commit to user 59
2006 26,493,086.53
13,204,717.77 2007
28,081,137.52 13,479,345.09
2008 38,527,951.29
15,147,326.04 2009
36,792,831.77 15,520,443.89
Sumber: BPS Kota Balikpapan, 2011
Laju inflasi tahunan pada tahun 2009 mencapai 3,60. Inflasi bulanan tertinggi selama tahun 2009 terjadi di bulan Juli, yaitu sebesar
1,17 persen. Deflasi sekali terjadi di bulan Januari, sebesar -0,53.
B. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di unit pengolahan PT. Pertamina RU. V Balikpapan, di Environmental HSE Section, Keuangan RU. V Balikpapan.
Kilang minyak RU. V Balikpapan terletak di Kotamadya Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur, tepatnya di tepi Teluk Balikpapan. Kapasitas
produksi yang dimiliki oleh Pertamina RU. V Balikpapan mencapai 260.000 barel, terdiri atas produksi Kilang I sebesar 60.000 barel dan kilang II sebesar
200.000 barel. Total kapasitas yang terpasang mencapai 1.055 barel yang tersebar luas di masing-masing daerah yang merupakan unit pengolahan
Pertamina seperti pada gambar 6 berikut.
commit to user 60
Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011 Gambar 6. Lokasi Kilang Pertamina di Seluruh Wilayah Indonesia.
Kawasan industri Pertamina yang terletak di kecamatan Balikpapan Barat merupakan kawasan pengilangan minyak dengan luas areal 250 Ha.
Keberadaan kawasan ini sangat strategis karena merupakan cikal bakal pertumbuhan Kota Balikpapan sekaligus juga menjadi fungsi utama Kota
Balikpapan sebagai kota industri.
C. Profil PT. Pertamina Persero RU. V Balikpapan
1. Sejarah Umum
commit to user 61
PP RI No. 271968 pada tanggal 20 Agustus 1968 Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional PN. Pertamina
dibentuk. Perusahaan tersebut menampung segala kegiatan dan pengusahaan minyak dan gas bumi dari Perusahaan Negara
Pertambangan Minyak Indonesia PN. Pertamin. Tujuan penyatuan kedua perusahaan negara di bidang minyak dan gas bumi tersebut adalah
agar dapat meningkatkan produktivitas maupun efisiensi di bidang perminyakan nasional.
PN. Pertamin menjadi Pertamina pada 15 September 1971 dan pada 17 September 2003 Pertamina berubah bentuk status perusahaan
menjadi Persero sehingga namanya berubah menjadi PT. Pertamina Persero. PT. Pertamina Persero adalah badan usaha yang bergerak di
bidang minyak dan gas bumi Indonesia. Bidang usaha PT. Pertamina Persero dibagi menjadi dua bagian yaitu, bagian hulu yang
berkonsentrasi pada eksplorasi dan eksploitasi minyak mentah, sedangkan bagian hilir lebih menitikberatkan pada pengolahan minyak mentah dan
pendistribusian produk BBM dan Non BBM di dalam negeri. PT. Pertamina Persero mempunyai 7 tujuh unit pengolahan, yaitu :
1. Unit Pengolahan I : Pangkalan Brandan, Sumatera Utara.
2. Unit Pengolahan II : Dumai, Riau.
3. Unit Pengolahan III : Plaju, Sumatera Selatan. 4. Unit Pengolahan IV : Cilacap, Jawa tengah.
5. Unit Pengolahan V : Balikpapan, Kalimantan Timur.
commit to user 62
6. Unit Pengolahan VI : Balongan, Jawa barat. 7. Unit Pengolahan VII : Sorong, Papua.
Pertamina sebagai salah satu perusahaan besar yang bergerak dibidang industri pengolahan minyak bumi dan gas alam. Indonesia
sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, memerlukan industri-industri yang dapat mengelolanya dengan baik.
Pertamina tersebar diseluruh bagian Indonesia, khususnya daerah-daerah yang memiliki keunggulan di sektor ini. Hal ini demi menunjang
pengolahan yang maksimal, sedangkan daerah yang tidak memiliki keunggulan sumber daya alam di sektor ini, hanya terdapat depot-depot
yang memasok dan menyediakan untuk kebutuhan daerah. Produk dari kilang Balikpapan ada 2 dua macam, yaitu BBM
yang terdiri dari pertamax, motor gasoline premium, kerosin minyak tanah, avtur, solar minyak diesel dan fuel oil minyak bakar sedangkan
Non BBM terdiri dari Heavy Naphta, LPG Liquified Petroleum Gas, LSWR Low Sulfur Waxy Residue dan lilin wax. RU. V Balikpapan
merupakan satu-satunya produsen lilin di Indonesia dan pemasok BBM terbesar kedua setelah RU. IV Cilacap.
Pertamina melayani kebutuhan energi negeri ini. Pertamina melayani dan menyediakan kebutuhan energi ke seluruh daerah-daerah
dan wilayah di Kalimantan. Pengolahannya berpusat di kota Balikpapan, sehingga dampak-dampak yang dihasilkan dari adanya Pertamina sangat
commit to user 63
dirasakan baik langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat kota Balikpapan.
2. Sejarah Perusahaan
Potensi perminyakan di Balikpapan telah diketahui sejak tahun 1800-an. Berikut adalah awal mula perminyakan di Balikpapan:
Tabel 7. Sejarah Pertamina RU. V Balikpapan
1863 Pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan Timur
memperoleh hak peminjaman tanah dari kerajaan Kutai, termasuk wilayah Balikpapan.
