Tabel 1. Komposisi buah kelapa Komponen
Jumlah Berat Sabut
25 – 32 Tempurung
12 – 13,1 Daging buah
28 – 34,9 Air buah
19,2 – 25
Sumber: Palungkung, 2001.
Pada dasarnya seluruh bagian buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk untuk berbagai keperluan. Teknologi pengolahan, standar mutu, dan sistem
sertifikasinya juga sudah dikuasai oleh tenaga ahli Indonesia. Namun berbagai kelemahan masih melekat di industri pengolahan kelapa seperti suplai bahan baku,
karena industri tidak memiliki kebun kelapa dan investasi yang relatif besar sehingga kurang menarik investor.
Allorerung dan Lay 1998 menyatakan bahwa kelapa sebagian besar diolah menjadi kopra yang selanjutnya diolah menjadi minyak goreng. Namun usaha ini
semakin lemah, baik dalam perdagangan domestik maupun luar negeri karena tersaingi oleh minyak kelapa sawit. Selain diolah menjadi minyak, kini telah
berkembang diversifikasi produk kelapa seperti dessicated coconut tepung kelapa, gula kelapa, nata de coco, berbagai produk daging kelapa, kelapa parut
kering, arang tempurung, serat sabut kelapa, mebel kayu kelapa, dan akhir-akhir ini berkembang santan siap saji dengan berbagai kemasan.
2.1.2 Nata De Coco
Nata de coco adalah jenis komponen minuman yang merupakan senyawa selulosa dietary fiber, yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang
melibatkan jasad renik mikrobia, yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata.
Universitas Sumatera Utara
Bibit nata sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan nama Acetobacter xylinum. Dari jutaan jasad renik yang tumbuh dalam air kelapa tersebut, akan
dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata. Nata yang
dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan
prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas A. xylinum yang digunakan.
Nata dapat diusahakan bukan hanya dari air kelapa, tetapi juga dari berbagai jenis bahan yang mengandung gula, protein, dan mineral, seperti misalnya sari buah-
buahan, sari kedelai, dan bahkan air gula. Oleh sebab itu, nama nata dapat bermacam-macam sesuai dengan bahan yang digunakan, seperti misalnya nata de
soya dari sari kedelai, nata de mango dari sari buah mangga, nata de pina dari sari buah nenas, nata de coco dari air kelapa, dan lain sebagainya. Namun, di
antara beberapa jenis bahan yang dapat digunakan tersebut, air kelapa merupakan bahan yang paling ekonomis, mengingat air kelapa hanyalah bersifat sebagai
limbah dari buah kelapa Pambayun, 2002.
2.1.3 Agroindustri
Agroindustri dapat diartikan dua hal, yaitu pertama, agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks
ini adalah menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang berbahan baku utamanya adalah produk
pertanian. Suatu industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan
Universitas Sumatera Utara
jumlah minimal 20 dari jumlah bahan baku yang digunakan adalah disebut agroindustri. Arti yang kedua adalah agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan
pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri
Soekartawi, 2000. Agroindustri dalam sistem pertanian merupakan penyempurnaan yang merangkai
semua komponen menjadi satu kesatuan yang kuat. Ini berarti bahwa pengembangan agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan memenuhi
permintaan pasar melalui penguatan industri hilir dan ke belakang yang memberikan nilai tambah terhadap produk pertanian. Keterpaduan yang dibangun
melalui pengembangan agroindustri mempunyai dimensi yang amat luas mulai dari penguatan pasar hasil pertanian sampai dengan pembentukan nilai tambah
dan daya saing komoditas pertanian Tadjudin, 2007 Pembangunan agroindustri dihadapkan pada berbagai tantangan, baik tantangan
atau permasalahan yang ada di dalam negeri atau di luar negeri. Beberapa permasalahan agroindustri khususnya permasalahan di dalam negeri antara lain:
1. Beragamnya permasalahan berbagai agroindustri menurut macam
usahanya, khususnya kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu.
2. Kurang nyatanya peran agroindustri di pedesaan karena masih
berkonsentrasi pada agroindustri di perkotaan. 3.
Kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri.
Universitas Sumatera Utara
4. Kurangnya fasilitas permodalan perkreditan dan kalau pun ada
prosedurnya ketat Soekartawi, 2000. Menurut Syahza 2003, faktor yang mendukung prospek pengembangan
agribisnis dan agroindustri di daerah adalah penduduk yang makin bertambah sehingga kebutuhan pangan juga bertambah serta meningkatnya pendapatan
masyarakat akan meningkatkan kebutuhan pangan berkualitas dan beragam diversifikasi. Keragaman produk menuntut adanya pengolahan hasil
agroindustri. Di samping itu perkembangan agribisnis dan agroindustri juga akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yaitu meningkatkan
pendapatan petani yang pada akhirnya diharapkan akan mengurangi ketimpangan pendapatan masyarakat.
Peranan sektor industri dalam kegiatan pembangunan semakin penting. Pemerintah terus berusaha menyeimbangkan peranan sektor industri terhadap
sektor pertanian, untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dimana terdapat kemampuan industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka industri yang mengolah hasil-hasil pertanian di Indonesia memegang peranan yang strategis Soekartawi, 2000.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Pemasaran