding juga bisa menjadi obat penawar ketika sebuah rumah tangga memasuki saat yang suram dan getir. Dengan melihat hasil karya foto-foto masa lampau yang penuh kebahagiaan,


(8)

kekuatan terhadap komitmen yang telah dibuat sebelumnya bisa menyala dan kembali “hidup”.

Hasil karya foto prewedding di luar ruangan mampu memberikan pemandangan, lokasi yang bervariasi, lebih rileks dan lebih natural. Foto di luar ruangan bisa dilakukan di pantai, di gunung, di sawah, pasar tradisional, halte, jembatan penyebrangan, taman kota, SPBU dan area publik lainnya. Jika fotografer mengambil tema di luar ruangan maka fotografer harus menggunakan lampu pencahayaaan portabel, gunakan concealer di bawah mata, dan gunakan foundation yang sesuai. Dibandingkan dengan fotografi di dalam ruangan, tentunya fotografi di luar ruangan memiliki keunggulan tersendiri. Meskipun sang fotografer dalam fotografi di dalam ruangan dapat mengatur sendiri sumber dan arah cahaya lampu kilat (blitz), hasil karya fotonya tidak bisa menyamai hasil karya fotografi di luar ruangan.

Agar hasil karya foto di luar ruangan lebih menarik maka harus betul-betul memperhatikan faktor yang pertama matang, konsep foto yang paling sederhana adalah menerapkan tema casual. Dimana calon pengantin cukup mengenakan pakaian santai/casual seolah-olah calon pengantin sedang berlibur di sebuah tempat atau daerah yang menyenangkan atau konsepnya bisa diciptakan sesuai dengan kehendak hati seperti profesi atau hobi.

Kedua adalah sang fotografer dituntut untuk pandai memilih sudut, memilih lokasi, dan tentunya mahir dalam men-setting kamera agar bisa memotret obyek sesuai dengan situasi dan kondisi yang dibutuhkan seperti sumber cahaya,


(9)

arah lampu, serta angle juga termasuk di dalamnya dan yang lebih penting adalah fotografer harus benar-benar berpengalaman dalam foto landscape atau pemandangan.

Ketiga adalah fotografer harus betul-betul menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti kamera mulai dari kamera RLT (refleks lensa tunggal), SLR (single Lens reflex) dan lain-lain dan keberadaan peta (atau mungkin GPS) juga membantu fotografer dalam menentukan tempat atau spot bagus, khususnya bila sedang melakukan pemotretan di daerah yang tidak diketahui atau lokasi baru dan jangan lupa bawa laptop untuk lebih jelas melihat hasilnya.

Keempat adalah jangan asal memilih lokasi pemotretan. Pilih lokasi yang betul-betul indah untuk diabadikan, perhatikan cuaca di lokasi pemotretan karena ini juga akan berpengaruh sekali terhadap keindahan hasil akhir foto. Bisa memilih lokasi tempat favorit yang biasa dikunjungi kedua calon pasangan pengantin misalnya tempat makan atau tempat untuk menghabiskan waktu. Meskipun tempat itu hanyalah sebuah rumah makan kecil di sudut kota.

Kelima adalah pose dan ekspresi. Faktor ini juga tidak kalah penting. Sebab seindah-indahnya sebuah foto, jika model yang difoto tidak bisa berpose dan berekspresi, tentunya keindahan hasil foto jadi berkurang. Banyak pasangan pengantin yang tidak biasa menjalankan sesi ini. Berposelah senyaman mungkin, jika kedua pasangan pengantin merasa tidak fotogenik, maka cobalah untuk berpikir bahwa tidak ada orang lain selain kedua calon pasangan pengantin saat sesi pemotretan. Karena hasil karya foto prewedding ini akan dikenang seumur hidup, maka tidak ada salahnya jika mempersiapkannya sebagus mungkin.


(10)

Istilah fenomenologis mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian, atau kondisi yang dilihat (Littlejohn dan Karena, 2009:57). Oleh karena itu, fenomenologis merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Fenomenologis berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya.

Dengan demikian, fenomenologis membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Oleh karena itu, seiring waktu, maka kita telah terpisah dari kejadian-kejadian dimasa lalu. Maka cara kita untuk melihat sesuatu dimasa kini dapat dilihat dari hasil karya foto. Setiap potongan gambar atau foto prewedding yang dihasil oleh fotografer akan mempunyai makna tersendiri. Dari hasil karya foto prewedding, maka kita melihat hasil foto akan terlihat tidak asing, tetapi terlihat asing pada saat yang sama. Misalnya, kita mengenali muka dan pakaian dan fitur-fitur dalam hasil karya foto itu walaupun hasil karya foto sudah sangat tua atau kusam. Dan dengan melihat hasil karya foto itu maka kita akan mengetahui, membaca atau mendengar tentang trend fashion di masa tersebut.

Makna yang dapat dilihat dari sebuah hasil karya foto prewedding merupakan hasil dari sebuah pembicaraan antara makna saat ini dan semua yang ditanamkan dalam hasil karya foto prewedding. Kita dapat memahami dan mengenali sebuah baju tua dari hasil karya foto itu karena keistimewaannya yang masih memiliki makna, tetapi pada saat yang sama, kita juga menerapkan pemahaman kita sendiri tentang baju tersebut, bahwa baju itu tidak nyaman, panas, berat, dan tidak praktis, tetapi tetap menawan. Pemahaman kita dipengaruhi oleh latar belakang dan pengalaman kita tentang masa kini.


(11)

Foto prewedding di luar ruangan merupakan salah satu yang paling populer dan sangat diminati pada saat ini. Momen pernikahan umumnya diharapkan hanya satu kali saja oleh setiap pasangan yang akan segera melangsungkan pernikahan. Oleh karena itu memiliki foto-foto sebelum pernikahan sangat didambakan oleh setiap kedua calon pasangan pengantin yang akan melangsungkan pernikahan.

Karena itulah peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap makna-makna apa yang terlihat atau terkandung dari hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang difoto oleh fotografer di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan dengan wacana fenomelogis.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

”Makna apa saja yang terkandung dari hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang dihasilkan fotografer di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan”.

1.3. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini terbatas pada makna hasil karya foto prewedding di luar ruangan di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan.

2. Yang menjadi subjek penelitian adalah hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang dihasilkan oleh fotografer .


(12)

3. Yang menjadi objek penelitian adalah fotografer di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan.

4. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2010 – Maret 2011

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui makna apa saja yang terkandung dari hasil karya foto prewedding di luar ruangan yang dihasilkan oleh fotografer.

2. Untuk mengetahui pemaknaan hasil karya foto prewedding dalam perspektif wacana fenemenologis.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis penelitian diharapkan dapat memberikan data empiris dan menambah pengetahuan bagi ilmu komunikasi khususnya program studi Hubungan Masyarakat (Public Relation).

2. Secara akademis, diharapkan dapat menambah masukan pengetahuan makna-makna apa saja yang terkandung dalam hasil karya foto prewedding yang dihasilkan oleh fotografer di Studio Foto yang ada di Jalan Setia Budi Medan.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang akan melakukan foto prewedding di luar ruangan.


(13)

1.6. Kerangka Teori 1.6.1. Komunikasi

Selama orang-orang masih bertanya tentang dunia, mereka telah ditipu oleh misteri-misteri sifat manusia. Kegiatan yang paling biasa dalam kehidupan kita-hal-hal yang kita dapatkan secara cuma-cuma bisa sangat membingungkan ketika kita mencoba memahaminya secara sistematis. Kehidupan manusia tidak lepas dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian yang integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktivitas ini dapat terlihat jelas pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia, yaitu sejak dari bangun tidur hingga manusia beranjak tidur pada malam hari.

Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris disebut dengan communication, yang berasal dari kata communicatio atau dari kata communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator (H.A.W Widjaja, 2002 : 8). Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwasanya komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil apabila timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan penerima informasi dapat memahami.

Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagi kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide, maka komunikasi memiliki fungsi dalam setiap sistem sosial, yakni sebagai berikut (dalam H.AW. Widjaja, 2002: 9):


(14)

a. Informasi. Pengumpulan, penyajian, pemprosesan, penyebaran berita, data. Gambar, fakta, dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

b. Sosialisasi (pemasyarakatan). Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

c. Motivasi. Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

d. Pendidikan. Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

e. Hiburan. Penyebaran sinyal, simbol, suara dan image dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, olahraga permainan dan lain-lain.

f. Integrasi. Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.


(15)

1.6 2. Komunikasi Intrapribadi

Komunikasi intrapribadi atau komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemprosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.

Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.

Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdoa, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif.

1.6. 3. Foto Prewedding

Foto prewedding yang unik namun juga penuh arti, mungkin itulah yang dicari sebagian besar kedua calon pasangan pengantin. Memang agak sulit untuk


(16)

menentukan sebuah tema foto prewedding, dibutuhkan kreatifitas dan tentu saja masukan-masukan dari orang sekitar atau pun sang fotografer.

Pada umumnya, fotografer yang disewa akan membimbing kedua calon pengantin, menentukan tema untuk foto, namun akan lebih baik lagi jika kedua calon pasangan pengantin telah memiliki ide atau tema tersendiri sehingga semua berjalan seperti yang kedua calon pasangan pengantin inginkan. Berikut ini beberapa ide menarik yang dapat dijadikan tema foto prewedding kedua calon pasangan pengantin:

a. Jadikan hobi dan minat menjadi tema foto prewedding, misalnya jika kedua calon pasangan pengantin hobi traveling, lokasi pemotretan bisa ditempat yang pernah menjadi kenangan calon pengantin, tentunya tempat yang paling berkesan. Atau hobi bermusik, bisa mengambil tema sedang bermain musik.

b. Apa profesi kedua calon pasangan pengantin. Menghubungkan pekerjaan dengan tema foto prewedding tidak kalah menariknya. Misalnya, jika salah satu dari keduan calon pasangan pengantin guru, bisa mengambil lokasi di sekolah tempat mengajar. Atau seorang arsitek, mengambil lokasi pemotretan di gedung yang sedang dibangun, atau bertempat di konstruksi gedung favorit kedua calon pasangan pengantin.

c. Jika ingin menghemat biaya foto prewedding, kedua calon pasangan pengantin bisa mengambil satu lokasi saja, yaitu tempat “nongkrong” favorit. Misalnya di cafe, bersama teman-teman, bioskop, taman, dan lain-lain.


(17)

d. Kenangan masa lalu bisa juga dijadikan tema foto prewedding. Dengan mengabadikan di mana pertama kali bertemu, berkenalan, pacaran, sampai dilamar.

e. Menjadikan area publik sebagai lokasi pemotretan, seperti pasar tradisional, halte, jembatan penyebrangan, taman kota, SPBU, dan area publik lainya. Tema area publik ini dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dari kedua calon pasangan pengantin, juga keahlian sang fotografer. Jangan lupa untuk mengenakan kostum yang eye catching, lain dari yang lainnya, akan sangat menarik.

f. Mengabadikan foto secara candid akan lebih seru lagi. Di mana kedua calon pasangan pengantin melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasanya, berpura-pura seperti tidak sedang “diikuti”, dan biarkan sang fotografer mengambil foto-foto secara diam-diam.

1.6.4. Teori Fenomenologis

Istilah fenomenologis mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian, atau kondisi yang dilihat. Oleh karena itu fenomenologis merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Menurut Maurice Merleau-Poonty dalam Littejohn dan Keren (2009:57) pakar dalam tradisi ini, menuliskan bahwa: “semua pengetahuan akan dunia, bahkan pengetahuan ilmiah saya, diperoleh dari beberapa pengalaman dunia”. Dengan demikian, fenomenologis membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Semua yang dapat anda ketahui adalah apa yang anda alami.


(18)

Fenomenologis berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya. Misalnya jika kita ingin mengetahui apa arti cinta, maka kita jangan bertanya kepada ahli psikologi, kita harus berpegang pada pengalaman kita tentang cinta.

Menurut Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologis, yaitu:

1. Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar-kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengannya.

2. Makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, bagaimana anda berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi anda.

3. Bahasa merupakan kenderaan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu. Kita mengetahui kunci karena bahasa yang kita hubungkan dengannya: ”menutup”, ”membuka”, ”besi”, ”berat” dan sebagainya (Littejohn dan Keren (2009:57).

Tiga kajian pemikiran umum membuat beberapa tradisi fenomenologis yaitu:

a. Fenomenologis klasik, yaitu biasanya dihubungkan dengan Edmund Husserl, pendiri fenomenologi modren. Dimana dia berusaha mengembangkan metode yang menyakinkan kebenaran melalui kesadaran yang terfokus.


(19)

b. Fenomenologis persepsi, yaitu suatu reaksi yang menentang objektivitas sempit milik Husserl. Baginya manusia merupakan sosok gabungan antara fisik dan mental yang menciptakan makna di dunia. Kita mengetahui sesuatu hanya melalui hubungan pribadi kita dengan benda tersebut.

c. Fenomenologis hermeneutik, yaitu agak mirip dengan keduanya, tetapi tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lebih lengkap pada


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Komunikasi

Kehidupan manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi. Karena komunikasi merupakan bagian yang integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktivitas ini dapat terlihat jelas pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia, yaitu sejak dari bangun tidur hingga manusia beranjak tidur kembali pada malam hari. Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang benar-benar terhubung dengan semua kehidupan kemanusiaan.

Sebagai makhluk yang berpikir dan, karenanya, berbicara, komunikasi bagi manusia merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Komunikasi baginya adalah sarana untuk berinteraksi dengan yang diluar dirinya. Terlebih saat ini, dengan percepatan teknologi tanpa henti, utamanya teknologi informasi, komunikasi adalah sebuah keniscayaan.

Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial, memiliki dorongan ingin tahu, ingin maju dan berkembang. Maka salah satu sarananya adalah komunikasi. Karenanya komunikasi merupakan kebutuhan yang mutlak bagi kehidupan manusia. Dalam pepatah asing berbunyi ”Nature gave us two ears and only one mouth, so that we could listen twice as much as we speak”. Dalam kata lain pepatah tersebut mengajak kita untuk lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Mengapa demikian?


(21)

Karena berbicara itu mudah. Tetapi berkomunikasi dengan lebih baik tidak demikian halnya. Berbicara saja belum menjamin apa yang dibicarakan itu dapat sampai kepada orang lain seperti yang diharapkan untuk memperolehnya. Komunikasi memberikan sesuatu kepada orang lain dengan kontak tertentu atau dengan mempergunakan sesuatu alat. Banyak komunikasi terjadi dan berlangsung, tetapi kadang-kadang tidak tercapai kepada sasaran tentang apa yang ingin dikomunikasikan itu. Dimungkinkan adanya komunikasi yang baik antara pemberi pesan dan penerima pesan kalau terjalin kesesuaian diantara keduanya.

Terlaksananya komunikasi yang baik, banyak rintangan yang ditemui dan dihadapi, baik yang bersifat fisik, individual, bahasa dan sampai perbedaan arti yang dimaksud oleh orang yang berkomunikasi. Saling pengertian dapat terjadi dengan menggunakan bahasa yang baik sehingga pihak yang menerima dapat mengerti atau yang dipesan, dengan demikian tercipta situasi komunikasi yang serasi.

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(2005:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:

Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,


(22)

kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Istilah komunikasi dalam bahasa inggrisnya disebut dengan communication, yang berasal dari kata communication atau dari communis yang berarti sama atau sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan oleh komunikator (H. A. W. Widjaja, 2002:8). Dalam pendapat lain, kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3). Dalam literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti " membuat sama" (to make common). Istilah “communis” adalah istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata kata Latin yang mirip Komuniksi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan di anut secara sama. “communicate”, berarti (1) untuk bertukar pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan informasi; (2) untuk membuat tahu; (3) untuk membuat sama; dan (4) untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik. Sedangkan dalam kata benda (noun), “communication”, berarti : (1) pertukaran simbol, pesan-pesan yang sama, dan informasi; (2) proses pertukaran diantara individu-individu melalui simbol-simbol yang sama; (3) seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan, dan (4) ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart, 1983, dalam Vardiansyah, 2004). Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwasanya komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapat berhasil baik apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak si pengirim dan si penerima informasi dapat memahami.


(23)

Frenk Dance mengambil sebuah langkah besar dalam mengklasifikasikan konsep kasar ini dengan menggaris bawahi sejumlah elemen yang digunakan untuk membedakan komunikasi. Ia mendapat tiga poin dari “perbedaan konseptual yang penting” yang membentuk dimensi-dimensi dasar komunikasi (Littlejhon dan Karen, 2009:4). Dimensi yang pertama adalah tingkat pengamatan dan keringkasan. Beberapa termasuk luas dan bebas, yang lainnya terbatas. Sebagai contoh, definisi komunikasi sebagai “proses yang menghubungkan semua bagian-bagian yang terputus” merupakan definisi yang umum. Definisi yang lain, komunikasi sebagai suatu system (misalnya telepon atau telegraf) untuk menyampaikan informasi dan perintah.

Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).

Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut :

“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap.


(24)

Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3).

Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak lebih cenderung mengarah pada sejauhmana keefektifan proses berbagi antarpelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience)-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benar-benar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai.

Dimensi yang kedua adalah tujuan. Beberapa definisi hanya memasukkan pengiriman dan penerimaan pesan dengan maksud tertentu: yang lainnya tidak memaksakan pembatasan ini. Contonya definisi yang menyebutkan maksud: “situasi-situasi tersebut merupakan sebuah sumber yang mengirimkan sebuah pesan kepada penerima dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi perilaku penerima”. Sebuah definisi yang tidak memerlukan tujuan adalah sebagai berikut: “komunikasi merupakan sebuah proses menyamakan dua atau beberapa hal mengenai kekuasaan terhadap seseorang atau beberapa orang.

Dimensi yang ketiga yang digunakan untuk membedakan definisi komunikasi adalah penilaian normative. Beberapa definisi menyertakan


(25)

pernyataan tentang keberhasilan, keefektifan, atau ketepatan, definisi-definisi yang lain tidak berisi penilaian yang lengkap seperti itu. Contohnya, definisi berikut menganggap bahwa komunikasi dikatakan berhasil jika ”komunikasi merupakan pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan”. Asumsi dalam definisi ini adalah bahwa semua pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan. Di sisi lain, sebuah definisi yang tidak menilai apakah hasilnya berhasil atau tidak. “Komunikasi adalah penyampaian informasi”. Di sini, informasi disampaikan, tetapi tidak penting apakah informasi tersebut diterima dan dipahami atau tidak.

Menurut Ludberg (Joseph, 1991) mendefenisikan bahwa komunikasi sebagai bentuk interaksi yang dilakukan melalui lambang yang mungkin berupa gambar, gerakan, verbal atau lambang lain yang bertugas sebagai stimuli bagi tingkah laku orang yang mungkin tidak bereaksi karena tidak adanya kondisi khusus dari orang yang seharusnya bereaksi.

Sementara Riswandi menyimpulkan beberapa karakteristik komunikasi berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara lain :

1. Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.

2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.

3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan.


(26)

4. Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.

5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.

6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya bahwa para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi. (Riswandi, 2006).

2.1.1 Tujuan Komunikasi

Dalam kehidupan kita sehari-hari apalagi kalau kita sebagai seorang pimpinan maka kita sering berhubungan dengan masyarakat. Dalam hal ini kita bertujuan untuk menyampaikan informasi dan mencari informasi kepada mereka, agar apa yang diinginkan sampai kepada orang yang dituju.

Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain: 1. Agar yang kita sampaikan itu dapat dimengerti.

Sebagaimana komunikasi kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksudkan.


(27)

2. Memahami orang lain.

Sebagai pimpinan atau pejabat misalnya, sudah menjadi keharusan dan kewajiban untuk mengetahui dengan benar aspirasi masyarakatnya. Tentang apa yang diinginkan oleh masyarakat.

3. Agar gagasan kita dapat diterima oleh orang lain.

Kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan yang persuatif bukannya memaksakan kehendak.

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.

Menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin saja dapat berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong menjadi lebih baik.

2.1.2 Konsep Komunikasi

Deddy Mulyana (2005:61-69) mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.

Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya


(28)

jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.

Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:

a. Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.

b. Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

c. Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunkate).

d. Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.


(29)

2. Komunikasi sebagai interaksi.

Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.

Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (Wiryanto, 2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni , dan teknologi.

3. Komunikasi sebagai transaksi.

Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal.

Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep transaksi:

a. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.


(30)

b. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami danberbagi makna.

c. William I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.

d. Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.

2.1.3 Fungsi Komunikasi

Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide, maka komunikasi memiliki fungsi dalam setiap sistem sosial, yakni sebagai berikut (Widjaja, 2002 : 9):

1. Informasi. Pengumpulan, penyimpanan, pemprosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

2. Sosialisasi (pemasyarakatan). Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.

3. Motivasi. Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan


(31)

keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.

4. Pendidikan. Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.

5. Hiburan. Penyebarluasan sinyal, simbol, suara, image dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, olah raga, permainan dan lain-lain.

6. Integrasi. Menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.

Selain itu, fungsi komunikasi juga dapat dilihat dalam hidup pribadi, hubungan dengan orang lain, di tempat kerja dan dalam masyarakat (Hardjana, 2003:21) :

Dalam hidup pribadi :

1. Komunikasi dapat menjadi alat untuk melepaskan beban mental dan psikologis sehingga kita mendapatkan keseimbangan hidup kembali

2. Menjelaskan isi perasaan, isi pikiran dan perilaku kita sendiri

3. Komunikasi dapat membuat kita lebih mengenal isi hati, pikiran dan perilaku kita.


(32)

Dalam hubungan dengan orang lain :

1. Mengenal orang lain karena melalui komunikasi orang lain mengungkapkan diri kepada kita

2. Membangun kerja sama dan sinergi dengan rekan kerja

3. Memberitahu tentang kerja dan mengarahkan kerja itu sesuai dengan tujuan

4. Mengatasi perbedaan pendapat, ketegangan dan konflik.

Dalam masyarakat :

1. Mempersatukan masyarakat

2. Mengatasi masalah bersama dengan masyarakat 3. Membuat usaha untuk kemajuan masyarakat 4. Mengusahakan kesejahteraan masyarakat.

Pada zaman modern seperti sekarang ini, alat untuk berkomunikasi dengan isyarat bersifat modern pula. Seorang pengendara mobil yang akan belok tidak perlu menjulurkan tangannya, cukup dengan menyalakan lampu dibagian belakang mobilnya saja, orang tahu bahwa ia akan berbelok.

Gambar adalah lambang lain yang dipergunakan dalam berkomunikasi (Effendi, 1993:37). Gambar dapat dipergunakan untuk menyatakan suatu pikiran atau perasaan. Dalam hal tertentu, gambar bisa lebih efektif daripada bahasa. Tidak mengherankan, ada motto Tionghoa yang menyatakan bahwa gambar bisa memberi informasi yang sama dengan kalau diuraikan dengan seribu perkataan. Lambang gambar dalam proses komunikasi mengalami perkembangan sesuai


(33)

dengan pertumbuhan masyarakat dan kemajuan teknologi. Jika dahulu gambar itu ditulis, kemudian dicetak, kini dengan kamera foto bisa dipotret bahkan dengan kamera film atau kamera video dapat diatur menjadi gambar hidup.

2.2. Komunikasi Intrapersonal

Sebagai makhluk hidup, kita memiliki kemampuan untuk merefleksikan diri sendiri. Kita dapat membuat pemisahan antara diri kita sebagai subjrk dan objek. Karena itu kita dapat mengadakan komunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi inilah yang disebut komunikasi intrapersonal.

Komunikasi intrapribadi atau intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemprosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan.

Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain.


(34)

2.2.1. Tahap Komunikasi Intrapersonal

Menurut Rakhmat (2000:49-64) tahapan komunikasi intrapersonal ada empat macam yaitu:

a. Sensasi

Proses pertama dari komunikasi intrapersonal terjadi pada saat sensasi. Sensasi, yang berasal dari kata sense, berarti kemampuan yang dimiliki manusia untuk menyerap segala hal yang diinformasikan oleh panca indera. Informasi yang diserap oleh panca indera disebut stimuli yang kemudian melahirkan proses sensasi. Dengan demikian sensasi adalah proses menangkap stimuli dengan menggunakan alat-alat indra.

b. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan dan hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, memberikan makna pada stimuli inderawi. Jadi sensasi merupakan salah satu bagian dari persepsi. Stimulus yang diindera oleh individu itu diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari apa yang telah diindera tersebut.

Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi adalah : 1. Perhatian/ pemusatan/ konsentrasi.

2. Stimulus.


(35)

c. Memori

Memori adalah sistem yang sangat terstuktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Setiap stimuli datang, stimuli itu direkam sadar atau tidak. Kapasitas memori manusia, diciptakan sangat besar namun hanya sedikit orang yang mampu menggunakan memorinya sepenuhnya, bahkan einstein yang tercatat manusia paling genius baru mengoperasikan 15% dari memorinya.