29 Agustus 1888 Pemerintah
Hindia Belanda
mendapat konsesi
pertambangan Mathilda dengan Besluit. 30 Juni 1891
Pengesahan kontrak Besluit No. 4, kontrak tersebut memberikan kewenangan melakukan usaha di bidang
pertambangan di daerah Balikpapan.
1896 Mr. Adams dari Firma Samuel Co di London
mengadakan penelitian selama 14 hari di Balikpapan dan menyimpulkan bahwa Balikpapan memiliki
cadangan minyak yang besar.
10 Februari 1897 Mulai dilakukan pengeboran dan menemukan minyak
yang cukup komersial untuk diusahakan pada kedalaman 220 meter. Sumur pertama disebut
Mathilda B-1 selanjutnya dilakukan pengeboran hingga sumur B-40.
Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan
Minyak di Balikpapan ditemukan sebelum terlebih dahulu ditemukan minyak di Sanga-sanga Kalimantan Timur pada tahun 1893.
Penemuan minyak di Tarakan 1899, Samboja pada tahun 1910 dan di Bunyu pada tahun 1922. Penemuan minyak di Balikpapan dan sekitarnya
serta letaknya yang strategis di tepi laut mendorong didirikan kilang
commit to user 64
BBM di daerah ini. Berikut adalah perkembangan dari kilang RU. V Pertamina Balikpapan.
Tabel 8. Perkembangan Kilang Pertamina RU.V Balikpapan Waktu
Peristiwa 1899
Perusahaan Shell Transport Trading Ltd. Mendirikan kilang Balikpapan I yang kapasitasnya 5000 barrelhari.
1922 Unit Penyulingan Minyak Kasar PMK I didirikan oleh
perusahaan minyak BPM.
1922 Perusahaan Shell Transport Trading Ltd. mendirikan
kilang Balikpapan-I yang kapasitasnya 5000 barrelhari 5 MBSD.
1946 Rehabilitasi PMK I karena mengalami kerusakan akibat
PD II.
1948 Kapasitas kilang Balikpapan I ditingkatkan menjadi 50.000
barrelhari 50 MBSD.
1949 HVU I selesai didirikan, dibangun oleh PT. Shell Indonesia
dan dirancang oleh Mc Kee, dengan kapasitas pengolahan 12.000 barel per hari.
1950 Pabrik Wax selesai didirikan, dengan kapasitas produksi
110 ton per hari.
1952 Unit PMK II selesai didirikan, dibangun oleh PT. Shell
Indonesia dan di desain oleh ALCO dengan kapasitas 25.000 barel per hari.
1954 PMK III selesai didirikan dan memiliki kapasitas 10.000
barel per hari, sejak tahun 1985 PMK III tidak beroperasi lagi.
1966 Seluruh kekayaan Shell termasuk Kilang Balikpapan dibeli
oleh PN.Permina Perusahaan Minyak Nasional.
1968 Peleburan PN. Permina dan PN. Pertamin menjadi PN
Pertamina 1971
PN. Pertamina berubah menjadi Pertamina.
commit to user 65
April 1981 Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan desain paten
dari UOP Inc dengan kapasitas 200.000 barelhari 200 MBSD.
Nov 1983 Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden Soeharto. 1997
Upgrading Kilang Balikpapan I, mengganti PMK I,II dan HVU I menjadi CDU V dan HVU III, dengan kapasitas
60.000 barelhari.
2003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi PT.
Pertamina Persero. 2005
Pendirian Flare Gas Recovery dan H2 Recovery. Sep 2006 Unit dewaxing pada Wax Plant terbakar.
Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan
Kilang minyak Balikpapan dibangun oleh Shell Transport Trading Ltd pada tahun 1899 dan menempati lokasi seluas 2,5 km
2
di tepi Teluk Balikpapan, karena letak dari kilang minyak di Teluk Balikpapan
maka proses distribusi minyak di sekitar kilang Balikpapan dapat melalui dua jalur, yaitu jalur laut dan jalur darat. Kilang minyak Balikpapan
mengalami beberapa kali perbaikan sejak pertama kali dibangun guna meningkatkan kapasitas produksi. Perbaikan pertama dilakukan pada
tahun 1922 sehingga kapasitas produksi meningkat dari yang awalnya 5.000 barel per hari menjadi 30.000 barel per hari, kemudian pada tahun
1948 dilakukan perbaikan kedua untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 50.000 barel per hari. Kilang Balikpapan yang pertama ini dengan
kapasitas produksi 50.000 barel kemudian sering disebut dengan Kilang Balikpapan I.
commit to user 66
Penemuan terhadap sumber-sumber minyak baru di Kalimantan timur oleh beberapa instansi Kontraktor Production Sharing KPS seperti
UNOCAL, VICO dan TOTAL EP dan dengan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan BBM di dalam negeri, maka pada tahun 1980
dibangunlah Kilang Balikpapan II yang berkapasitas produksi mencapai 200.000 barel per hari. Kilang Balikpapan II secara resmi dioperasikan
pada tanggal 1 November 1983. Tahun 1995 dilakukan pembaharuan dan peningkatan kemampuan
Kilang Balikpapan I sehingga kilang tersebut memiliki kapasitas produksi yang lebih besar daripada sebelumnya. Setelah pembaruan dilakukan,
Kilang Balikpapan I memiliki kapasitas produksi sebesar 60.000 barel per hari. Kilang Balikpapan I yang baru ini mulai dioperasikan pada tahun
1997. Belum ada peningkatan terhadap kapasitas produksi dari Kilang Balikpapan hingga kini, sehingga total kapasitas produksi dari Kilang
Balikpapan saat ini yaitu sebesar 260.000 barel Kilang Balikpapan I sebesar 60.000 barel dan Kilang Balikpapan II sebesar 200.000 barel.