Kerja Memori melalui tiga proses :

1) Perekaman (encoding), pencatatan informasi melalui reseptor indera dan saraf internal baik disengaja maupun tidak disengaja. 2) Penyimpanan (storage), Dalam fungsi ini, hasil dari

persepsi/learning akan disimpan untuk ditimbulkan kembali suatu saat. Dalam proses belajar akan meninggalkan jejak-jejak (traces) dalam jiwa seseorang dan suatu saat akan ditimbulkan kembali (memory traces). Memori dapat hilang (peristiwa kelupaan) dan dapat pula berubah tidak seperti semula.

3) Pemanggilan (retrieval), mengingat lagi, menggunakan informasi yang disimpan. Dalam hal ini bisa ditempuh melalui dua cara yaitu to recall (mengingat kembali) dan to recognize (mengenal kembali).


(36)

d. Berpikir

Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. Secara garis besar ada dua macam berfikir, yaitu berpikir autistis dan berpikir realistis. Dengan berfikir autistis orang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai gambar-gambar fantasi. Terbalik dengan berfikir secara realistis yang bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Berfikir realistis di bagi menjadi tiga macam, yaitu deduktif, induktif dan evaluative.

Berfikir Kreatif

1) Berfikir kreatif harus memenuhi tiga syarat, yaitu:  Kreatif melibatkan gagasan baru.

 Kreatif ialah dapat memecahkan persoalan secara realistis.  Kreatifitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight

yang orisinil, menilai, dan mengembangkannya sebaik mungkin.

2) Proses Berfikir Kreatif. Menurut para psikolog ada lima proses, sebagai berikut :

 Orientasi: masalah dirumuskan dan aspek-aspek masalah didefinisikan.

 Preparasi: pikiran berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.


(37)

 Inkubasi: pikiran istirahat sebentar ketika mencapai jalan buntu. Pada tahap ini proses pemecahan masalah terus berlangsung dalam alam bawah sadar kita.

Iluminasi: Aha Erlebnis, serangkaian insight yang memecahkan masalah.

 Verifikasi: Tahap terakhir untuk menguji dan secara kritis menilai pemecaha masalah.

3) Faktor yang mempengaruhi berfikir kreatif

 Kemampuan Kognitif: Termasuk disini, kecerdasan diatas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan baru, gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.

 Sikap yang terbuka: orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal dan eksternal; memiliki minat yang beragam dan luas.

 Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri.

2.2.2. Bentuk Komunikasi Intrapersonal

Adapun bentuk komunikasi intrapersonal yang dapat dilakukan (Hardjana, 2003:51) :

a. Meditasi

Meditasi berasal dari kata Latin meditari yang berarti mengunyah-unyah, membolak-balik dalam pikiran, memikir, merenung. Meditasi


(38)

adalah kegiatan mental terstruktur, dilakukan selama jangka waktu tertentu, untuk menganalisi, menarik kesimpulan dan mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk menyikapi, menentukan tindakan atau penyelesaian masalah pribadi, hidup dan perilaku. Dengan melakukan meditasi, kita mempertajam daya analisis dan pikiran kita, menjaga pikiran tetap jernih dan hidup seimbang. Sebab, dengan meditasi kita bisa mengambil sikap terhadap masalah yang kita hadapi. Meditasi juga membuat kesehatan mental kita terjaga, karena dengan meditasi, kita terus-menerus berusaha membersihkan pikiran kita dari perasaan-perasaan negatif.

b. Mendengarkan Hati Nurani

Hati nurani juga disebut suara hati. Dalam bahasa Latin hati nurani disebut conscientia yang berarti hal ikut mengetahui. Jika didefenisikan, hati nurani adalah kesadaran akan baik atau buruknya secara moral perbuatan-perbuatan kita. Dari sifatnya, hati nurani bersifat personal-pribadi, karena khas pada diri kita masing-masing. Tidak ada dua orang yang mempunyai hati nurani yang sama. Contoh komunikasi intrapersonal dengan hati nurani seperti bersyukur, berdoa dan instrospeksi diri.

c. Mendayagunakan Kehendak Bebas

Kita sebagai manusia dapat menikmati berbagai kebebasan. Dengan kehendak bebas, kita dapat mengungkapkan gagasan, pemikiran dan rasa seni sesuai visi dan misi yang kita miliki. Kehendak bebas


(39)

membantu kita menjadi manusia yang mandiri dalam bersikap dan bertindak. Selain mampu menbuat kita menjadi manusia yang mandiri, kehendak bebas juga menjadi sumber tanggung jawab kita. Artinya kita harus bertanggung jawab atas semua tindakan yang kita lakukan. Karena orang yang mampu mendayagunakan kehendak bebas dengan baik adalah orang yang bertanggung jawab. Sifat bertanggung jawab menjadi salah satu tanda penting dari kematangan.

Komunikasi intrapersonal tentang pendayagunaan kehendak bebas dapat dilakukan setiap hari, contoh komunikasi ini yaitu dengan bertanya kepada diri kita sendiri.

d. Mendayagunakan Daya Imajinasi Kreatif

Dengan daya ini kita dapat membayangkan apa yang tidak ada. Maka, imajinasi ini bersifat kreatif. Imajinasi kreatif merupakan daya manusia untuk mereka-reka hal yang belum ada dan membayangkan hal yang baru. Komunikasi intrapersonal dengan daya imajinasi kreatif seperti berkhayal, melamun atau berfantasi. Daya imajinasi kreatif ini dapat digunakan untuk merevisi dan merancang hidup kita.

e. Mendayagunakan Buku Harian

Buku harian adalah catatan tentang perasaan, pemikiran atau pengalaman pribadi yang ditulis dengan tangan pada buku sebagai ungkapan pribadi. Menulis buku harian dapat mendatangkan sejumlah manfaat, seperti :


(40)

• Sebagai latihan, karena dengan kebiasaan mengungkapkan diri dengan menulis itu merupakan latihan menulis.

• Sebagai tempat curahan hati penulis pada waktu menghadapi masalah.

• Sebagai dokumentasi dari histori perkembangan perasaan, pemikiran dan kepribadian dari hari ke hari.

• Sebagai dokumentasi histori keluarga.

Karena mendatangkan banyak manfaat, catatan harian sebagai hasil komunikasi intrapersonal dapat kita gunakan demi perkembangan pribadi, kepekaan sosial dan keterlibatan cinta terhadap sesama, masyarakat, bangsa dan negara.

2.3. Foto Prewedding

Foto prewedding yang unik namun juga penuh arti, mungkin itulah yang dicari sebagian besar kedua calon pasangan pengantin. Foto

prewedding adalah

artistik, visi, dan butuh keahlian teknis. Memang agak sulit untuk menentukan sebuah tema foto prewedding, dibutuhkan kreatifitas dan tentu saja masukan-masukan dari orang sekitar atau pun sang fotografer. Foto prewedding (menurut Fotografer C11E) merupakan suatu kegiatan fotografi yang mengabadikan calon pengantin yang berisi atau mengandung suatu tema masa-masa sebelum calon pengantin menuju ke


(41)

kehidupan pernikahan. Pada umumnya foto prewedding itu bertujuan untuk mengabadikan moment calon pengantin sebelum mereka menuju ke kehidupan pernikahan. Selain itu foto prewedding juga memiliki manfaat

a. Media Kenangan

Membuat foto prewedding memberikan manfaat untuk menjadi kenangan yang sangat berharga bagi calon pengantin, keluarga dan teman-temannya. Dengan demikian, dengan adany pengantin dan siapapun juga dapat kembali membuka-buka album bersejarah tersebut dan mengenang bersama saat-saat yang sakral dan membahagiakan dalam hidup tersebut. Bahkan jika ada kejadian yang unik atau lucu yang terekam di dalam album tersebut, siapapun yang melihatnya kembali dapat seolah-olah merasakan kembali saat itu hadir dalam hidup mereka ketika melihatnya.

b. Bahan Referensi

Foto prwedding dapat menjadi media referensi bagi keluarga atau teman-teman anda yang ingin segera melangsungkan pernikahan. Maksudnya, bagi mereka yang sedang merencanakan untuk menikah dan masih bingung memikirkan sebagainya, maka photo-photo anda tersebut dapat membersitkan ide bagi calon pengantin tersebut untuk mengambil ide atau konsep yang sama seperti yang mereka lihat di dalam foto prewedding tersebut atau hanya


(42)

sedikit mengambil ide dari photo-photo tersebut. Tentunya akan sangat menyenangkan sekali apabila pencerahan dalam pernikahan yang ingin dilakukan orang terdekat anda.

c. Media Pamer

Selain itu foto prewedding anda dapat menjadi media pamer yang menyenangkan bagi semua pihak. Menjadi media pamer disini tidak berarti harus dalam konteks yang negatif. Anda dapat memamerkan ‘menyaksikan’ perjalanan kisah cinta kedua orang tuanya dan dapat lebih menghargai anda berdua. Kiranya itulah beberapa arti penting dari menjadi seindah dan seistimewa mungkin bagi anda dan keluarga.

Sesi foto pre wedding adalah cara yang menyenangkan untuk membangun hubungan dengan fotografer pernikahan sebelum hari besar dan untuk membantu calon pasangan pengantin merasa lebih nyaman dengan difoto pada hari pernikahan. Melihat hasil dari sesi pre-wedding akan membantu calon pasangan pengantin merasa yakin bahwa mereka akan baik terlihat fantastis dalam foto pernikahan. Sesi ini juga membantu fotografer untuk mengenal calon pasangan pengantin, apa yang bekerja untuk mereka, bagaimana kasih sayang mereka dengan satu sama lain, bagaimana santai mereka, apakah mereka santai atau lebih formal dalam karakter apa sudut terbaik untuk menembak mereka dalam rangka mendapatkan hasil terbaik dari mereka.


(43)

Pemilihan lokasi untuk foto prewedding biasanya ditentukan oleh budget yang dimiliki pasangan calon pengantin. Foto prewedding di dalam ruangan memerlukan budget lebih sedikit dibanding dengan foto prewedding luar ruangan. Foto prewedding luar ruangan lebih sering dipilih karena pasangan calon pengantin ingin memiliki hasil foto yang lebih berwarna dan berbeda. Berikut tips persiapan calon pengantin pada pemotretan foto pre wedding outdoor

1. Meni dan pedicure sehari sebelum pemotretan

2. Potong rambut bagi pria dan wanita harus melakukan wax

3. Istirahat yang cukup supaya wajah terlihat fresh di depan kamera terutama wanita yang lebih mudah berkantung mata. Tenangkan pikiran, yakinlah bahwa semua baik-baik saja

4. Banyak minum air putih, mengkonsumsi vitamin dan juice buah

5. Apabila pemotretan mengejar waktu matahari terbit, rambut dicuci sore sebelumnya. Kalau tidak, boleh saja dicuci pagi hari sebelum pemotretan

6. Menyediakan baju casual yang senada buat berdua (putih-jeans, pink-jeans dll), siapkan juga sunglasses yang gaya, siapa tahu fotografer anda terinspirasi untuk menggunakannya

7. Bagi wanita jangan lupa mengenakan short legging warna putih atau coklat kulit untuk kenyamanan ketika berganti pakaian


(44)

8. Mengenakan sandal yang nyaman. Beberapa pose memerlukan sepatu (dipakai atau dijinjing), jadi siapkan juga sepatu pengantin anda

9. Bawalah sunblock, Make up artist anda akan membantu memakaikan sebelum make up. Bawa juga hand body cream

10. Tidak perlu membawa pendamping atau teman. Para crew fotografer akan melayani anda dengan profesional sehingga Anda merasa nyaman

Pada umumnya, fotografer yang disewa akan membimbing kedua calon pengantin, menentukan tema untuk foto, namun akan lebih baik lagi jika kedua calon pasangan pengantin telah memiliki ide atau tema tersendiri sehingga semua berjalan seperti yang kedua calon pasangan pengantin inginkan. Bagi fotografer, foto prewedding yang memiliki tema lebih menjadi tantangan bagi si fotografer untuk mwujudkannya. Karena dengan tema yang ditentukan, fotografer harus mampu memahami tema tersebut dan membuat hasil akhirnya sesuai dengan harapan pasangan calon pengantin. Menurut fotografer, memahami tema yang diinginkan dan mewujudkannya ke dalan sebuah hasil karya foto tentu tidak mudah, hal itu yang membuat fotografer merasa tertantang untuk mengerjakan foto prewedding tersebut. Fotografer juga belajar disetiap sesi pemotretan foto prewedding yang memiliki tema. Setelah menentukan tema, akan membawa anda dalam memutuskan pemilihan lokasi pemotretan. Apakah dibutuhkan suasana di tengah-tengah alam, di kota tua, atau cukup di studio. Pemilihan lokasi harus sangatlah diperhatikan, jangan sampai lokasi yang dipilih tidak sesuai dengan tema yang ada. Lokasi pemotretan luar ruangan, saat ini memang cukup banyak


(45)

diminati. Kemampuan fotografer juga terus terasah disetiap pemotretan yang memiliki tema dan lokasi luar ruangan. Karena memiliki tantangan yang berbeda dengan pemotretan tanpa tema dan pemotretan di dalam ruangan. Tema, telah ditentukan, begitu pun dengan lokasi, hal selanjutnya yang perlu anda pikirkan adalah properti. Pemilihan kostum, ataupun benda lainnya yang dapat memperkuat tema foto pre wedding. Benda-benda yang digunakan biasanya memiliki makna khusus bagi pasangan calon pengantin. Anda haruslah dipersiapkan dengan matang juga. Selanjutnya yang tidak kalah penting dalam foto pre wedding adalah pemilihan sang fotografer. Pilihlah fotografer yang mampu membuat foto-foto Anda dan pasangan “berbicara”. Sebuah foto pre wedding tidak hanya menampilkan kemesraan sepasang calon pengantinnya, tapi juga mampu bercerita dan mengungkatkan sisi lain tanpa melalui kata-kata. Seorang fotografer harus mampu menangkap hubungan emosional objeknya sehingga menjadikan foto sederhana menjadi indah. Berikut ini beberapa ide menarik yang dapat dijadikan tema foto prewedding kedua calon pasangan pengantin:

a. Jadikan hobi dan minat menjadi tema foto prewedding, misalnya jika kedua calon pasangan pengantin hobi traveling, lokasi pemotretan bisa ditempat yang pernah menjadi kenangan calon pengantin, tentunya tempat yang paling berkesan. Atau hobi bermusik, bisa mengambil tema sedang bermain musik.

b. Apa profesi kedua calon pasangan pengantin. Menghubungkan pekerjaan dengan tema foto prewedding tidak kalah menariknya. Misalnya, jika salah


(46)

satu dari keduan calon pasangan pengantin guru, bisa mengambil lokasi di sekolah tempat mengajar. Atau seorang arsitek, mengambil lokasi pemotretan di gedung yang sedang dibangun, atau bertempat di konstruksi gedung favorit kedua calon pasangan pengantin.

c. Jika ingin menghemat biaya foto prewedding, kedua calon pasangan pengantin bisa mengambil satu lokasi saja, yaitu tempat “nongkrong” favorit. Misalnya di cafe, bersama teman-teman, bioskop, taman, dan lain-lain.

d. Kenangan masa lalu bisa juga dijadikan tema foto prewedding. Bisa berupa perjalanan cinta calon pasangan pengantin. Kalau cinta anda berdua berawal dari 1 kampus yang sama, pemotretan bisa diambil dengan latar kampus calon pasangan pengantin, lengkap dengan gaya berdandan seperti dulu ketika masih menyandang status mahasiswa. Anda bisa mengingat kenangan yang paling indah pada saat anda pertama kali bertemu dengan pasangan anda sebagai posenya. Dijamin seru. Di sini memerlukan tingkat rasa pede yang tinggi karena yang pasti untuk mendapatkan feel kampus, tentunya pemotretan dilakukan pada hari kerja dimana perkuliahan berjalan.

e. Menjadikan area publik sebagai lokasi pemotretan, seperti pasar tradisional, halte, jembatan penyebrangan, taman kota, SPBU, dan area publik lainya. Tema area publik ini dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dari kedua calon pasangan pengantin, juga keahlian sang fotografer.


(47)

Jangan lupa untuk mengenakan kostum yang eye catching, lain dari yang lainnya, akan sangat menarik.

f. Mengabadikan foto secara candid akan lebih seru lagi. Di mana kedua calon pasangan pengantin melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasanya, berpura-pura seperti tidak sedang “diikuti”, dan biarkan sang fotografer mengambil foto-foto secara diam-diam.

Tren terbaru dalam fotografi pernikahan adalah menuju pendekatan yang lebih modis. Terinspirasi pada majalah mode high-end seperti Vogue, Elle, InStyle, Cosmopolitan, Glamour, GQ, American Photo, dll, dan majalah pernikahan fotografer berusaha untuk membuat fantasi pasangan nyata. Dalam pendekatan fotografi, fashion dalam pernikahan tujuannya adalah untuk membuat pasangan jadi yang terbaik, saling romantis adalah untuk ekspresi maksimal pasangan sehari-hari menjadi seperti selebriti pernikahan. Gaya yang terbaik bagi pasangan adalah pasangan calon pengantin yang memutuskan. Moment yang diharapkan sekali seumur hidup ini hendaknya memberikan kesan yang tak terlupakan bagi pasangan calon pengantin. Untuk itu segala sesuatunya dipersiapkan semaksimal mungkin agar mendapatkan hasil yang terbaik yang akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan juga untuk ke depannya.