Tabel 9. Perkembangan Pertamina RU. V Balikpapan
Waktu Peristiwa
1897-1922 Ditemukan beberapa sumber minyak mentah di beberapa tempat
di Kalimantan Timur.
1922 Unit Penyulingan Minyak Kasar PMK II didirikan oleh
perusahaan minyak BPM. 1946
Rehabilitasi PMK II karena mengalami kerusakan akibat PD II. 1949
HVU I selesai didirikan, dibangun oleh PT. Shell Indonesia dan dirancang oleh Mc Kee, dengan kapasitas pengolahan 12.000
commit to user 67
barel per hari. 1950
Pabrik Wax dan PMK I selesai didirikan, dengan kapasitas produksi 110 ton per hari dan 25.000 barel per hari.
1952 Unit PMK II selesai didirikan, dibangun oleh PT. Shell Indonesia
dan didisain oleh ALCO dengan kapasitas 25.000 barel per hari.
1954 Modifikasi PMK I sehingga memiliki kapsitas 10.000 barel per
hari, sejak tahun 1985 PMK I tidak beroperasi lagi.
1973 Modifikasi Pabrik Wax hingga mencapai kapasitas 175 ton per
hari
April 1981 Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan desain paten dari
UOP Inc.
Nov 1981 Penetapan kontraktor utama, yaitu Bechtel International Inc. dan
sebagai supervisi konsultan yaitu PROCON Inc. 1 Nov 1983 Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden Soeharto.
1997 RU-grading Kilang Balikpapan I mencakRU CDU V dan HVU
III.
2003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi PT Pertamina
Persero. 2005
Pendirian Flare Gas Recovery dan H2 Recovery. 9 Oktober
2008 PT. PERTAMINA PERSERO Unit Pengolahan menjadi PT.
PERTAMINA Refinery Unit.
Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011
Proses pengolahan yang dilakukan di Kilang Balikpapan I terdiri dari Crude Distilation Unit V CDU V, High Vacuum Unit III HVU III,
Pabrik lilin Wax Plant, Dehydration Plant DHP, dan Effluent Water Treatment Plant EWTP.
Kilang Balikpapan II dirancang untuk mengolah minyak mentah dengan jumlah yang lebih besar yaitu sekitar 200.000 barel per hari.
Kilang Balikpapan II memiliki 8 unit proses yang terbagi ke dalam dua
commit to user 68
kompleks, yaitu kompleks Hydroskimming dan Hydrocracking. Hydroskimming Complex HSC terdiri dari 5 lima unit proses yang
meliputi : Crude Distillation Unit IV CDU IV, Naptha Hydrotreater Unit NHT, Platformer Unit, LPG Recovery Unit, Sour Water Stripper
Unit SWS, dan LPG Treater. Hydrocracking Complex HCC terdiri dari 3 unit proses yang meliputi : High Vacuum Unit II HVU II,
Hydrocracking Unit HCU dan Hydrogen Plant. Produk-produk yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak di
kedua kilang tersebut meliputi Bahan Bakar Minyak BBM dan Non Bahan Bakar Minyak Non BBM. Produk jadi yang mampu di produksi
kilang Balikpapan diantaranya adalah LPG, bensin jenis Premium, Avtur, Kerosin, Gas Oil, Fuel Oil, Naphta, LSWR Low Sulfur Wax Residue,
dan Lilin. Produk yang dihasilkan oleh Kilang Pertamina RU. V Balikpapan digunakan untuk memasok kebutuhan dalam negeri
khususnya di wilayah Indonesia bagian timur. Gambar 7 menunjukkan letak kilang minyak Balikpapan yang
berada di sebelah barat Kota Balikpapan. Kawasan produksi ditunjukkan dalam gambar yaitu di sebelah timur dan utara Kota Balikpapan pada
warna kuning, merah, merah muda, hijau tua dan putih.
commit to user 69
Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011 Gambar 7. Denah Kilang PT. Pertamina RU. V Balikpapan.
Proses produksi di Kilang RU V Balikpapan dilakukan oleh Unit Produksi di bawah manajer produksi. Unit ini meliputi 6 enam bagian
yaitu oil movement, UTILITIES, DIS WAX, HSC, HCC,dan laboratory. Warna hijau muda dan jingga merupaka kawasan jasrum atau
commit to user 70
pengadaan. Warna biru yang paling besar kawasannya adalah kawasan marine atau yang berhubungan dengan perairan laut. Kawasan ini lebih
tepatnya berada di dekat teluk Balikpapan sehingga mengelilingi seluruh kawasan pengolahan dan produksi.