2.4. Teori Fenomenologis

“Dunia kehidupan adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan”, ujar Husserl, pencetus filsafat Fenomenologi. Dunia kehidupan adalah unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan kita, unsur-unsur dunia


(48)

sehari-hari yang kita libati dan hadapi sebelum kita meneorikan atau merefleksikannya secara filosofis. Dunia kehidupan memuat segala orientasi yang kita andaikan begitu saja dan kita hayati pada tahap-tahap yang paling premier. Namun, dunia kehidupan itu sudah dilupakan. Kita kerap memaknai kehidupan tidak secara apa adanya, tetapi berdasarkan teori-teori atau berdasarkan penafsiran-penafsiran yang diwarnai oleh kepentingan-kepentingan, situasi kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan kita. Maka fenomenologi menyerukan zuruck zu de sachen selbst (kembali kepada benda-benda itu sendiri), yaitu upaya untuk menemukan kembali dunia kehidupan.

Fenomenologi (Inggris: Phenomenology) berasal dari bahasa Yunani phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan phainen berarti memperlihatkan. Sedangkan logos berarti kata, ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. Lorens Bagus (Bagus, 1996) memberikan dua pengertian terhadap fenomenologi. Dalam arti luas, fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja yang tampak. Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita. Menurut Littlejhon dan Karen (2009:57), istilah phenomenon mengacu pada munculnya sebuah benda, atau kondisi yang dilihat. Oleh karena itu, fenomenologis merupakan cara yang digunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Anda hendak mengetahui seseuatu dengan sadar menganalisis serta menguji persepsi dan perasaan anda tentangnya. Menurice Merleau- Ponty, pakar dalam tradisi ini menulis bahwa “semua pengetahuan akan


(49)

dunia, bahkan pengetahuan akan ilmiah saya, diperoleh dari beberapa pengalaman akan dunia” (Littlejhon dan Karen (2009:57). Dengan demikian fenomelogi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Semua yang dapat anda ketahui adalah apa yang anda alami. Fenomenologis berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya. Jika ingin mengetahui apa arti cinta, maka anda jangan bertanya kepada ahli psikologi; anda harus berpegang pada pengalaman anda tentang cinta. Pemikiran fenomenologis bukan merupakan pemikiran yang koheren. Fenomenologis mungkin lebih merefleksikan pemikiran kita tentang dunia kehidupan.

Hegel (1807) memperluas pengertian fenomenologi dengan merumuskannya sebagai ilmu mengenai pengalaman kesadaran, yakni suatu pemaparan dialektis perjalanan kesadaran kodrati menuju kepada pengetahuan yang sebenarnya. Fenomenologi menunjukkan proses menjadi ilmu pengetahuan pada umumnya dan kemampuan mengetahui sebagai perjalanan jiwa lewat bentuk-bentuk atau gambaran kesadaran yang bertahap untuk sampai kepada pengetahuan mutlak. Bagi Hegel, fenomena tidak lain merupakan penampakkan atau kegejalaan dari pengetahuan inderawi: fenomena-fenomena merupakan manifestasi konkret dan historis dari perkembangan pikiran manusia. Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati fenomena-fenomena dalam kemurniannya. Fenomena disini dipahami sebagai segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun kenyataan. Yang penting ialah pengembangan suatu metode yang tidak


(50)

memalsukan fenomena, melainkan dapat mendeskripsikannya seperti penampilannya tanpa prasangka sama sekali. Seorang fenomenolog hendak menanggalkan segenap teori, praanggapan serta prasangka, agar dapat memahami fenomena sebagaimana adanya.

Memperbincangkan fenomenologi tidak bisa ditinggalkan pembicaraan mengenai konsep Lebenswelt (“dunia kehidupan”). Konsep ini penting artinya, sebagai usaha memperluas konteks ilmu pengetahuan atau membuka jalur metodologi baru bagi ilmu-ilmu sosial serta untuk menyelamatkan subjek pengetahuan. Edmund Husserl, dalam karyanya, The Crisis of European Science and Transcendental Phenomenology, menyatakan bahwa konsep “dunia kehidupan” (lebenswelt ) merupakan konsep yang dapat menjadi dasar bagi (mengatasi) ilmu pengetahuan yang tengah mengalami krisis akibat pola pikir positivistik dan saintistik, yang pada prinsipnya memandang semesta sebagai sesuatu yang teratur – mekanis seperti halnya kerja mekanis jam. Akibatnya adalah terjadinya 'matematisasi alam' dimana alam dipahami sebagai keteraturan (angka-angka). Pendekatan ini telah mendehumanisasi pengalaman manusia karena para saintis telah menerjemahkan pengalaman manusia ke formula-formula impersonal. Dunia kehidupan dalam pengertian Husserl bisa dipahami kurang lebih dunia sebagaimana manusia menghayati dalam spontanitasnya, sebagai basis tindakan komunikasi antar subjek. Dunia kehidupan ini adalah unsur-unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan seseorang, yakni unsur dunia sesehari-hari-sehari-hari yang ia alami dan jalani, sebelum ia menteorikannya atau merefleksikannya secara filosofis. Konsep dunia kehidupan ini dapat memberikan inspirasi yang sangat


(51)

kaya kepada ilmu-ilmu sosial, karena ilmu-ilmu ini menafsirkan suatu dunia, yaitu dunia sosial. Dunia kehidupan sosial ini tak dapat diketahui begitu saja lewat observasi seperti dalam eksperimen ilmu-ilmu alam, melainkan terutama melalui pemahaman (verstehen ). Apa yang ingin ditemukan dalam dunia sosial adalah makna, bukan kausalitas yang niscaya. Tujuan ilmuwan sosial mendekati wilayah observasinya adalah memahami makna. Seorang ilmuwan sosial, dalam hal ini, tidak lebih tahu dari pada para pelaku dalam dunia sosial itu. Oleh karena itu, dengan cara tertentu ia harus masuk ke dalam dunia kehidupan yang unsur-unsurnya ingin ia jelaskan itu. Untuk dapat menjelaskan, ia harus memahaminya. Untuk memahaminya, ia harus dapat berpartisipasi ke dalam proses yang menghasilkan dunia kehidupan itu.

Stanley Deetz dalam (Littlejhon dan Karen, 2009:57), menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologis yaitu:

a. Pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar, kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengannya.

b. Makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain bagaimana anda berhubungan dengan benda menentukan maknanya bagi anda. Sebagai contoh, anda akan mengambil kajian teori komunikasi dengan serius sebagai pengalaman di bidang pendidikan ketika anda mengalaminya sebagai sesuatu yang akan memberikan pengaruh positif pada kehidupan anda.

c. Bahasa merupakan kenderaan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia


(52)

itu. Kita mengetahui kunci karena bahasa yang kita hubungkan dengannya: ”menutup”, ”membuka”, ”besi”, ”berat” dan sebagainya.

2.4.1 Keragaman dalam Tradisi Fenomenologis

Fenomenologis sebagai sebuah tradisi yang berfokus pada internal dari pengalaman sadar dari seseorang. Tradisi ini melihat pada cara-cara seseorang memahami dan memberi makna pada kejadian-kejadian dalam hidupnya seperti pada pemahaman akan dirinya. Menurut Littlejhon dan Karen (2009:58) ada tiga kajian pemikiran umum membuat beberapa tradisi fenomenologis yaitu:

a. Fenomenologis klasik. Fenomenologis klasik biasanya dihubungkan dengan Edmund Husserl, menulis fenomenologis modern. Husserl yang menulis selama pertengahan abad ke-20, berusaha mengembangkan metode yang meyakinkan kebenaran melalui kesadaran yang terfokus. Baginya, kebenaran dapat diyakinkan melalui pengalaman langsung dengan catatan kita harus disiplin dalam mengalami segala sesuatu. Hanya dengan perhatian sadarlah kebenaran dapat diketahui. Agar dapat mencapai kebenaran melalui perhatian sadar, bagaimanapun juga, kita harus mengesampingkan atau mengurangkan kebiasaan kita. Kita harus menyingkirkan kategori-kotegori pemikiran dan kebiasaan-kebiasaan dalam melihat segala sesuatu agar dapat mengalami sesuatu dengan sebenar-benarnya. Dalam hal ini, benda-benda di dunia menghadirkan dirinya pada kesadaran kita. Pendekatan Husserl dalam fenomelogis sangat


(53)

objektif, dunia dapat di alami tanpa harus membawa kategori pribadi seseorang agar terpusat pada proses.

b. Fenomenologis persepsi. Fenomenologis persepsi merupakan sebuah reaksi yang menentang objektivitas sempit miliki Husserl. Baginya manusia merupakan sosok gabungan antara fisik dan mental yang menciptakan makna di dunia. Kita mengetahui sesuatu hanya melalui hubungan pribadi kita dengan benda tersebut. Sebagai manusia, kita dipengaruhi oleh dunia, tetapi kita juga mempengaruhi dunia dengan bagaimana kita mengalaminya. Baginya lagi, segala sesuatu tidak ada dengan sendirinya dan terpisah dari bagaimana semuanya diketahui. Agaknya, manusia memberikan makna pada benda-benda di dunia, sehingga pengalaman fenomenologis apa pun tentunya subjektif. Jadi, terdapat dialog antara manusia sebagai penafsir dan benda yang mereka tafsirkan.

c. Fenomenologis hermeneutik. Fenomenoligis hermeneutik dianggap mirip dengan yang kedua, tetapi tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lengkap dalam komunikasi. Fenomenologis hermeneutik dihubungkan dengan Martin Heidegger, utamanya dikenal karena karyanya dalam philosophical hermeneutic (nama alternative bagi pergerakannya). Filosofinya juga dikenal dengan Hermeneutic of dasein yang berarti “interpretasi keberadaan”. Hal yang paling penting bagi Heidegger adalah pengalaman alami yang tidak terelakkan terjadi dengan hanya tinggal di dunia. Baginya, realitas sesuatu itu tidak diketahui dengan


(54)

analisis yang cermat atau pengurangan, melainkan oleh pengalaman alami yang diciptakan oleh pengguna bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang nyata adalah apa yang dialami melalui pengalaman alami yang diciptakan oleh pengguna bahasa bukanlah bungkusan yang di dalamnya segala sesuatu dimasukkan demi keuntungan bagi yang menulis dan berbicara. Akan tetapi, dalam kata dan bahasa, segala sesuatunya ada. Teori-teori fenomenologis melihat interpretasi sebagai sebuah proses pemahaman yang sadar dan hati-hati. Fenomenologis secara harfiah berarti penelitian tentang pengalaman sadar, dimana interpretasi mengambil peranan yang penting. Hermeneutika, diartikan sebagai penafsiran naskah yang sengaja dan hati-hati, merupakan dasar bagi tradisi fenomenologis dalam penelitian pesan. Banyak peneliti yang merasakan hal serupa dan memilih untuk mempelajari budaya melalui interaksi intrapersonal dari pada menggunakan tes, percobaan dan kuisioner. Pengetahuan inilah yang menggambarkan fenomenologis sebagai sebuah tradisi (Littlejhon dan Karen, 2009:457). Proses penafsiran disebut hermeneutika. Penafsiran budaya umumnya disebut dengan etnografi. Penafsiran budaya merupakan usaha untuk memahami tindakan sebuah kelompok atau budaya. Clifford Geertz merupakan seorang penafsir budaya atau etnografi yang besar. Geertz menggambarkan penafisran budaya sebagai deskripsi padat (thick description) dimana penafsiran menggambarkan kegiatan-kegiatan budaya dari sudut pandang penduduk asli. Tingkat penafsiran ini berbeda dengan deskripsi tipis (this description), dimana orang-orang hanya menggambarkan tentang apa maksudnya bagi para pelaku itu sendiri. Donal Carbaugh dan Sally


(55)

Hastings menjelaskan perumusan teori etnografi sebagai sebuah proses empat bagian yaitu:

a. Mengembangkan sebuah orientasi dasar pada subjeknya. Disini para etnografi menilai asumsi mereka sendiri tentang budaya dan manifestasinya.

b. Perumusan etnografi menetapkan kelas-kelas atau jenis-jenis kegiatan yang akan diamati. Para etnografi komunikasi, dapat memutuskan untuk melihat pada cara-cara pakaian yang dipakai.

c. Etnografi merumuskan teori tentang budaya tertentu yang sedang diteliti. Disini kegiatan-kegiatan tertentu akan ditafsirkan dalam konteks budaya itu sendiri.

d. Etnografi kembali untuk melihat lagi teori umum tentang budaya dimana mereka bekerja dan mengujinya dengan beberapa kasus tertentu.

Oleh karena mengandalkan pada pengalaman pribadi etnograf sendiri, penafsiran budaya seluruhnya bersifat fenomenologis.


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Deskriptif Lokasi Penelitian

3.1.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Studio Foto

 Nama C11E diambil dari nama jalan di kota padang, Ciliwung 11E merupakan tempat kos-kosan anak muda kreatif di zamannya.

 C11E dalam bahasa padang (ciek) artinya satu, C11E selalu menjadi nomor Satu

 C11E bacanya selalu ciyee…..Jika photo selalu say cis di c11e selalu ciyee….expresi jauh lebih ikhlas

Secara keseluruhan, struktur organisasi C11E adalah sebagai berikut: OWNER DIRECTOR VIDEOGRAFER DIV MARKETING DIVISION FOTOGRAFI DIVISI KA. DIVISI KA. DEVISI KA. DEVISI EDITOR DIV VIDEOGRAFI MARKETING OFFCER EDITOR FOTOGRAFI


(57)

3.1.2 Uraian Tugas C11E

• OWNER :

Pemilik Perusahaan/pemilik studio foto

• DIRECTOR :

Pemimpin kerja/Kepala unit kerja dan penanggung jawab kerja pegawai.

• DIVISI VIDEOGRAFER :

Bagian yang menangani pembuatan videografer resepsi atau pernikahan.

• KEPALA DIVISI VIDEOGRAFER :

Pimpinan yang bertanggung jawab terhadap hasil kerja tim videografer.

• EDITOR DIVISI VIDEOGRAFER :

Tim yang bertugas mengedit hasil akhir dari kerja divisi videografer.

• DIVISI MARKETING :

Bagian yang melayani konsumen-konsumen.

• KEPALA DIVISI MARKETING :

Pimpinan yang bertanggung jawab atas kinerja dan pelayanan yang diberikan divisi marketing.

• MARKETING OFFICER :

Tim yang bertugas mencari konsumen dan memperkenalkan perusahaan kepada khalayak.

• DIVISI FOTOGRAFI :

Bagian yang menangani pembuatan foto dalam momen prewedding, pernikahan dan resepsi.


(58)

Pimpinan yang bertanggung jawab terhadap hasil kerja tim fotografi

• EDITOR DIVISI FOTOGRAFI :

Tim yang bertugas mengedit hasil akhir dari kerja tim fotografi.

3.1.3 Ruang Lingkup Bisnis C11E  Pre Wedding

 Wedding

 Cinematic Video  Family Photo  Beauty Shot  Company Profile  Photo Product

 Studio Kampung (medan only)  Sekolah Foto

Pre Wed concept merupakan keunikan dan ciri khas dr C11E Production

3.1.4 Nilai Plus C11E Production

 Komunikatif, enjoy & be a friend (motto dr C11E Production).  Candid Moment


(59)

 Detail  Kreatif  Inovatif

 Angle (sudut pandang photo)  Photo Formal

 Kru yang Rapi, ramah dan berseragam

 One stop utk hal dokumentasi (photo dan video)  Digital Art Photography (blm terimbangi kompetitor)

3.1.5 Point Terpenting di C11E

 Photo bagus dan video bagus diera digital ini bukanlah suatu nilai jual yg signifikan lg, dibutuhkan inovasi dan konsep yg kuat.

 C11E Production menghadirkan Konsep dgn alur yg memiliki klimaks dan anti klimaks shg audiens yg melihat album/video terhanyut dan berakhir dgn HAPPY ENDING

 Menghadirkan karya spt itu dibutuhkan jam terbang dan kejelian photographer dan videographer serta editor yg menjadi kekuatan team yg solid. Dukungan penuh dr front office utk menganalisa


(60)

karakter dan kebutuhan klien merupakan hal utama utk menciptakan karya cipta.

 Motto C11E “Communicative, Enjoy and be a friend”. Diawali dgn komunikasi yg baik, klien pun nyantai dan akhir dari segalanya kita dan klien menjadi teman. Hal ini merupakan kunci dari semua hal utk menciptakan karya cipta terbaik.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang paling penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang dipakai dalam mengambil langkah-langkah sehingga dapat diketahui tentang permasalahan yang ada. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesisi yang telah diterapkan (Sugiyono, 2008: 13).