3. Visi dan Misi
Visi Pertamina adalah menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia. Misi Pertamina yaitu menjalankan usaha inti minyak, gas dan
bahan bakar nabati secara terintegrasi berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
Visi Pertamina RU.V adalah menjadi kilang terpercaya dan unggul di Asia Pasifik pada tahun 2017 Profit dalam tahun 2013. Misi
Pertamina RU. V adalah mengelola minyak dan gas bumi menjadi produk BBM dan non BBM untuk memasok kebutuhan daerah Indonesia
Timur dan Asia Pasifik secara selektif. Kegiatan operasinya secara selektif memanfaatkan keahlian dan kemampuan inti core competence
yang dimiliki sebagai sumber pendapatan tambahan. Tujuannya adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan stakeholder; menghasilkan
keuntungan optimal; menjadi unit usaha yang unggul, bersaing dan berkembang.
commit to user 71
4. Logo Pertamina
Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011
Gambar 8. Logo Pertamina
Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan presentasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA
yang bergerak maju dan progresif. Tulisan PERTAMINA dengan pilihan huruf yang mencerminkan kejelasan dan transparansi serta keberanian
dan kesungguhan dalam bertindak sebagai wujud positioning PERTAMINA baru.
Warna yang berani menunjukkan langkah besar PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis.
Warna merah melambangkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai
macam kesulitan.
Warna hijau
melambangkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.Warna Biru melambangkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
5. Tata Nilai Perusahaan
Pertamina mempunyai tata nilai unggulan dalam menjalankan usahanya, yaitu:
commit to user 72
a. Clean Bersih Pertamina dikelola secara professional, menghindari benturan
kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang
baik. b. Competitive Bersaing
Mampu berkonsentrasi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar
biaya dan menghargai kinerja. c. Confident Percaya Diri
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN dan membangun kebanggan bangsa.
d. Customer Focused Fokus pada Pelanggan Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. e. Commercial Komersial
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
f. Capable Berkemampuan Pertamina dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan
memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
commit to user 73
D. Analisis Data
1. Manfaat Langsung
a. Corporate Social Responsibility CSR
CSRCommunity Development ini meliputi pembiayaan untuk 7 tujuh bidang yaitu kesehatan, kemandirian ekonomi, pendidikan,
prasarana ibadah, santunan korban bencana dan Community Relationship. Tahun 2005 -2009 telah diluncurkan dana sejumlah Rp
3.814.490.000 didistribusikan untuk skala NasionalKalimantan Timur, skala kota Balikpapan, skala Kabupaten Penajam Paser Utara PPU,
dan skala khusus di daerah dampak utama Ring I disekitar Kilang yaitu Kelurahan Margasari, Karang jati dan Prapatan.
Tabel 10. CSR PT. Pertamina Persero RU. V Balikpapan 2005-2009 Tahun
Dana Tanggung Jawab Sosial CSR Pertamina RU. V Balikpapan Rp
2005 465.526.238
2006 525.287.238
2007 591.024.338
2008 663.335.148
2009 742.887.038
Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011
Dana yang dialokasikan ke Kota Balikpapan oleh Pertamina untuk CSR adalah sebesar Rp. 2.988.050.000 termasuk daerah didalam
dampak utama dan diluar dampak utama. Tabel 10 terlihat bahwa dana CSR yang diberikan Pertamina mengalami kenaikan dari tahun ke tahun
commit to user 74
yang menandakan bahwa kepedulian Pertamina terhadap masyarakat dan lingkungan semakin tinggi.
b. Pendapatan Karyawan
Dampak positif dengan keberadaan dan beroperasinya PT. Pertamina RU. V Balikpapan adalah adanya kesempatan bekerja pada
perusahaan tersebut dan juga kesempatan berusaha sebagai bisnis turunan derived business dari kegiatan operasionalnya. Data
pendapatan karyawan diambil selama 5 lima tahun yaitu dari tahun 2005 hingga 2009 disesuaikan dengan data yang tersedia dan data yang
memungkinkan dari Pertamina.
Tabel 11. Pendapatan Karyawan Pertamina RU. V Balikpapan Tahun 2005-2009
Tahun Pendapatan Karyawan Pertamina RU. V
Balikpapan Rp 2005
157,924,985,734 2006
146,044,407,260 2007
143,999,623,366 2008
148,669,382,795 2009
135,932,458,924 Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011
Tabel 11 memperlihatkan penurunan jumlah dari tahun 2005 hingga tahun 2009 yang dikarenakan Pertamina melakukan
peminimalisasian biaya tenaga kerja dengan mengurangi jumlah tenaga kerja. Akan tetapi, jumlah tenaga kerja yang saat ini jumlahnya lebih
sedikit dibandingkan pada tahun 2005 diimbangi dengan pendapatan
commit to user 75
karyawan yang nominalnya jauh lebih besar, sehingga diharapkan terjadi pengoptimalisasian sumber daya manusia dan produktivitas
tenaga kerja yang dapat membangun kualitas Pertamina.
c. Pendapatan Penjualan Revenue
Data penjualan perusahaan yaitu terdiri atas penjualan BBM, non BBM dan pelumas. BBM atau Bahan Bakar Minyak terdiri dari
berbagai jenis, seperti: premium, avtur, kerosineminyak tanah, HSDSolar, IDOMinyak diesel, Pertamax dan Fuel Oil IFO. Sedangkan
Non BBM meliputi naphta, LSWR, Fully Refined Waxlilin dan LPG.
Tabel 12. Pendapatan Penjualan Pertamina RU. V Balikpapan Tahun 2005-2009
Tahun Pendapatan Penjualan Pertamina RU. V
Balikpapan Rp 2005
55,170,368,015,482 2006
99,151,591,896,954 2007
66,124,724,548,569 2008
98,933,149,614,861 2009
66,333,419,177,675 Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011
Tahun 2006 pendapatan penjualan memiliki angka terbesar yaitu mencapai Rp. 99.151.591.896.954. Jika dilihat dari produksi, tahun
2006 Pertamina memproduksi lebih banyak hingga mencapai
Rp.
54.869.375.343.600 dan harga produksi yang lebih mahal 10 US dollar daripada tahun 2005. Pada saat itu Pertamina menaikkan harga minyak
tanah untuk menghindari pengoplosan bensin dengan minyak tanah. Hal
commit to user 76
ini menjadikan pendapatan penjualan meningkat karena harga produksi yang juga meningkat seiring dengan fluktuasi harga minyak dunia.
Tahun 2007 terjadi penurunan karena Pertamina menurunkan volume produksi seluruh produk sehingga penjualannya hanya sedikit.
Tahun 2008 terjadi penambahan produk Pertamina yaitu Fuel Oil IFO, Pertamax dan LPG sehingga penjualannya meningkat secara signifikan
seperti pada tahun 2006. Penjualan di tahun 2009 terjadi penurunan lebih kurang 30 disebabkan maraknya tabung gas LPG 3 kg yang
meledak oleh konsumen sehingga menurunkan penjualan gas LPG dan volume produksi LPG diturunkan untuk menghindari kerugian.
2. Manfaat Tidak Langsung
a. Pendapatan Masyarakat multiplier effect
Pendapatan masyarakat sebagai multiplier effect dari adanya industri pengolahan migas ini diasumsikan dari jumlah rata-rata
pengeluaran rutin bulanan menurut golongan pengeluaran adalah ½ dari pendapatan individu Badan Pusat Statistik, 2011. Hal tersebut
disesuaikan dengan upah minimum regional UMR Kota Balikpapan. Data diolah dengan memasukkan parameter UMR dalam 1
satu bulan dikalikan 12 bulan, kemudian dikalikan jumlah penduduk untuk mengetahui jumlah pendapatan masyarakat selama 1 satu tahun.
commit to user 77
Tabel 13. Pendapatan Masyarakat Kota Balikpapan sebagai Multiplier Effect Tahun 2005-2009
Tahun Jumlah
Estimasi Pendapatan
Masyarakat Per Bulan
Estimasi Pendapatan
Masyarakat Per tahun
Jumlah Penduduk
Jumlah Pendapatan
Rp 2005
498,137.00 833,333
10,000,000 500,406
5,004,060,000,000 2006
623,643.04 1,000,000
12,000,000 508,120
6,097,440,000,000 2007
702,020.74 1,083,333
13,000,000 515,529
6,701,877,000,000 2008
867,151.00 1,250,000
15,000,000 526,963
7,904,445,000,000 2009
867,151.00 1,250,000
15,000,000 538,525
8,077,875,000,000
Sumber: BPS Kota Balikpapan, data diolah, 2011
b. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah dari PT. Pertamina Persero RU. V yaitu berupa kontribusi perusahaan kepada daerah berupa dana bagi hasil.
Kontribusi tersebut tidak secara langsung masuk ke daerah Kota Balikpapan, melainkan ke Propinsi karena Kota Balikpapan tidak
sebagai kota penghasil minyak dan gas alam, melainkan sebagai kota pengolahan karena letak daerahnya yang strategis dan pernah
ditemukannya sumur minyak mathilda di kota Balikpapan. Kontribusi di sektor migas tidak hanya oleh Pertamina saja, melainkan juga dari
perusahaan yang juga bergerak di bidang industri pengolahan, seperti Total Indonesie dan Chevron. Kontribusi Pertamina yang masuk ke
daerah Kota Balikpapan sebesar 60 dari total kontribusi pada dana bagi hasil. Sisa kontribusi tersebut yaitu 40 berasal dari perusahaan
lainnya. Daerah penghasil berada di Penajam Paser Utara dan Kutai, sehingga bagian yang diterima oleh kota Balikpapan lebih kecil
dibandingkan daerah penghasilnya.
commit to user 78
Tahun 2005 sampai 2009 menunjukkan kontribusi Pertamina kepada daerah mengalami fluktuasi dengan peningkatan setiap tahun
yang cukup seimbang, akan tetapi tahun 2009 mengalami penurunan hampir 50 dari tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah adanya
peristiwa gas LPG yang meledak di berbagai daerah, sehingga Pertamina mengurangi volume produksi yang menyebabkan turunnya
penjualan dan kontribusi yang diberikan Pertamina juga menjadi menurun.
Tabel 14. Kontribusi Pertamina RU. V Balikpapan kepada Daerah Tahun 2005-2009
Tahun Kontribusi Pertamina RU. V Balikpapan Kepada
Daerah Rp 2005
214.850.463.287 2006
306.929.233.267 2007
211.355.950.854 2008
318.983.600.240 2009
192.075.072.796 Sumber: Dispenda Kota Balikpapan, 2011
Tahun 2009 pemerintah kota juga menurunkan jumlah subsidi BBM sehingga Pertamina hanya mampu memenuhi kuota yang
diberikan pemerintah sehingga menyebabkan volume produksi serta penjualan yang tidak banyak dan kontribusi Pertamina kepada daerah
menjadi menurun.
commit to user 79
3. Biaya Langsung
a. Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan setiap proses produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya ini dibedakan atas biaya
tetap fixed cost dan biaya variable variable cost. Biaya tetap fixed cost yakni biaya yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh output yang
dihasilkan pada suatu periode tertentu. Biaya variable variable cost yakni biaya yang jumlahnya dapat berubah dan dipengaruhi oleh
output, yang meliputi biaya sarana produksi bahan bahan baku, peralatan, perlengkapan dan pemeliharaan.
Tabel 15 adalah rincian dari biaya operasional Pertamina dari tahun 2005 sampai 2009. Biaya operasional berikut tidak termasuk
biaya tenaga kerja karena dimasukkan ke dalam komponen manfaat
benefit yang diterima masyarakat yang bekerja di Pertamina.
Tabel 15. Biaya Operasional Pertamina RU. V Balikpapan diluar Pendapatan Karyawan 2005-2009
Tahun Biaya Operasional Pertamina RU. V Balikpapan
Rp 2005
2,079,595,798,967 2006
2,496,407,800,895 2007
2,728,307,829,249 2008
3,280,743,574,601 2009
2,026,400,377,191 Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011
commit to user 80
Tabel 15 menunjukkan bahwa tahun 2005 sampai 2007 biaya yang dikeluarkan Pertamina cukup stabil, akan tetapi tahun 2008 biaya
operasional mengalami
kenaikan hingga
mencapai Rp.
3.280.743.574.601 yang disebabkan Pertamina mengeluarkan biaya CSR di tahun ini cukup besar daripada tahun sebelumnya dan
Pertamina juga melakukan ekspansi produk sehingga dari biaya produksi dan penjualan pada tahun 2008 juga tinggi demi menambah
keuntungan perusahaan.
b. Biaya Produksi
Biaya produksi dalam tabel 16 menjelaskan biaya-biaya untuk memproduksi produk-produk perusahaan berupa BBM dan non BBM
dengan satuan produksi barel selama 1 satu tahun. Harga produksi setiap tahun berbeda-beda mengikuti harga minyak dunia yang
berfluktuasi dan sehubungan dengan pengaruh politik serta ekonomi global.
Tabel 16. Biaya Produksi Pertamina RU. V Balikpapan Tahun 2005-2009
Tahun Biaya Produksi Pertamina RU. V Balikpapan
Rp 2005
51,192,756,009,144 2006
54,869,375,343,600 2007
43,146,555,008,400 2008
40,362,064,429,257 2009
47,702,863,152,000 Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011
commit to user 81
Biaya produksinya semakin rendah jika dilihat dari tahun ke tahu, karena harga produksi yang relatif lebih murah namun varian
produk lebih banyak karena ada penambahan jenis produksi seperti pertamax, fuel oil, wax dan LPG. Biaya produksi sebesar Rp.
47,702,863,152,000 di tahun 2009 mengalami kenaikan dari tahun 2008 yang semula hanya sebesar Rp. 40,362,064,429,257 disebabkan
oleh tingkat inflasi di tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 3,6, namun secara keseluruhan biaya produksi Pertamina mengalami
penurunan. Hal ini menandakan bahwa ketersediaan SDA tidak berkurang karena Pertamina yang menggunakan metode pemakaian
ulang recycle sehingga SDA tidak menjadi langka, selain itu, perubahan biaya produksi ini disebabkan oleh tingkat inflasi Kota
Balikpapan yang stabil karena inflasi dapat menyebabkan kenaikan bahan baku produksi.
4. Biaya Tidak Langsung
a. Biaya Penanganan Pencemaran
Biaya penanganan pencemaran adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membiayai minyak olahan yang terbuang atau
tercecer. Peraturan migas menyatakan pencemaran yang diakibatkan sebuah pabrikindustri apabila terjadi tumpahan minyak olahancrude
oil lebih dari 15 barel, namun biaya penanganan pencemaran yang dikeluarkan Pertamina dikeluarkan seberapapun kecil ukuran per
commit to user 82
barel tumpahanceceran
minyak yang
terjadi. Tabel
17 memperlihatkan tahun 2005 dan 2009 angka yang lebih kecil
dibandingkan dengan tahun 2006-2008.
Tabel 17. Biaya Penanganan Pencemaran Pertamina RU. V Balikpapan Tahun 2005-2009
Tahun Biaya Penanganan Pencemaran Pertamina RU. V
Balikpapan Rp 2005
1,820,596,525 2006
2,427,462,033 2007
2,697,180,037 2008
2,157,744,030 2009
1,637,354,336 Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011
Tahun 2006-2008 nilainya menjadi lebih besar karena Pertamina melakukan pembelian permanent oil boom untuk
menanggulangi pencemaran yang terjadi dan pembelian permanent oil boom tersebut terjadi beberapa kali dalam 1 satu tahun pada
tahun 2006-2008 sebagai pembaharuan peralatan dan teknologi untuk menjamin mutu kinerja dan mengurangi terjadinya tumpahan
atau pipa bocor yang mengakibatkan pencemaran. Jenis-jenis minyak yang tertumpah dalam penanggulangan pencemaran ini
meliputi fuel oil, solar, premium, slope dan minyak mentah. Perhitungan biaya penanggulangan pencemaran ini ditangani oleh
Lindungan Lingkungan Pencemaran atau Bagian Marine yang berada langsung dibawah Environmental HSE.
commit to user 83
E. Rasio Benefit Cost
Berdasarkan pemaparan data pada uraian sebelumnya, maka melalui proses analisis menggunakan Rasio Benefit Cost dengan tingkat social
discount rate sebesar 10. Cara perhitungannya dapat dihitung dengan metode sebagai berikut:
1. Menjumlahkan keseluruhan nilai manfaat dan menjumlahkan keseluruhan nilai biaya per tahun sesuai dengan sampel tahun yaitu 2005 hingga 2009
yang diukur dalam satuan Rupiah. 2. Mengurangi nilai manfaat dan biaya per tahunnya sehingga didapatkan Net
Benefit B-C. 3. Menghitung nilai NPV1, yaitu dengan mengalikan nilai Net Benefit per
tahun dengan discount factor 10 PV Net Benefit, lalu menjumlahkan totalnya yang kemudian disebut sebagai NPV1.
4. Menghitung nilai NPV2, yaitu dengan mengalikan Net Benefit per tahun dengan discount factor yang kedua 12 PV Net Benefit, setelah itu
menjumlahkan totalmua yang kemudian disebut sebagai NPV2.
5. Membagi nilai NPV1 dengan NPV2.
Net BC Ratio diperoleh : NPV1 NPV2
:
126.082.672.976.083
= 1,058
119.109.766.157.158
commit to user 84
Tabel 18. Perhitungan Net BC R pada Tahun 1 2005
Periode Cost
Benefit NET BENEFIT
B-C C
B 1
53.274.172.404.636 60.547.801.074.503
7.273.628.669.867
Sumber: Data diolah, 2011
Tahun 2005 merupakan tahun pertama dari lima tahun pengambilan periode yaitu tahun 2005 hingga 2009. Nilai manfaat yang telah dijumlahkan
keseluruhannya yaitu dari manfaat langsung dan manfaat tidak langsung pada tahun 2005 adalah sebesar Rp. 60.547.801.074.503,00 sedangkan nilai biaya
secara keseluruhan tahun 2005 adalah sebesar 53.274.172.404.636,00. Nilai manfaat dikurangi dengan nilai biaya sehingga didapatkan selisih Rp.
7.273.628.669.867,00 yang disebut sebagai Net Benefit. Nilai Net Benefit Rp. 7.273.628.669.867,00 dikalikan dengan discount
factor 10 untuk memperoleh nilai PV Net Benefit sebesar Rp. 6.612.389.699.879,00. Perhitungan ini dihitung secara kumulatif dari tahun
2005 hingga 2009, sehingga total dari PV Net Benefit ini disebut sebagai NPV1.
NPV2 diperoleh dari total kumulatif 2005 hingga 2009 perhitungan PV Net Benefit Rp. 6.494.311.312.381,00 yang didapat dari Net Benefit Rp.
7.273.628.669.867,00 dikalikan dengan discount factor 12. Net BC R didapat dari total NPV1 dibagi dengan NPV2.
NET BENEFIT B-C
DF 10
PV B-C NET BENEFIT
DF 12
PV NET BENEFIT
7.273.628.669.867 0,9091
6.612.389.699.879 0,8929
6.494.311.312.381
commit to user 85
F. Nilai Imbangan Manfaat Biaya
Nilai imbangan adalah perbandingan manfaat dan biaya yang merupakan deviasi dari metode BC R konvensional akan tetapi memasukkan
komponen eksternalitas lingkungan. Perhitungan nilai imbangan ini dilakukan dengan 2 dua cara yaitu pertama dengan menambahkan nilai valuasi
lingkungan eksternalitas, kedua tidak menambahkan nilai eksternalitas. Nilai eksternalitasnya yaitu sebagai berikut:
Tabel 19. Nilai Valuasi Lingkungan Pertamina RU. V Balikpapan Tahun 2005-2009
Tahun Biaya Valuasi LingkunganEksternalitas Pertamina RU. V
Balikpapan Rp 2005
92.604.259.800 2006
98.515.170.000 2007
77.571.000.000 2008
66.300.000.000 2009
78.000.000.000 Sumber: Pertamina RU. V Balikpapan, 2011
Nilai valuasi lingkungan atau disebut sebagai nilai eksternalitas dalam perhitungan analisis Benefit Cost ini diperoleh dengan menghitung jumlah
minyak mentah crude oil yang terbuang yaitu dalam arti tidak dapat diolah kembali dikalikan dengan harga aktual pasar. Nilai valuasi lingkungan
tersebut telah diolah oleh Pertamina itu sendiri dan penulis menggunakan data tersebut sebagai nilai valuasi lingkunganeksternalitas. Jika nilai valuasi
lingkungannya eksternalitas telah diketahui, metode nilai imbangan dihitung sebagai berikut:
commit to user 86
1. Menjumlahkan keseluruhan nilai manfaat dan menjumlahkan keseluruhan nilai biaya per tahun sesuai dengan sampel tahun yaitu 2005 hingga 2009
yang diukur dalam satuan Rupiah. 2. Mengalikan jumlah manfaat per tahun dengan discount factor 10 PV
Benefit lalu dijumlahkan menurut jumlah tahun, yaitu 5 tahun. 3. Mengalikan jumlah biaya yang telah ditambahkan dengan nilai valuasi
lingkungan per tahun dengan discount factor 10. PV Cost lalu dijumlahkan menurut jumlah tahun, yaitu 5 tahun.
4. Membagi Total PV Benefit dengan Total PV Cost.
Nilai imbangan = Total PV Benefit =
317.083.048.610.211 = 1,657 Total PV Cost
191.317.974.716.433
Membandingkan nilai imbangan juga dihitung tanpa memasukkan nilai valuasi lingkungan eksternalitas pada Biaya Cost. Perhitungan nilai
imbangan berikut dihitung tanpa menambahkan nilai eksternalitasnya pada biaya:
Nilai imbangan = 317.083.048.610.211 191.000.375.634.128
= 1,660
Perhitungan nilai
imbangan manfaat
biaya yaitu
dengan membandingkan nilai manfaat dibagi dengan nilai biaya, nilai imbangan
manfaat biaya dengan memasukkan komponen eksternalitas nilai valuasi lingkungan pada biaya menjadikan nilai biaya menjadi lebih besar yaitu Rp.
commit to user 87
191.317.974.716.43,00 sedangkan tanpa memasukkan komponen nilai eksternalitas, biayanya hanya sebesar Rp. 191.000.375.634.128,00.
Tabel 20. Perhitungan Nilai Imbangan pada Tahun 1 2005 tanpa Memasukkan Nilai Valuasi LingkunganEksternalitas
Periode Cost
Benefit Df 10
C B
1 53.274.172.404.636
60.547.801.074.503 0,9091
PV BENEFIT PV COST
55.043.455.522.275 48.431.065.822.396
Sumber: Data diolah, 2011
Nilai imbangan dihitung dengan metode Gross BC R yang berbeda dengan metode Net BC R. Nilai imbangan dihitung dengan mengalikan
langsung nilai total manfaat per tahun dengan discount factor 10, begitu juga dengan biaya per tahun dikalikan dengan discount factor 10. Tabel 20
memperlihatkan perhitungan nilai imbangan manfaat biaya pada tahun pertama yaitu tahun 2005. Nilai keseluruhan manfaat yang terdiri dari
manfaat langsung dan manfaat tidak langsung pada tahun 2005 berjumlah Rp. 60.547.801.074.503 sedangkan nilai keseluruhan biaya tanpa nilai
eksternalitas yang terdiri dari biaya langsung dan tidak langsung pada tahun 2005
berjumlah Rp.
53.274.172.404.636. Nilai
manfaat Rp.
60.547.801.074.503 dikalikan dengan DF 10 sehingga diperoleh PV Benefit sebesar
Rp. 55.043.455.522.275
sedangkan nilai
biaya Rp.
53.274.172.404.636 juga dikalikan dengan DF 10 sehingga diperoleh Rp. 48.431.065.822.396 sebagai PV Cost. Rasio nilai imbangan manfaat biaya
commit to user 88
diperoleh dari Total PV Benefit yang telah dihitung dari tahun 2005 hingga 2009 dibagi dengan Total PV Cost yang telah dihitung dari tahun 2005
hingga 2009
Tabel 21. Perhitungan Nilai Imbangan pada Tahun 1 2005 dengan Memasukkan Nilai Valuasi LingkunganEksternalitas
Periode Cost
Eksternalitas Benefit
Df 10 C
Ce B
1 53.274.172.404.636
92.604.259.800 60.547.801.074.503
0,9091
PV BENEFIT PV COST
55.043.455.522.275 48.515.251.513.124
Sumber: Data diolah, 2011
Nilai imbangan manfaat biaya pada tabel 21 adalah dengan memasukkan nilai eksternalitas pada komponen biaya sehingga nilai
keseluruhan biaya dari biaya langsung dan tidak langsung yang ditambahkan dengan nilai eksternalitas menjadi sebesar Rp. 53.366.776.664.436. Nilai ini
lebih besar dibandingkan nilai biaya tanpa eksternalitas seperti pada tabel 20. Nilai biaya tersebut dikalikan dengan DF 10 begitu juga dengan nilai
manfaat sehingga diperoleh PV Benefit dan PV Cost masing-masing sebesar Rp. 55.043.455.522.275 dan Rp. 48.515.251.513.124. Nilai PV Cost tanpa
eksternalitas dan dengan eksternalitas memiliki perbedaan dimana PV Cost dengan eksternalitas nilainya lebih besar dibandingkan dengan PV Cost tanpa
eksternalitas. Hal ini tentu akan membedakan rasio nilai imbangan manfaat biayanya. Rasio nilai imbangan manfaat biaya dapat dihitung dengan
commit to user 89
menjumlahkan PV Benefit dan PV Cost selama 5 lima tahun lalu membagi antara Total PV Benefit dengan Total PV Cost.
commit to user 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis manfaat biaya dengan metode rasio benefit cost dan nilai imbangan manfaat biaya, maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat kelayakan ekonomi dan lingkungan dari industri pengolahan migas oleh PT. Pertamina Persero RU. V Balikpapan adalah sebagai berikut:
1. Rasio net benefit cost menunjukkan hasil 1,058. Nilai Net BC R 1 yang artinya industri pengolahan migas oleh PT. Pertamina Persero RU. V
Balikpapan layak secara aspek ekonomi kepada masyarakat dan daerah Kota Balikpapan. Nilai 1,058 tersebut juga menunjukkan bahwa setiap
pengeluaran Rp. 1,00,- menurut nilai sekarang akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 0.058.
2. Nilai imbangan manfaat biaya dengan menambahkan nilai valuasi lingkungan eksternalitas yang dihitung dari banyaknya jumlah minyak
olahan yang terbuang dikalikan harga aktual pasar dan dengan tidak menambahkan sebagai bahan perbandingan adalah 1,657 dan 1,660.
Selisih rasio tidak terlalu jauh, hal ini menandakan bahwa nilai eksternalitas menyebabkan nilai kelayakan usaha menjadi rendah, namun
perbedaannya tidak terlalu banyak. Berdasarkan hasil perhitungan nilai imbangan ini menyatakan bahwa industri pengolahan migas oleh PT.
Pertamina Persero adalah layak secara aspek lingkungan karena rasio 1.