Rancangan penelitian diibaratkan oleh Bogdan, seperti orang mau piknik, sehingga ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi belum tentu tahu pasti apa yang di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki objek, dengan cara membaca informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat objek dan aktivitas orang yang ada disekelilingnya, melakukan wawancara dan sebaliknya.


(61)

Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah. Objek alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut. Metode kualitatif digunakan untuk melihat (Sugiyono, 2008:24):

1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masalah masih gelap karena penelitian kualitatif akan langsung masuk ke objek, melalui penjelajahan dengan grant tour question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas dan dilakukan orang

2. Untuk memahami makna di balik data yang tampak. Gejala sosial sering tidak bisa difahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang lain.

3. Untuk memahami interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif dengan cara ikut berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial tersebut. Dengan demikian akan dapat ditemukan pola-pola hubungan yang jelas.

4. Memahami perasaan orang. Perasaan orang sulit dimengerti kalu tidak diteliti dengan metode kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, dan observasi berperan serta untuk ikut merasa apa yang dirasakan orang tersebut.

5. Untuk mengembangkan teori. Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapangan.


(62)

6. Untuk memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan kebenarannya. Dengan metode kualitatif, melalui teknik pengumpulan data secara triangulasi/gabungan (karena dengan teknik pengumpulan data tertentu belum dapat menentukan apa yang dituju, maka ganti teknik lain), maka kepastian data akan terjamin.

7. Meneliti sejarah perkembangan. Sejarah perkembangan kehidupan seseorang tokoh atau masyarakat akan dapat dilacak melalui metode kualitatif. Dengan menggunakan data dokementasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau orang yang dipandang tahu, maka sejarah perkembangan kehidupan seseorang.

Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam hasil karya foto prewedding yang dihasilkan oleh fotografer maka peneliti harus mempunyai bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, menginterpretasikan dan mengkontruksikan fenomena dalam situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

3.3 Spradley (Social Situation)

Social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemem yaitu (Sugiyono:389):

a. Tempat (place), tempat objek yang akan diteliti adalah hasil foto prewedding di luar ruangan yang dihasilkan oleh fotografer yang ada di studio foto di jalan Setia Budi Medan.


(63)

b. Pelaku (actors), pelaku yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah calon pasangan pengantin yang ingin melakukan foto prewedding di luar ruangan yang akan difoto oleh fotografer studio foto yang ada di jalan Setia Budi.

c. Aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Aktivitas yang dilakukan calon pasangan adalah sedang beraktivitas baik sedang liburan di pantai, sedang ngobrol-ngobrol atau yang lain-lain.

Situasi sosial tersebut, dapat di rumah berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut jalan yang sedang ngobrol tentang pelayanan atau produk mobil baru merek tertentu, atau ngobrol di tempat kerja, di kota, di desa, di perusahaan atau wilayah suatu negara. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam ”apa yang terjadi” di dalamnya. Pada situasi sosial atau objek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas (avtivity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu.

Dalam penelitian kualitatif tidak mengunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditansferkan ke tempat lain pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informasi, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2008:216).


(1)

WAWANCARA LANGSUNG DENGAN FOTOGRAFER

1. Menurut anda, apakah Foto Prewedding itu?

“ Foto Prewedding adalah suatu kegiatan yang diabadikan dalam bentuk hasil fotografi, yang berisi atau mengandung tema masa-masa sebelum seseorang menuju ke kehidupan pernikahan.”

2. Apa kegunaan foto prewedding?

“kegunaan foto prewedding adalah untuk mengabadikan momen-momen calon pengantin sebelum mereka menuju ke jenjang pernikahan.”

3. Menurut anda, foto prewedding lebih banyak dilakukan diluar ruangan atau dalam ruangan?

“pemilihan lokasi biasanya ditentukan oleh budget yang dimiliki oleh pasangan calon pengantin. Untuk foto prewedding luar ruangan biasanya lebih memerlukan budget yang sedikit lebih mahal dibanding dengan foto prewedding dalam ruangan. Sampai saat ini, luar ruangan lebih banyak dipilih oleh calon pengantin.”

4. Apakah alasan calon pengantin memilih lokasi pemotretan?

“Luar ruangan dipilih karena calon pengantin ingin memiliki suasana yang berbeda, tema yang unik, pakaian yang beragam sesuai dengan tema dan tentunya memiliki kenangan yang tak terlupakan.”

“Dalam ruangan dipilih karena calon pengantin hanya memiliki konsep yang minim.”

5. Dalam memilih lokasi foto prewedding luar ruangan, lokasi manakah yang lebih banyak dipilih?

“Pemilihan lokasi seperti laut, taman atau tempat bersejarah biasanya ditentukan oleh budget dari calon pengantin.”

6. Dalam foto prewedding, siapakah yang menentukan tema, tempat dan pakaian yang akan digunakan?

“Pemilihan tema, tempat dan pakaian ditentukan oleh calon pengantin. Fotografer berperan hanya pada hasil akhir.”


(2)

7. Dalam foto prewedding luar ruangan, jenis pakaian apa yang lebih banyak dipilih?

“Jenis pakaian yang lebih banyak dipilih adalah pakaian casual atau pakaian sehari-hari.”

8. Dalam memilih tema yang digunakan, apakah memiliki tujuan, kenangan bagi calon pengantin atau berdasarkan ide yang muncul pada saat itu?

“Tema yang digunakan biasanya memiliki kenangan tersendiri bagi calon pengantin. Atau diambil dari keinginan-keinginan dan impian-impian dari calon pengantin tersebut.”

9. Dalam foto prewedding luar ruangan, alat-alat fotografi apa saja yang digunakan?

“kamera, memory, baby triger (pemicu flash), triger (pemantik), speed lite (lampu tambahan), lensa, lampu foto, soft box, umbrella, reflektor, tripod dan kabel.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modren, Pustaka Amani, Jakarta, 1980.

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2007.

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996.

Brannen, Julia, Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004.

Deddy, Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Rosda, Jakarta, 2005.

Edi, S, Mulyanta, Teknik Modern Fotografi Digital, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2008.

Effendy, Onong, Uchjana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.

Giwanda, Riand, Panduan Praktis Belajar Fotografi, Puspa Swara, Jakarta, 2001. Hardjana, Agus M, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Penerbit

Kanisius, Yogyakarta, 2003.

Litlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

--- Komunikasi, Teori, dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Sosial, UGM Press, Yogyakarta, 1995.

Pawito, dan C Sardjono, Teori-Teori Komunikasi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1994.

Pracoyo, Fotografi Sebagai Usaha Alternatif, PT. Musi Perkasa Utama, Jakarta, 2005.


(4)

_______, Fotografi Nada Penuh dan Nada Lengkap, Pusat Grafika Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1982.

_______, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Survai, Jakarta. 1995.

Riswandi. “Definisi Komunikasi dan Tingkatan Proses Komunikasi.”

WordPress.com 17 Oktober 2006. 10 Juni 2010.

Ruben, Stewart Lea P, Communication and Human Behaviour, USA, Ulyin dan Bacon. 2005.

Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta, 1994.

Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, Jakarta, 1995.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, CV. Alfabeta, Bandung, 2008.

Suprapto, Tommy, Pengantar Teori Komunikasi, Media Pressindo, Yogyakarta, 2006.

Suwardi, Metode Penelitian Komunikasi, USU Press, 1998.

Vardiansyah, Dani, Pengantar Ilmu Komunikasi, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004.

Wardhany, Andy Corry dan Morissan, Teori Komunikasi, Ghalian Indonesia, Bogor, 2009.

Widjaja, H, A, W, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Sinar Grafika Offset, Jakarta, 2002.


(5)

Zubair, Agustina. “Definisi Komunikasi.” WordPress.com 17 Oktober 2006. 10

Juni

“Definisi Komunikasi.” Blogdetik.com. 11 Juni 2010.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama ISDA AGUSTINA, A.Md

Tempat/tgl lahir Petumbukan / 17 agustus 1985

Jenis kelamin Perempuan

Status Belum Menikah

Suku / Agama Melayu / Islam

Tinggi / Berat Badan 155 cm / 40 kg

Alamat Jl. STM – Suka Terang No. 34

Medan (20146)

1991 – 1997 SD NEGRI 105387 Galang

1997 – 2000 SLTP SWASTA HARAPAN I Medan

2000 – 2003 SMU NEGRI 2 Medan

2003 – 2007

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Fakultas Ekonomi

Jurusan Kesekretariatan D3

2007 – 2011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi